Chapter 1 : New York

3.2K 157 11
                                    

**This book is Indonesian translation of "My Life With The Walter Boys" which is written by @Fallzswimmer (Ali Novak). All credits goes to her**
 
  
***
  
  
Mengerikan bagaimana kematian dapat terjadi dalam suatu momen yang sunyi, benar-benar tanpa disadari oleh seluruh dunia. Aku sedang berbaring di sofa, bergelung dalam selimut bagai kepompong dan mencoba mengontrol rasa dingin yang mengaliri tubuhku. Begitu pagi berlalu, aku dalam keadaan antara sadar dan tidak sadar, dan hal itu pasti terjadi di waktu itu, saat keluargaku menghilang dari dunia.

Saat aku tidak bisa tidur lagi, aku menarik keluar tanganku yang gemetar dari tempat berlindungku yang hangat dan menyambar remote; film kartun selalu membuatku merasa lebih baik. Channel berita berkedip-kedip di layar. Seorang reporter menyatakan dengan suara datar bahwa Bill Howard yang terkenal-C.E.O Perusahaan Investasi Howard-telah tewas dalam sebuah kecelakaan mobil mematikan. Aku mengerjapkan mata, tiba-tiba merasa bingung. Reporter itu bercanda, kan? Atau barangkali di luar sana ada Bill Howard lain yang bukan ayahku?

Setiap orang memiliki satu momen perubahan hidup. Hal itu membentuk dirimu menjadi seseorang yang lebih baik dan mendorongmu menuju sebuah jalan sempit yang memimpinmu menjalani sisa hidupmu. Hal itu mendefinisikan dirimu. Terkadang kau bisa melihat hal itu datang dari jauh, tapi di saat yang lain, hal itu terjadi dalam hitungan detik. Seperti itulah momen itu datang padaku-satu kelebatan yang begitu cepat dan hidupku benar-benar tergelincir ke dalamnya.

Reporter itu lalu menjelaskan bahwa semua penumpang yang berada dalam mobil tersebut tewas. Namun, satu anak perempuannya tidak ada di sana, dan keberadaan anak itu saat ini belum diketahui. Satu anak perempuan yang dimaksud itu aku, kan?

Aku menatap tak percaya ke TV, merasa sulit memahami apa pun yang telah diberitakan. Ada sebuah mug berisi cokelat panas di atas meja yang dibuat ayahku sebelum mereka pergi. Dia tidak mungkin tewas. Baru beberapa jam lalu dia mengaduk marshmallow di mugnya. Kepalaku terasa pusing sekali.

Layar TV kemudian berganti menjadi foto rongsokan mobil dan perutku serasa jungkir balik. Mobil itu sulit untuk dikenali-menabrak pohon begitu kencang sehingga membungkus sekeliling batang gemuknya-tapi aku tahu warna biru cerah Cadillac ibu. Itu adalah mobilnya, dan orang tuaku tadi ada di dalamnya!

Perutku bereaksi sebelum aku sempat berbuat apa-apa, aku membungkuk ke sisi sofa dan memuntahkan sedikit cokelat panas yang sanggup kuteguk pagi tadi ke lantai kayu yang keras. Bagaimana bisa ibuku, wanita yang mengelus rambutku semalam saat aku menangis di toilet karena flu itu, tewas? Bagaimana dengan Lucy-belahan diriku? Apakah mungkin salah satu anak kembar tetap hidup sementara yang lainnya tidak?

***

Hari sudah malam ketika aku mendengar ketukan pelan para polisi di pintu depan. Aku belum pindah dari tempatku di sofa. Televisi pun masih menyala; terus mengulang berita mengenai tewasnya Bill Howard sepanjang hari. Aku tidak menyadari keadaan sekitar ketika syok mengambil alih tubuhku.

Aku merasa seakan tergelincir ke dalam keadaan setengah tidur, tidak mampu merasakan apa-apa kecuali tubuhku yang mati rasa. Ada lebih banyak cairan muntahku di lantai, tapi aku masih tidak bisa menangis karena semua ini rasanya tidak nyata.

Para polisi itu membawa seorang wanita bersama mereka dan wanita itu perlahan masuk ke dalam apartemen. Matanya merah dan bengkak karena menangis dan suaranya adalah hal pertama yang bisa kupahami setelah berjam-jam.

"Hai, Jackie sayang," ujarnya seraya berjongkok di sisiku. "Aku Katherine Walter." Rambut emasnya lepek dan menempel di kepalanya. Namanya terdengar tidak asing dan aku menatap kedua matanya. Dia tidak terlihat seperti seseorang yang pernah kutemui sebelumnya, tapi sesuatu tentang namanya terasa familiar.

Katherine Walter. Bukankah aku baru mendengar nama itu tadi pagi? Apakah wanita yang berdiri di depanku ini adalah sahabat lama ibuku? Katherine yang bersekolah di Hawks Boarding School-sekolahku dan saudariku-bersama ibuku bertahun-tahun lalu?

Perlahan-lahan ingatan mulai menerpaku. Katherine Walter adalah orang yang akan ditemui oleh orangtuaku pagi ini saat mereka kecelakaan. Dia terbang dari Colorado untuk berkunjung.

Keluargaku meninggal dan wanita ini adalah buktinya. Aku bisa melihat kesedihan dimatanya dan mendengar luka di suaranya. Ibuku pasti berarti untuknya. Aku tersedak, berusaha untuk menghirup udara, dan rasa sakit yang tajam menusuk perutku. Akhirnya, air mataku keluar.

"Shhh, sayang," kata Katherine, mengelus rambutku saat aku menangis. "Semua akan baik-baik saja. Aku akan menjagamu."

Dan dengan ini, dimulailah perjalananku jauh dari kota cantik yang kucintai. Jauh dari hutan semen yang selalu menawanku. Jauh dari rambu-rambu neon kelap-kelip dan suara lalu lintas yang menidurkanku. Jauh dari tempat belanja mahal, pertunjukan Broadway yang penuh warna dan restoran-restoran yang menawarkan berbagai makanan yang bisa kuimajinasikan. Dan jauh dari New York yang menyimpan kenangan masa kecilku, juga hatiku.[]

My Life with the Walter BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang