Bahagia?

5.5K 474 84
                                    

"Kamu kenapa disini, Byan?"
Tanya Tira, meski lengan bajunya tetap dalam cengkraman Vero.

Perempuan itu coba mengibaskan lengannya, berharap jari Vero cepat lepas. Namun dasar Vero, dia malah sengaja memperkuat cengkramannya. Membuat Tira kesal dan akhirnya membiarkan jari Vero tetap berada disana. Vero tersenyum penuh kemenangan saat itu, alisnya terangkat sembari menatap Tira yang bersungut kesal kearahnya.

"Aku mencarimu."
Ucapan Abyan sontak membuat kedua orang yang tadinya sibuk melempar pandangan penuh peperangan, menoleh. Dan hal itu bisa saja membakar amarah Vero.

Apa dia nggak liat, ada gue disini. Setidaknya hargai gue kek, bukan sok manis gitu ke Tira.
Vero terus menggerutu dalam hatinya, ingin sekali dia melayangkan tangan kekarnya ke perut dan membuat Abyan meringis. Namun, dia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk bisa mengalahkan emosinya.

"Dia ada urusan dengan saya. Kalo anda mencarinya, bisa lakukan itu setelah jam kerjanya selesai."
Jelas Vero sok tegas.

"Anda bersikap seolah Tira adalah budak yang bisa disuruh apapun, saya sudah mengenal Tira sejak kecil, dia bukan orang yang mau ditekan. Meskipun dia berhutang pada anda, tapi anda tidak harus menekannya seperti ini."

Gigi Vero bergemerutuk, cengkramannya semakin kuat. Membuat Tira sadar bahwa ini akan tidak baik saja, Vero akan bisa melukai Abyan jika laki-laki itu terus mencelanya.

"Saya bisa melunasi hutangnya pada anda jika itu bisa membebaskannya, saya tidak mau Tira tersiksa dengan menjadi pesuruh anda. Dia perempuan terhormat yang tidak berhak diperlakukan seperti itu."

Ucapan Abyan langsung menohok hati Vero. Apa selama ini dimata orang, termasuk Tira sendiri, telah memperlakukan perempuan itu seperti yang dikatakan Abyan. Apa dia makhluk keji yang telah menyiksa hati perempuan seperti Tira. Membuat perempuan itu tidak lagi dipandang terhormat oleh orang?
Ya, Vero mengakui kesalahannya, saat awal dia bertemu dengan Tira, dia pernah membentaknya, mengatainya, mencacinya, tapi itu dulu. Jauh sebelum dirinya merasakan bahwa Tira orang yang terpenting dihidupnya, perempuan yang sangat terhormat baginya, meski dia sering mendebat Tira, namun itu hanya sebuah alasan, agar bisa terus berbicara dengan perempuan itu. Bukan hal mudah mengembalikan perasaannya yang pernah terluka, namun Tira lah yang telah membantunya, lalu apa selama ini dia membalas kebaikan perempuan itu dengan siksaan batin? Seperti yang dikatakan oleh Abyan. Ya, mungkin.

"Abyan, apa maksudmu? Jangan bicara kayak gitu, ini nggak seperti yang kamu liat. Tuan Vero sangat baik."

"Tidak."
Vero memotong ucapan Tira.
"Saya memang seperti yang anda katakan. Saya jahat, saya memang memperlakukannya seperti pesuruh, ya, dia bekerja memang untuk itu. Tapi jangan banyak berharap untuk kebebasannya, saya tidak akan membiarkannya begitu saja lepas, apalagi dengan cara anda melunasi hutangnya."
Ucapan Vero langsung membuat Tira memperhatikannya, tidak perduli pandangan perempuan itu. Vero terus menatap Abyan dengan tatapan mengintimidasi.

Abyan tersenyum sinis,
"Apa sebenarnya mau anda? Kenapa anda menghalangi kebahagiaan Tira?"

Vero kembali terdiam.

Lupakan tentang kebebasan, namun aku hanya ingin bersama Tira dalam hari-hariku, menjadikan perempuan itu sebagai semangatku. Apa itu terdengar egois? Baik, aku masih belum bisa menghilangkan rasa egoisku secepat itu, apalagi mengenai Tira.

"Karna saya tidak pernah mau melihat dia bahagia."
Jawaban Vero lagi-lagi membuat Tira melihatnya dengan tatapan nanar.

Disisi lain, Tira sangat sedih mendengar ucapan Vero dengan wajah dinginnya. Seakan Vero yang pertama kali dikenalnya sedang muncul kepermukaan lagi. Semua perkataan laki-laki itu terus menyakitinya, Tira tidak perduli dengan cengkraman jari Vero yang semakin kuat, dia hanya memperdulikan kata demi kata yang keluar dari mulut Vero.

Andai Luka itu Lollipop (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang