Part 8

363 16 0
                                    

Author pov

Setelah melihat anak itu tertawa membuat darah mosses mendidih. Dia tidak suka melihat anak itu tertawa yang ingin dia lihat adalah kehancurannya dan air matanya. Kejam! Terserah kalian berpikir gimana aku tidak peduli.
Saat ini aku berjalan menuju kantin untuk menemui Mario,Marco sama Nathan. Segera ku langkahkan kakiku saat melihat teman temanku yang lagi makan di ujung sana.

"Lo darimana aja bro gile kita nyariin lo muter muter tapi kagak nemu lo" ucap Mario dengan nyeruput baksonya

"Lo kalo haus pesen sendiri dong ini minuman punya gue bego tapi lo habisin" ucap nathan dengan nada sebalnya

"Bacot lo semua lagi kesel gue"

"Lo kesel sama siapa ? Sama gebetan baru lo itu yang kaya cabe"

"Dia bukan gebetan gue bego dia cuma partner sex gue" ucap mosses dengan nada santainya

"Anjir gila lo man dia nganggep serius lo malah nganggep cuma partner sex lo doang, gilee" ucap nathan dengan wajah yang tidak percaya

"Dia sendiri yang nyerahin tubuhnya ke gue. Gue sih nerima aja barang gratis siapa yang gak mau. Udah ahh gue males sama lo pada gue cabut dulu" ucap mosses langsung ngancir menuju parkiran. Sedangkan ketiga temannya hanya menggelengkan kepalanya.

***

Mosses meninggalkan sekolahnya dengan kesal. Sekarang dia menuju rumah. Sesampainya dirumah dia melihat mobil yang tak asing baginya. Yapp itu adalah mobil bonyok Mosses.

'Ternyata mereka masih ingat rumah' batin Mosses

Dengan langkah penuh Mosses memasuki rumah besar bernuansa eropa modern. Matanya menyapu semua ruangan dan berhenti di salah satu ruangan yaitu ruang keluarga. Dia melihat dua insan yang sedang berbicara serius. Sayup sayup aku mendengar kata

"Kita harus melakukan ini pa"

"Kamu benar ma hanya ini satu satunya agar kebencian Mosses akan hilang. Papa juga ingin melihat mereka bersama kembali"

"Melakukan apa?" ucap Mosses dengan suara bassnya sehingga membuat dua orang paruh baya itu menghentikan pembicaraannya dan menatap Mosses dengan terkejut

"Sayang apa yang kamu lakukan disini bukannya kamu masih sekolah" ucap Alice (nama mommy Mosses) dengan sayang

"Jangan ngalihin pembicaraan deh mom sebenernya apa yang mommy dan daddy sedang bicarakan" tuntut Mosses karena penasaran

"Nanti aja kita bahasnya setelah makan malam. Sekarang sini apa kamu tidak kangen sama daddy" setelah Charli (nama daddy Mosses) mengatakan itu Mosses dengan segera berlari menuju daddynya dan memeluknya dengan erat.

"Mosses kangen banget sama daddy" ucap Mosses dengan manja

"Oh jadi gak kangen sama mommy" ucap Alice dengan wajah cemberutnya

"Aku juga kangen kok sama mommy" ucap Mosses sambil memeluk mommynya.

Beginilah Mosses yang asli manja seperti anak kecil. Bukan wajah dinginnya. Tidak ada yang tahu kalau Mosses akan kelihatan lebih imut saat seperti ini. Hanya bersama mommy dan daddynya Mosses mengeluarkan ekspresi seperti ini.

"Kita duduk oke. Sekarang jawab mommy kenapa kamu ada dirumah bukannya disekolah hmm" tanya Alice dengan nada tuntutnya

"Bosen mom lagian tinggal satu pelajaran aja kok" jawab Mosses dengan nada santainya

"Dasar nakal bagaimana kamy bisa gantiin daddy di perusahaan kalau kamu bolosan kaya gini" ucap Charli dengan wajah yang dibuat marah

"Peace dad. Baiklah Mosses tidak akan bolos lagi" ucap Mosses

"Anak pintar"

****

Makan malampun tiba. Alice memasak masakan spesial yang disukai putra dan putrinya. Tapi sang putri belum juga kelihatan. Sungguh ia menghawatirkan sang putri. Selama ini dia cukup menderita dengan keadaan ini. Ia ingin menebus semua perlakuannya yang ia berikan selama ini. Dan Alice berjanji akan menyayangi sang putri seperti dulu lagi.

Me And My Stepson BrotherOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz