Mata Indi langsung bertemu dengan mata pria itu. Entah ekspresi apa yang ditunjukkan wajahnya sekarang. Indi yakin rasa rindu itu meluap keluar dari dalam tubuhnya. Namun sekali lagi Indi masih harus menelan pil pahit. Reza langsung membuang tatapannya kembali kearah laptop pria itu. Mengabaikan tatapan harap dari kedua mata Indi.

Indi menggigit bibirnya menahan rasa ngilu dihati karena diacuhkan oleh sang pujaan hati.

"Baiklah, karena kau sudah disini aku akan langsung saja." ucap tegas seseorang yang tidak lain adalah Bapak Mahendra.

Indi berusaha bersikap senormal mungkin. Entah kenapa perutnya tiba-tiba terasa mual. Firasatnya mengatakan jika yang akan keluar dari mulut pemimpin tertingginya ini adalah kabar buruk. Tatapan para direksi yang biasanya ramah sekarang terasa asing. Bahkan Bu Nia tidak menanggapi kehadirannya dan malah mengotak-atik ponsel. Hanya Pak Joko yang masih menawarinya kursi untuk duduk.

"Terima kasih, Pak." ucap Indi setelah mendudukkan dirinya. Sekali lagi dia melirik kearah Reza dan kembali teriris saat pria itu malah berbisik-bisik dengan Arya, mengabaikannya.

Pak Mahendra berdiri dan berjalan memutari meja. Semua mata mengikuti gerak gerik pria paruh baya itu. Dengan pelan, Pak Mahendra meletakkan sebuah berkas didepan Indi. Kening Indi menyerngit bingung.

Apa ini?

"Buka dan bacalah." perintah Pak Mahendra.

Dengan pelan dan ragu-ragu Indi membuka lembaran demi lembaran dan membacanya dengan teliti.

Sontak matanya membesar saat menyadari jika angka-angka didepannya sama sekali tidak benar. Sungguh ingatannya masih sangat segar bahkan sampai ke sen terkecil dari nilai laporannya bulan lalu. Dan Indi hanya bisa terdiam tidak percaya. Bahkan membela diri saja dia sulit.

"Ini...salah..." ucap Indi dengan sisa-sisa kekuatannya. Wajahnya bahkan sudah memucat sempurna.

"Jika memang benar salah, katakan dimana letaknya. Laporan itu hanya bisa ditarik dari login akunmu Indi. Selisih 700 juta yang tertera disana ditarik dari login mu, Nak..." ucap Pak Joko disebelahnya.

"Ta...tapi nilai yang saya laporkan kemarin bukan segini, Pak. Dan jika Bapak tidak percaya saya masih mempunyai filenya dikomputer say..." Indi mulai beranjak dari duduknya namun tertahan saat suara seseorang kembali menghancurkan keberaniannya.

"Maaf jika ini lancang. Tapi tadi malam Reza dan Arya sudah mengecek komputermu dan menemukan data yang sama disana..." suara Pak Mahendra tertahan saat tubuh Indi lunglai dan kembali terduduk.

"...Kenapa kau melakukan semua ini, Indi. Apa kau sedang ada masalah?" lanjut Pak Mahendra pelan.

Indi hanya menatap kearah lembaran putih penghancur nama baiknya itu dengan tatapan kosong. Dengan pelan dia menggelengkan kepala entah atas jawabannya pada Pak Mahendra atau karena tidak percaya semua ini terjadi padanya.

"Bagaimanapun kau harus bertanggung jawab, Nak." Pak Joko dan Bu Nia menatapnya prihatin.

Indi membeku. Selisih 700 juta adalah nominal yang amat sangat besar untuk pegawai biasa sepertinya. Bahkan serangan bertubi-tubi ini menimbulkan keraguan dihatinya. Apa memang benar dia sudah salah perhitungan. Apa memang dia keliru menyusun laporan yang sudah bertahun-tahun dilakoninya.

Sex God...I Will Kill YouDove le storie prendono vita. Scoprilo ora