Logika dan Hati yang tak sejalan

5.4K 473 35
                                    

TIRA POV

Kini aku memandangnya, menanti satu kalimat yang katanya akan dia ucapkan khusus untukku. Rugi jika aku tak mau mendengarnya.
Maka aku akan berusaha sabar sampai dia berbicara. Namun sayangnya, laki-laki itu semakin mengulur kesabaranku. Bagaimana tidak, bukannya segera berbicara, Vero malah melihatku dengan pandangan kosong.

"Apa?"
Aku ulangi lagi pertanyaanku.

"Terimakasih."
Ucapnya kemudian. Aku menunggu lagi, mungkin ada kalimat lainnya setelah terimakasih. Tapi ternyata tidak! Hanya satu kata itu. Setelah mengucapkannya dia langsung berjalan melewatiku.

"Hanya itu?"
Gerutuku dalam hati. Tidak akan dia dengar.

"Sekarang, ayo ikut aku."
Ucapnya dibalik tubuhnya yang terus berjalan.

"Aku mau kerja."

"Ini termasuk pekerjaanmu, mengikuti perintahku."
Jelasnya.

Oke, baiklah. Segala hal yang berurusan dengannya adalah pekerjaanku.

"Ya."
Aku mengikutinya, yang terus berjalan entah kemana.
"Tuan, apa kamu nggak mau naik kendaraan apapun? Ini panas, dan banyak polusi."
Saranku. Laki-laki itu punya mata nggak sih? Semua perempuan yang berlalu lalang, memperhatikan laki-laki yang berjas, dan berdasi sepertinya, apa dia tidak risih.

"Gimana denganmu?"
Tanyanya.

"Nggak apa-apa, kita bisa naik taksi."
Ucapku meyakinkannya, selain banyak polusi, dia juga tidak cocok berjalan ditengah-tengah keramaian seperti ini.

"Yakin?"
Tanyanya lagi sembari berbalik untuk melihatku. Aku yang sedang fokus berjalan, tiba-tiba teehenyak karena tubuh Vero menghalangi jalanku.

Aku mengangguk.

"Yasudah."

"Bentar kalo gitu, aku akan cari taksi."
Aku berjalan kepinggir jalan raya, untuk mencari taksi dan memberhentikannya.

Setelah beberapa saat, taksi datang dan berhenti didepanku. Aku menyuruh Vero untuk masuk kedalam taksi tersebut. Dan tidak lama kemudian, kita sudah ada dalam taksi.

Keheningan benar-benar menyelimuti kita berdua, sedangkan aku sibuk menutup hidung, agar AC mobil itu tidak aku hirup dengan sepenuhnya. Entah apa yang membuatku selalu mual saat ada dalam mobil, apa karena AC, atau supirnya yang ngebut bawa mobil, aku tidak tau yang sebetulnya.

"Mau AC-nya dimatiin?"
Tanya Vero tiba-tiba. Tersadar bahwa gerak-gerikku membuatnya curiga aku sedang mual, dengan segera aku menarik tanganku dari hidung, aku tidak mau merepotkannya lagi.

"Nggak perlu."
Jawabku.

"Yakin? Jangan buat kita turun hanya karna kamu pengen muntah."
Ucapnya. Uuh, omongannya.

"Iya."
Jawabku ragu.

"Bener yakin nggak mau dimatiin?"

"Iya."

"Yakin?"

"Nggak."
Jawabku akhirnya sembari menutup hidung lagi.
Kulirik, laki-laki itu mematikan AC dengan senyum miringnya.

"Pak, ada minyak kayu putih?"
Tanya Vero pada supir taksi.

"Oh, ada Pak. Silahkan."
Supir tersebut menyodorkan sebotol minyak kayu putih pada Vero. Vero pun menyodorkannya kearahku.

"Seenggaknya dengan minyak kayu putih, kamu nggak bisa hirup bau mobil ini. Dan dudukmu jangan bersandar, biar gerakan mobil ini nggak terlalu terasa."
Saran Vero, aku pun mengangguk mendengarnya sembari melakukan apa yang disarankan.
"Kalo masih mual, kita bisa turun."
Tambahnya.

Andai Luka itu Lollipop (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang