School Days-First

69 13 15
                                    

Sebelum Matahari benar-benar menyilaukan Bumi, Aku sudah bangun lebih awal dari hari sebelumnya. Ini bukan mauku, tapi aku memang terpaksa berangkat pagi untuk sekolah.

Mataku sembab karena tak terbiasa. Dulu aku sering sekali telat bangun ke sekolah, jadi aku harus lebih menjaga pola tidur. Untungnya ada alarm yang membangunkanku pagi ini.

"Lami..cepat keluar. Taku sudah menunggu tuh." Suara khas parau nya itu membuatku bergerak lebih cepat.

"Iya kek!" Jawabku.

Mandi,pakai baju, sarapan, persiapkan tas,

Beres!!

Terbiasa dengan sekolah di asrama yang hampir mirip dengan sekolah di dunia manusia tak membuatku kesulitan. Untungnya lagi Taku sudah membelikanku kuncir supaya aku merasa lebih enak belajar (walaupun nggk ada efeknya buat belajar) aku sangat senang diberi perlengkapan sekolah.

Teng tong teng..

Bersamaan dengan bunyi bel, aku diajak untuk pergi ke sebuah kelas oleh seorang guru. Namanya Haruka- sensei. Aku sangat menghormatinya karena sifatnya yang sangat baik. Selama 15 menit beliau mengobrol denganku dengan cara yang mengasyikkan. Mungkin seperti para master yang ku favoritkan dulu.

***

"Kali ini, kelas kalian kedatangan seorang murid baru. Silahkan perkenalkan dirimu." Kata seorang guru yang jelas menyuruhku memperkenalkan diri.

"Halo! Namaku Hanana Lami. Salam kenal."

Aku mengarang nama panjangku sendiri dengan "Hanana" yang berarti nanas dalam bahasaku.

Segera Setelah aku memperkenalkan diri, guru itu menyuruhku duduk. Tepat empat deretan di samping kananku adalah Taku. Ia terlihat menyapaku dengan senyum khasnya.

"Hai! Namaku Nara, salam kenal. Aku ketua kelas 10-A ini." Sapaan seseorang dari arah kanan menghalangi pandanganku dengan Taku.

Mukanya cantik dengan rambut lurus yang indah. Anak ini pasti idaman para murid.

"Ah..iya salam kenal..mari berteman?" Aku menyapa sapaan nya walaupun agak canggung.

"Tentu saja..aku akan membantumu." Tanggapannya itu membuatku senang.

Axie..aku akhirnya punya teman.

Jam pelajaran pertama dimulai.

Seorang Guru masuk membawa buku dengan bahasa aneh di sampul depannya.

"Kalian kedatangan murid baru bukan? Guru Bahasa Jepang ini ingin tahu dimana dia?" Tanya huru itu yang berdandan nyentrik sekali.

"A..a..ku!" Kataku terbata-bata.

Aku langsung berdiri menatap guru itu tidak nyaman.

"Karena kau murid baru, aku ingin tahu kemampuanmu." Guru itu menaruh dan membukakan sebuah buku di atas mejaku.

Apa!! Membaca huruf Jepang? Mimpi apa aku tadi malam.

Aku terpaksa berdiri dan mengucapkan bahasaku sendiri.

Desoramuni hayaku lamma darustico wanasse.

Aku terlihat seperti orang gila.

Aku melihat semua tatapan siswa lain. Mereka tertawa. Aku hanya keringat dingin karena guru itu masih didepanku. Aku tak berani melihat mukanya lagi.

"Taku, karena kau murid yang pintar, tolong ajari dia ya?" Pinta guru itu sambil melihat Taku dengan serius.

"Iya Bu," Taku menjawabnya dengan sangat sopan.

Malu lah aku kalau mereka tau aku tidak sepintar mereka. Ditambah Taku yang ternyata juara kelas membuatku ingin mati saja.

***
Sampai saat ini aku tidak melihat tanda-tanda kejahatan apapun (bahkan dari guru Bahasa Jepang tadi) sampai aku pun tak sadar jam pulang sekolah pun tiba.

"Gimana tadi?" Tanya Taku yang berdiri tepat di depan mejaku.

"Biasa saja." Kataku terkesan cuek.

"Biasa gimana, kamu tadi aja dimarahin." Kata Taku sambil tertawa cekikikan.

Aku mendengarnya, tapi aku sudah capek duluan dan membaringkan mukaku ke meja kelas. Hampir terlihat menyatu.

"Ayo pulang..hari ini aku nggk ikut ekskul." Kata Taku sambil mengajakku berdiri.

"Ah..sebentar saja, aku ingin piket bersama yang lain dulu." Pintaku memohon kepada Taku.

"Baiklah..jangan lama-lama. Kau juga harus membantu kakek bekerja.

"Tenang..aku cekatan kok." Kata-kataku terlihat meyakinkan walau terdengar seperti unjuk diri.

Taku hanya bisa menurut dan pergi keluar kelas.

Sebenarnya tujuanku hanya untuk mencari tahu lebih dalam keadaan Bumi dengan bantuan Nara, satu-satunya perumpuan yang kukenal hari ini. Bagaimana bisa aku yang sedang capek ini piket walaupun aku sudah terbiasa.

"Nara, ada yang bisa kubantu?" Tanyaku sopan.

"Tidak ada kok..pulanglah, kau malah menggangguku bersih-bersih."

Nara langsung mendorong punggungku perlahan. Aku hanya menatapnya heran.

"Kalau begitu aku pulang dulu." Sahutku sambil mengucapkan salam perpisahan kepadanya.

Disaat itu juga aku melihat sesuatu yang janggal dari tubuh ketua kelas ku sendiri.

Nara, di tubuhnya, keluar aura hitam? Apa yang terjadi?

School Days-First-END

Kali ini mulailah Lami bertugas menjadi seorang penyihir penangkis kejahatan.

Jan lupa tanggapi chapter ini ya~:V

Broom Stick [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang