LA. 7

3.6K 235 11
                                    

Hai~~~ semuanya!!!

Sorry banget karena baru sekarang bisa update. Moga-moga aku dimaafkan, ya! :)

Oke, ini dia kelanjutan yang ditunggu-tunggu. Semoga kalian suka!

__________________________________________________________________________

Author POV

Keempat sosok itu berdiri mengelilingi sebuah lubang. Dari lubang itu tercipta energi kegelapan yang sangat kuat. Keempat sosok dalam balutan jubah yang menutupi wajah mereka, hanya berdiri tanpa satu pun yang bersuara. Yang terdengar hanyalah suara burung gagak dari kejauhan.

"Apa yang membuatmu mengumpulkan kami disini, Venira?", tanya pria yang pertama membuka pembicaraan dengan suara semanis beledu.

"Aku merasssakan energi wanita itu. Cuma sesssaat, tapi energinya sssangat kuat", desis wanita bernama Venira.

"APA!? MUSTAHIL!!! Bukankah wanita itu sudah mati!?," geram pria dengan tubuh besar dibanding tiga sosok lainnya.

"Khekeke... Tenanglah, Sapi Pemarah. Teriakanmu tadi menakuti para burung, tahu", seru wanita dengan mata sekelam malam.

"APA KATAMU?! Dasar wanita---"

"Bavor, Milia, hentikan omong kosong kalian. Apa yang disampaikan Venira bukanlah masalah yang sepele. Jika benar bahwa ada orang dengan energi yang sama seperti wanita itu, maka kita harus segera membunuhnya", kata pria dengan suara semanis beledu dengan mata yang memancarkan hasrat hewan buas.

Keempat sosok yang berada di tempat itu terdiam. Berusaha mencari cara untuk menghabisi "hama" yang dianggap menggangggu bagi mereka. Milia-lah yang pertama kali membuka suara.

"Bagaimana cara kita untuk membunuh orang itu? Kita bahkan tidak tahu dimana orang itu berada"

Mereka semua kembali terdiam, hingga pria dengan suara selembut beledu itu memecah keheningan.

"Kurasa kita tidak punya pilihan selain menunggu orang itu keluar dari tempat persembunyiannya. Aku yakin orang itu tidak lama lagi akan menampakkan dirinya kepada kita. Seperti wanita itu.

Yang perlu kita lakukan hanyalah bersabar dan menunggu sedikit lebih lama. Ketika saatnya tiba, kita akan tangkap dan habisi dia"

Keempat sosok itu tertawa akan rencana jahat yang telah mereka siapkan. Akhirnya mereka memutuskan untuk berpencar. Menuju arah yang berbeda, dan lenyap bagai bayangan.

_________________________________________________________

Calistia POV

Malam sudah larut, tapi seberapa keras kucoba, kantuk tidak datang-datang. Alasannya bukan karena aku tidak mengantuk (percayalah, segala kegiatan yang kulakukan hari ini benar-benar sangat melelahkan, nyaris membuatku jatuh pingsan) tapi karena suara ribut dari kamar disebelahku.

Apakah mereka sudah tidak waras? Hilang akal? Tidakkah mereka tahu bahwa ini sidah larut malam? Apa mereka tidak sadar kalau mereka telah mengganggu ketenangan?, geramku dalam hati yang merasa di ambang batas kesabaran.

Tenagaku benar-benar terkuras untuk mengerjakan tugas hukuman dari Profesor Aurel bersama Darius. Bukan karena mengerjakan hukuman itu yang menguras tenagaku (karena tugas itu sebagian besar di kerjakan oleh Darius) tapi karena apa yang kulakukan bersama Darius selepas menyelesaikan tugas hukuman.

Flashback on

Setelah aku menyelesaikan tugas dari Profesor Aurel, dengan langkah tergesa-gesa aku pergi menuju gedung asrama putri. Untungnya, waktu yang kuhabiskan untuk mengerjakan tugas hukuman tidaklah lama, sehingga aku dapat tidur waktu tidurku hari ini tidak akan berkurang.

Lichtwood AcademyWhere stories live. Discover now