Sialan, aku kelaparan! sebaiknya kau cepat lewat!

Benar saja, setelah itu, Tiffany harus mengembangkan senyumnya saat gadis itu mulai melintas di halaman rumahnya. Tiffany menyadari perbedaan yang ada pada gadis itu. Mimik muka yang terpampang menggambarkan jika dia sedang murung. Senyum itu tidak di lihatnya pagi ini. Itu membuat Tiffany harus mengangkat kedua alisnya ketika gadis itu menendang batu kerikil dengan sepatunya.

Dia merasa bodoh karena khawatir akan keadaan seseorang yang bahkan dia saja tidak mengenalnya.

Ada apa dengannya hari ini?

"Tiffany!"

Gadis itu menoleh sebentar sebelum memutar kedua bola matanya, dia lebih memilih berbalik dan mempercepat langkahnya.

Menghindari pria itu yang kini berlari di belakangnya,

namun tetap saja. Pria itu kini menarik satu tangannya sedikit kasar,

"What the actual fuck, Minho-ya!"

"Please, aku bisa menjelaskannya padamu. Aku bersumpah tidak ada yang terjadi anatara aku dan Sulli!"

Lagi-lagi Tiffany hanya bisa memutar kedua bola matanya, dia benar-benar muak mendengar semua kebohongan yang kekasihnya katakan saat ini. Dia dengan jelas-jelas, melihat sendiri pria itu tengah bercumbu dengan siswi kelas 11 bahkan di pestanya sendiri.

"Benarkah? katakan pada anak ingusan itu, jangan coba-coba lagi untuk melangkah ke ruangan cheers atau aku dan teman-temanku akan menghabisinya!"

"Dan kau, sebaiknya mulai sekarang tidak perlu menampangkan wajahmu di hadapanku lagi."Lalu gadis itu berbalik dan meninggalkan pria itu yang ternganga dalam kesalnya yang menjalar.

"Yah. Ada apa dengan wajahmu, Tiffany?"Tanya gadis berambut coklat emas itu sembri menyeruput kopi paginya. Berkumpul di kantin sebelum jam pelajaran di mulai memang salah satu kebiasaan kelompok cheers ini setiap pagi. Dengan banyak pasang mata yang memperhatikan mereka dan memuji kecantikan yang mereka punya di dalam hati.

Siapa saja pasti akan sangat terpana ketika melihat satu persatu pesona yang di miliki para anggota cheerleaders itu. Kecantikan bak dewi yang baru saja turun dari kahyangan. Benar-benar memabukkan.

"Sebaiknya kita keluarkan saja si ingusan Sulli itu!"

"Wae?"Tanya Jessica langsung, ketika mendengar penyataan sahabatnya.

"Ada apa dengannya, Tiff?"Sambar Yuri heran,

"Si jalang itu bercumbu dengan Minho di pestaku!"

"WHAT!?"

"Dia benar-benar tidak tau diri, apa kita harus menghabisinya!?"Seru Yuri sembari mengepalkan satu tangannya di atas meja. Dia benar-benar tidak suka jika ada orang lain yang bermain-main dengan sahabat-sahabatnya di perkumpulan dewi ini.

"Yah. Kita gantung saja kepalanya di tiang bendera!"Tukas Yoona tiba-tiba, membuat yang lainnya menatapnya heran,

"Yah. Jangan konyol, Yoong. Kau brutal sekali."Jawab Sooyoung sembari tertawa,

"Jadi, apa yang akan kau lakukan? Padahal, dia lumayan membuat penampilan team kita tampak bagus."Kini Syoung bertanya pada ketua team mereka sekaligus, sahabatnya.

Tiffany hanya terdiam kosong, namun tatapannya penuh kebencian.

"Tampak bagus? akan ku tunjukkan padamu apa yang lebih bagus."

"Minta maaf sekarang juga!"Tiffany masih mencengkram rambut bagian belakang gadis itu dengan keras. Dia bisa merasakan kemarahan yang membakar ulu hatinya. Dia berada di kelas lain dengan sahabat-sahabatnya mengelilingi satu meja yang merupakan tempat duduk Sulli.

You, Again.Where stories live. Discover now