h.s. // regret

Começar do início
                                    

"VIP?! DARN, INI LEBIH BAIK DARI YANG KUBAYANGKAN. THE TEARS ARE REAL HARRY HOW CAN YOU SHUT ME UP LIKE THAT OH MY GOD THIS IS WHAT THEY CALL AS DREAMS DO COME TRUE. I'M SO GOING TO SEE THE LOVE OF MY LIFE IN LESS THAN A MONTH OH MY GOD I HATE HOW I CAN NOT STOP SAYING OH MY GOD HARRY I'M NOT OKAY."

Harry hanya bisa menghela napas panjang karena sampai satu jam kemudian, Anti baru bisa berhenti menggelayutkan tangannya di lehernya dan berhenti berteriak di telinganya.

Mungkin gadis itu tidak terkena serangan jantung, tapi Harrylah yang mendapatkan imbasnya. Telinganya terasa berdengung selama seharian penuh.

*

"Gila! Ini benar-benar gila. Aku tidak percaya ini," Anti menggeleng-gelengkan kepalanya keras-keras. Ia tersenyum sumringah. "Harry, aku tidak sedang bermimpi, kan?"

Harry mencubit pipi Anti dan gadis itu meringis kesakitan. "Sepertinya tidak."

Anti mencibir, "Sakit!"

"Tapi usahaku paid off, kan? Aku mengantre selama berjam-jam hanya demi mendapatkan tiket itu. Bahkan, aku sempat bertengkar dengan seorang wanita karena aku menyerobot barisannya."

Anti menautkan jemarinya di sela-sela tangan Harry sambil tersenyum haru. "Aku tidak tahu harus berkata apa-apa lagi selain terima kasih."

"A peck on the lips is enough for me," Harry mengedipkan sebelah matanya, membuat Anti tertawa kegelian. Dan tanpa Harry sadari, gurauannya itu langsung ditanggapi oleh Anti. Harry merasakan bibir Anti yang dingin bertemu dengan bibirnya. Lama-kelamaan, bibirnya yang dingin perlahan terasa hangat. Harry jadi merinding dibuatnya.

Ciuman itu berlangsung hanya dalam tenggat waktu tiga detik. Harry juga tidak yakin apakah ia bisa menyebutnya dengan ciuman karena Anti hanya menempelkan bibirnya ke bibir milik Harry begitu saja. Meski begitu, Harry benar-benar mabuk kepayang saat ini. Rasanya ia tidak ingin ciuman itu berakhir.

"Kapan, sih, kali terakhir kita berciuman?" tanya Anti tiba-tiba. "Kau benar-benar payah."

Harry tersenyum malu, "Maaf, aku agak kaget."

"Unbeliveable," Anti mengerlingkan matanya, "anyway, bagaimana penampilan Liam tadi? Dia betul-betul hot, bukan? Dan, ya ampun, badannya! Kau tidak ada apa-apanya dibandingkan dengannya!"

Tiap Anti membanding-bandingkannya dengan Liam, Harry harus menahan keinginannya untuk mematahkan tulang-tulang yang ada di tubuh gadis itu. Coba bayangkan sendiri jika pacarmu menganggap kalau pria lain lebih baik di semua aspek dibanding denganmu. Persetan dengan siapa dan apa latar belakang pria tersebut. Harry tetap tidak menyukainya... dalam artian sebagai saingannya dalam memperoleh perhatian Anti.

Sebab tiap mereka sedang berdua, yang Anti bicarakan selalu seputar Liam Payne yang tampan, Liam yang akan mengeluarkan single baru akhir bulan ini, Liam yang baru putus dengan pacarnya, Liam yang mengganti model rambut, Liam yang ini, dan Liam yang itu. Syukurlah, selama ini Harry masih bisa mengatasi sikap Anti yang sangat berlebihan jika ada sesuatu yang berhubungan dengan Liam. Ia hanya bisa berharap batas kekaguman pacarnya itu terhadap Liam Payne tidak melewati batas normal yang sampai berniat kawin lari dan meninggalkan Harry saat nanti bertemu dengan sosok idola pujaannya tersebut.

Semoga saja.

"Aku menemukanmu bersiul enam kali sambil bertepuk tangan memuji Liam tadi. Jadi, apakah sekarang kau termasuk fans-nya?" celoteh Anti. Saat Harry mendongak, ia baru sadar kalau tinggal selangkah lagi kesempatan Anti bisa bertatap muka secara langsung dengan Liam.

Sebenarnya gadis itu bisa datang sebelum konser dimulai, tapi ia menolak karena ia ingin menikmati penampilan Liam secara langsung terlebih dahulu sebelum bertemu dengan orangnya.

Word VomitOnde histórias criam vida. Descubra agora