Crazy!

2.8K 181 34
                                    


Aku masuk kamar setelah mendiskusikan misi yang menarik kurasa dan juga aneh kurasa. Aku mengecheck handphoneku yang terabaikan sedari tadi.

5 missed call from A

3 messages

Pasti kerjaan si Arthur. Aku membuka pesan dan membacanya.

From: A
Yang tadi temanku. Jangan lupa pikirkan tawaranku.

From: A
Kau marah padaku?

From: XXXXX
Hai dik, tunggu sebentar lagi aku menjemputmu.

- S

Aku merasa hawa disekitarku menjadi menakutkan. Sammy tidak boleh menemukanku. Aku tak ingun bersama dia. Arthur. Apa Arthur bisa membantuku menjauhi lelaki itu? Apa jika aku menerima tawarannya aku akan aman?

Pertanyaan itu tiba-tiba melintas di otakku. Apa mungkin aku coba dulu saja? Aku membalas pesan Arthur.

To: Arthur
Tidak.
Arthur aku ingin bertanya padamu?

Send

Tidak lama kemudian dering handphoneku berbunyi tanda telfon masuk. Aku melihat nama yang tertera di handphoneku.

Arthur heh?

Cepat sekali dia meresponnya. Aku tanpa pikir langsung menjawab panggilan itu.

"Hai." Sapanya.

Aku yang mendengarnya sedikit mengernyit. Dia menyapa? Wah kukira dia sangatlah dingin seperti yang di katakan orang.

"Aku langsung to the point saja oke. Jadi begini jika aku sudah menjadi asistenmu apakah akan ada jaminan aku terlindungi di bawah kekuasaanmu?" Tanyaku langsung tanpa membalas sapaannya.

"Jaminan ? Terlindungi? Aku tidak memikirkan itu, tapi jika kau ingin itu ada bisa saja. Jadi kau sudah menerimanya?" Ucap Arthur panjang lebar. Oke! Aku sekarang mengakui dia hanya sok-sok dingin biar kelihatan ganteng.

"Baiklah aku menerimanya." Jawabku. Aku tidak tahu tapi aku merasakan di sana dia tersenyum kemenangan.

"Tugas pertamamu adalah membangunkan aku nanti pagi. Penthouse milikku berada beberapa lantai dengan penthouse temanmu. Kau bisa meminta ke resepsionis kunci penthouse milikku." Arthur kembali berbicara panjang lebar. Cerewet. Oh.. jadi temannya yang waktu itu mau ke penthousenya.

"Baiklah." Jawabku dengan singkat, padat, dan jelas.

"Jangan lupa nanti pagi. Night." Ucapnya mengingatkanku lagi. Sialan! Dia cerewet sekali sih. Aku langsung mematikan sambungan telfon itu dan berbaring nyaman di ranjangku.

Mungkin sementara aku aman jika Arthur tidak membohongiku. Aku sangat takut jika dia adalah suruhan Kak Sam, tapi kurasa tidak Arthur sudah kaya tidak mungkin bukan menjadi suruhan Kak Sam lagi?

Aku mencoba membuang semua pikiran negatifku dan mencoba tidur karena besok aku sudah menjadi pembantu lelaki cerewet yang sok-sok cool.

---

"Ibu! Ayah! Kak Sam!"

"Hiks... ayah ibu aku sayang kalian."

"Kau membuat ekonomi kami makin susah, anak pungut!"

"Kak Sam!"

"Kau bukan adikku."

"Tidak mungkin hiks. Ayah ibu jangan bilang seperti itu."

Aku memaksa membuka mata. Sialan! Mimpi itu lagi. Aku merasakan dingin air di pipiku, bahkan hingga menangis lagi.

Huh... aku melihat ke samping mencari jam. Masih jam 04.45 aku langsung bangkit bersiap menjadi pembantu si lelaki cerewet itu.

Billionaire BoysWhere stories live. Discover now