14. Nightmare

1.1K 225 37
                                    


Aku melihat jurang kematian di sana

Dan kita berpegang tangan berjalan menujunya

Akankah kita mati bersama?

Entahlah

Aku tertawa dalam hati dan menangis setelahnya

Melihat ini membuatku berpikir

Tidakkah itu terlalu romantis?

Haaah...

Mengenaskan

.

.

.


Masih dengan air mata yang mengalir deras, Sujeong tampak membalut luka lelaki itu dengan kain panjang. Mereka tak bisa leluasa keluar dari bangunan itu, bahkan hanya untuk membeli obat. Status Sujeong masih menjadi buronan dan Taehyung juga harus waspada dengan rencana Korea utara atas perilakunya.

"Ini pasti sangat sakit!"

Taehyung menoleh, "Ini tidak sakit sama sekali" Lelaki itu akhirnya berbalik setelah lukanya tertutup dengan baik, "Tapi aku lebih sakit melihatmu menangis seperti ini," tangan lelaki mengusap pelan air mata Sujeong dengan ibu jarinya.

Sujeong menghela napas mencoba menetralisir rasa sesak di dadanya akibat menangis, "Aku merasa menjadi pengkhianat."

Taehyung memandang gadisnya sendu, ia menarik kaosnya lalu mengenakannya, "Jeongi-ah. Ayo kita pergi!"

"Kemana?"

Taehyung menarik gadis itu dalam dekapannya, "Ke tempat yang jauh dari negara ini. Jauh dari Korea selatan ataupun korea utara, tempat dimana kita bisa bahagia!"

Sujeong mengernyit, "Bagaimana dengan adikmu?"

"Dia akan baik-baik saja dengan lelaki yang ia cintai!" ujarnya sedikit ragu. Ia tersenyum miris, harapannya bahwa Jimin akan benar-benar menjaga adiknya.

Sujeong menarik napas pelan, "Kau tahu dimana kita bisa pergi?"

Taehyung tampak berdehem sebentar, "New Zealand? Aku dengar pemandangan di sana sangat indah!"

Sujeong tertawa kecil, "Aku juga ingin ke sana. Ayo kita ke sana nanti!"

Taehyung melepaskan pelukannya memandang Sujeong dalam, "Saat semuanya aman, kita akan ke sana. Kita akan menikah di sana.. Ahh... sebelum itu aku harus meminta restu pada orangtuamu."

Sujeong mengangguk, "Entah apakah mereka masih menganggapku anaknya, aku sudah dua tahun tak melihat mereka dan hanya mengirimkan uang setiap bulannya."

Taehyung mengelus rambut gadis itu tulus, "Tak ada orangtua yang membenci anaknya!"

Sujeong mengangguk mengerti

Taehyung mencium puncak kepala Sujeong dan menghirup aroma rambutnya dalam, "Kita akan bahagia. Aku yakin itu! Saling berpegangan erat dan tak melepaskan satu sama lain. Lupakan untuk sementara bahwa kita berada dalam keadaan terdesak, yang sekarang harus kau pikirkan adalah cara kita untuk bahagia!"

The Bridge To Dreams [Jilid II] ✔Where stories live. Discover now