LA. 5

4.6K 317 5
                                    

Semua murid meninggalkan ruang kelas menuju lapangan. Semua begitu antusias untuk saling berlatih bersama partner masing-masing, begitu pula denganku. Dengan semangat aku berjalan bersama Darius menuju lapangan.

Sesampainya di lapangan kami semua mulai berpencar mencari tempat untuk berlatih bersama partner kami. Aku dan Darius memutuskan berlatih di dekat air terjun yang berada lumayan jauh dari lapangan tempat seharusnya kami latihan. Ketika ditanya kenapa memilih tempat yang jauh untuk latihan dia menjawab kalau lebih baik mencari privasi untuk latihan agar gaya bertarung kami tidak diketahui kelompok lain.

"Tapi kan sekarang masih tahap latihan. Kenapa kamu seakan berkata bahwa kita akan berperang?" tanyaku bingung.

"Justru karena latihan maka kita tidak boleh membeberkan gaya bertarung kita pada tim lain. Kalau gaya bertarung kita sampai terbaca oleh tim lain kita akan dengan mudah dikalahkan mereka. Maka dari itu aku sengaja memilih tempat ini untuk latihan agar tidak ada yang melihat kita latihan. Apa kamu tidak tahu kalau murid Lichtwood Academy terdiri dari anak-anak dengan kemampuan sihir di atas penyihir biasa. Tapi selain itu bukan hanya kekuatan sihir yang menentukan kemampuan penyihir tapi juga strategi yang mereka gunakan," jelas Darius panjang lebar.

Sekarang aku mengerti. Darius menginginkan kami agar dapat menjadi tim yang kuat. Seharusnya aku bersikap baik kepadanya karena dia telah berfikir untuk menjadikan kami tim yang kuat. Aku seharusnya bersyukur...

"Maafkan aku. Aku bersikap seperti orang bodoh. Seharusnya aku tahu kalau ini lebih dari sekedar latihan. Sekali lagi, maafkan aku," jawabku penuh penyesalan.

Lama aku menunggu. Aku tidak bisa melihat wajahnya karena aku menundukkan kepala. Karena dia tidak bersuara, aku mengangkat kepalaku. Wajahnya menjadi dingin, raut wajahnya menjadi kaku. Aku jadi tambah menyesal. Kemudian...

"Bhahahahahahahahaha..."

Melihat dia tetawa membuatku mengerutkan kening. Apa yang lucu? Perasaan yang kukatakan tadi tidak ada yang lucu, tapi kenapa dia tertawa?

"Hahaha.. maaf, maaf. Aku tidak mengira kau akan mengatakan hal seperti itu. Kukira dari sikapmu tadi dikelas, kau terlihat seperti gadis yang menjengkelkan. Tapi aku salah," mendengar jawabannya yang mengatakan aku menjengkelkan membuatku cemberut. Tapi ternyata permintaan maafku membuatnya mengubah cara pandangnya terhadapku.

"Tapi sebenarnya bukan cuma itu alasanku mengajak kau kemari?" katanya sambil melangkah perlahan kearahku. Caranya menatapku membuatku merinding. Aku melangkah mundur menjauhinya. Tapi ternyata langkahku terhalang batang pohon dibelakangku. Sekarang aku tidak bisa melangkah mundur lagi. Lututku terasa lemas. Aroma colognenya terasa sangat memabukkan. Jantung berdegup kencang seperti baru saja berlari.

Ketika berada tepat didepanku, Darius menjulurkan kepalanya didekat telingaku. "Kau terlihat manis saat merona. Seperti buah ceri yang sudah matang. Aku jadi ingin memakanmu," bisiknya serak. Dia menggigit cuping telingaku membuatku terkesiap. Kemudian Darius perlahan mundur dan berjalan menuju air terjun.

"Oke sekarang kita mulai latihannya. Apa kau sudah siap?" Darius bertanya sambil menatap air terjun yang berkilauan terkena cahaya matahari.

"Ya. Aku sudah siap. Jadi kita akan latihan apa?"

"Pertama-tama aku akan melatihmu mengendalikan sihir cahayamu,"jawabnya membuatku kaget.

"Tidak usah kaget begitu. Kepala sekolah sudah memberitahuku tentang sihirmu. Jadi sekarang kita akan fokus pada latihan sihirmu. Bagaimana?"

"Tidak masalah. Jadi sekarang apa yang harus aku lakukan?"tanyaku bingung.

"Lakukan seperti yang aku lakukan. Arahkan tanganmu ke depan. Dan fokuskan fikiranmu dan pusatkan mana ke telapak tanganmu. Seperti ini," kemudian bola sihir berwarna hitam keluar dari telapak tangannya.

Lichtwood AcademyWhere stories live. Discover now