EMPAT

30 2 1
                                    


"Kau yakin tak butuh bantuanku?" Stephanie menghampiri sekali lagi. Ia memainkan sebuah wortel dengan tangan kirinya.

Jill menggeleng dengan cepat. Tanpa menoleh pada gadis itu dan tetap asik dengan pekerjaannya, menghiasi cupcakes. "Tetaplah melayani pelanggan. Aku tak masalah. Masih dalam batas normal dan belum mengalami kerepotan yang serius." Jill tersenyum lebar.

"Baiklah." Ujar Stephanie lalu menyapu punggung Jill sebelum berlalu pergi.

Dari luar bangunan kedai, Elina berjalan masuk. Ia melihat Nick Everleans sedang asik menyirami tanaman di kebun kecil milik Tea Haus.

"Langit mendung. Sebentar lagi, hujan mungkin akan turun. Kau tak perlu repot-repot menyiram tanaman, Tuan Everleans." Sapanya sembari melepas kacamata hitamnya.

Nick meletakkan selangnya, mematikan air lalu berjalan menghampiri wanita Perancis itu.

"Kau hendak bertemu Jill, Nona Dallas?"

Elina mengiyakan. "Dia sudah datang, kan?"

"Tentu. Mari, silakan masuk! Dia sedang bekerja di dapur." Nick berjalan lebih dulu di depan Elina. Membimbing jalan menuju dapur, tempat di mana Jill berada.

"Hei!"

Jill mendongakkan kepala. Terlihat Nick menyembulkan kepala sedikit dari balik pintu yang terbuka. "Apa kau ada janji dengan mademoiselle-(3) hari ini?" Tanyanya sambil menunjuk Elina yang langsung melesat masuk ke dapur dengan wajah sumringah.

"Astaga, Elina! Hei, kapan kau datang?"

"Baru saja." Jawabnya tak lupa mengucapkan terima kasih pada Nick yang telah mengantarnya masuk. "Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu. Seputar pekerjaanku. Kali ini, aku benar-benar membutuhkan bantuanmu."

"Baiklah! Tunggu sebentar."

Jill berjalan menjauhinya. Mengamati dengan seksama jarum jam berukuran mini yang berdiri angkuh di atas pemanggangan. Kemudian, mengeluarkan beberapa talam yang berisi kue cup yang telah matang, sambil tak lupa mengenakan sarung tangan tebal.

"Kau mau minum apa?"

Elina bergumam, "Sesuatu yang bisa menghilangkan rasa kantukku, Jill." Elina berjalan menjauh darinya. "Aku tunggu di depan, ya!"

Hari itu, matahari terlihat malu-malu untuk menampakkan diri. Hujan juga tak kunjung datang mengguyur kota. Di sudut pantai terlihat beberapa anak kecil sedang asik berlarian, bermain mengikuti gerakan arah ombak yang maju-mundur. Gundukan pasir terbentuk beberapa di sekitar ember dan sekop pelastik yang berserakan ditinggalkan oleh empunya. Sepasang burung camar mengepakkan sayap dengan bebas melintas di langit teduh berwarna kelabu.

"Minumlah! Akan lebih baik dinikmati selagi hangat." Kata Jill menghidangkan teh di depan wanita itu. "Kau dapat bonus. Dua buah cupcakes – Boston Cream dan Blueberry Cheesecake. Beritahu aku, apa kau menyukainya setelah kau mencobanya."

Elina mengambil garpu kecil di sudut piring. Memotong bagian atas Boston Cream, lalu mengunyahnya. "Enak! Krimnya lumer di mulut. Mengingatkanku akan cemilan kesukaanku waktu aku masih kecil."

"Ya! Kau benar! Memang itu alasan kenapa aku ingin membuatnya." Jill tertawa kecil. "Jadi? Apa yang membawamu ke tempatku? Apa yang bisa kulakukan untukmu?"

Ia menyesap tehnya sebentar sebelum melanjutkan. "Apa kau sibuk minggu depan?"

Jill memutar kedua bola matanya yang berwarna abu-abu. "Tidak juga. Ya, seperti biasa. Belum ada jadwal apa-apa."

SHARE (A) TEA  #WeddingSeries (Book 1 of 4)Där berättelser lever. Upptäck nu