New Family?

71 19 17
                                    

Memakai sepatu bot, topi penutup panas, dan baju peternak. Itulah aku  yang sekarang ingin membantu keluarga Taku bekerja. Kemarin malam aku sempat kaget jika hanya Taku dan kakeknya yang tinggal di peternakan ini. Katanya Taku tinggal berjauhan dengan orang tua kandungnya.

mereka tinggal di Tokyo (walaupun nggk tau dimana) yang berjarak sangat jauh dari sini, dari Hokkaido.

Ngomong-ngomong di bumi sangat panas. Mungkin di bumi sedang musim panas yang paling tidak disukai para penyihir lainnya. Tentu saja tidak suka, Matahari di siang bolong ini sangat menyengat. Apalagi ditambah dengan rambut panjangku yang tidak terkuncir dari kemarin. Hebatnya, kakek Taku masih mampu berkerja walau aku tak berani bertanya apa rahasianya.

Aku pun mengikuti langkah kakek Taku. Sebagai seseorang yang dijuluki pembersih tentu saja aku senang membantu kakek, walau aku harus membereskan beberapa kotoran sapi. Mungkin binatang pertama yang paling tidak kusukai adalah sapi. Tubuhnya yang gemuk itu membuatku bergidik. Kenapa mereka tidak memelihara binatang yang lain saja?

Oh ya dari tadi aku tidak menjelaskan Taku berada di mana. Seperti kemaren Taku bertugas untuk berbelanja keseharian. Mungkin Taku sudah sangat berpengalaman sampai kakeknya mempercayainya.

****

Sampai saat ini juga, aku belum mendapatkan tugas apapun. Tapi itu lebih baik karena aku belum mampu menyesuaikan hidupku disini. Bekerja terlebih dahulu bukan ide yang buruk.

"WOAH!!!" sahutku kagum ketika melihat mesin pengolahan susu sapi. Mereka memproduksinya untuk diminum. Bahkan aku sudah mencobanya secara langsung dan menurutku tidak enak sama sekali. Aku sekali lagi bingung mengapa sapi adalah binatang ternak yang digemari.

"Kek..kenapa Taku tinggal bersama kakek?" Tanyaku iseng.

"Yah.. saat umurnya menginjak 15 tahun, Orang Tuanya memaksanya untuk sekolah di SMA Tokyo yang standarnya cukup tinggi. Karena merasakan adanya tekanan, Akhirnya dia kabur ke sini untuk menikmati kebebasan." Jawab kakek panjang lebar.

"Sendirian ke sini? Mmm..seberapa jauh kah?" Tanyaku lagi yang masih penasaran.

"Dari Tokyo ke Hokkaido sangatlah jauh butuh menaiki 3 macam transportasi dari sana. Kereta api, kapal, dan merental sepeda." Kata kakek menjelaskan walau aku masih kurang mengerti apa yang beliau ucapkan.

Kereta api? Ok aku mengerti transportasi apa yan kakek katakan. Tapi aku belum tahu sama sekali bentuk kapal dan sepeda. Spontan aku mencatatnya di buku catatan yang selalu ku bawa.

"Apa lagi yang kau tanyakan Lami? Jangan berdiam di sana saja. Cepat bereskan." Terlihat kakek yang memang cekatan dalam bekerja.

"Siap!" Kataku semangat.

Aku pun melanjutkan pekerjaanku. Memberi makan sapi, membersihkan kotoran sapi, mencabut ramput liar. Berkenalan dengan para sapi. Semuanya didominasi dengan sapi. Aku cukup bangga dengan diriku sendiri sekarang.

" Kau ingin es-krim?" Tanya seorang lelaki yang langsung menjulurkan sebuah makanan yang terlihat sangat lezat.

"Ah, terima kasih..Taku." Aku pun menjulurkan tanganku kearah makanan itu dengan cepat dan segera melihat Taku.

"Segar!" Kata pertama yang bisa kuartikan untuk makanan nan lezat ini.

"Ngomong-ngomong kamu sekolah dimana?" Tanya Taku sambil mengarahkan mukanya.

"Sekolah?" Tanyaku balik.

"Iya sekolah, 3 hari lagi semester baru akan dimulai." Taku pun melototi ku balik dengan mata hitam pekatnya.

"Ah..eh..ah..eh..." Kata-kata itu yang terus kuucapkan sampai Es-krimku hampir habis.

"Ah..aku itu seorang pelupa..pelupa saat muda, he..he..he.." jawabku yang sudah jelas bohongnya.

"Kau penderita Alzheimer? Gawat sekali..kalau begitu kau bersekolah di sekolahku saja sementara." Tawar Taku sambil menggigit-gigiti batang es-krim nya.

"Tidak usah, tidak usah..sangat merepotkan sekali buat kalian. Aku disini saja bekerja." Aku pun menolak. Kalau boleh tahu tes mata pelajaran di dunia manusiaku dulu jelek. Apa lagi jika harus belajar seperti itu setiap hari..mati aku.

"Ah tidak..kau seorang manusia juga butuh pendidikan. Akan kuajari beberapa mata pelajaran kalau kau tidak bisa." Katanya antusias.

Mendengar itu membuatku ingin sekolah walau aku tahu aku harus lebih bekerja keras. Setidaknya aku bisa mempelajari banyak hal disana.

"Baiklah..kali ini aku turuti permintaanmu." Kataku sambil tersenyum.

"Yes!!" Teriakkan Taku membuatku tertawa.

"Besok kita beli seragam dan alat kebutuhan sekolah lainnya, ya?"
Tanyanya lagi.

"Ya!" Sahutku mengikuti gerakan Taku. Aku pun menghabiskan hari ini dengan menerima banyak pengalaman.

New Family-END

Terima kasih yang sudah memberikan Vote dan komentar di cerita ini^^

Sekian~

Broom Stick [Slow Update]Where stories live. Discover now