DUA

34 3 0
                                    


Bertemankan langit yang mendung, diguyur oleh hujan dalam intensitas rendah, membuat macet terjadi di beberapa titik jalanan penting. Musim gugur memang sukar ditebak. Termasuk hujan yang datang menyapa hari ini. Walau tak deras, lumayan sebagai penyegar bangunan-bangunan tinggi yang berdiri di sepanjang jalan.

Jill sedang duduk di bangku kemudi saat itu, dalam perjalanan menuju salah satu restoran Sushi – Kazu Japanese Restaurant, yang terletak di 9965 San Jose Blvd Suite 35.

Ia melirik jam digital yang berada di dashboard mobil. Jemarinya asik mengetuk-ngetuk kemudi dan tak henti-hentinya melongokkan kepala, melihat jalan yang berada di depannya. Pasti ia akan sedikit terlambat sampai di restoran karena macet. Beruntung, dugaannya salah. Tepat pukul tujuh malam, akhirnya ia tiba di restoran tersebut. Memakan waktu hampir sejam di jalanan, dan itu membuat punggungnya didera rasa lelah.

Sembari merapikan jaket, ia berjalan menyusuri pintu masuk. Jill melemparkan pandangan ke sekeliling ruangan, ketika seorang pelayan menghampiri dan bertanya apakah ia telah membuat janji sebelumnya.

Senyumannya merekah begitu melihat Shera Shena melambaikan tangan kanannya tinggi ke udara, memberitahukan posisi tempat mereka duduk. Jill menjelaskan pada pelayan, kemudian menghampiri mereka duduk di meja bar Sushi.

"Hei, Jill! Lihat wajahmu, kau tampak begitu kelelahan. Perjalanan jauh, hah?" Shera Shena menggoda gadis itu, lalu memeluknya dengan erat. "Aku merindukanmu!" Tambahnya terdengar begitu riang.

"Siapa yang memilih tempat ini? Jauh sekali, padahal kita bisa bertemu di kedai tehku atau kalian bisa mencari restoran lain yang tidak harus membuatku mengemudi sejauh 24 mil." Terangnya dramatis.

Elina Dallas tertawa. Ia lalu menunjuk Kim Allen yang sedang asik menikmati sebatang rokok seperti yang selalu menjadi kebiasaannya.

"Maaf Jill." Kim lalu mematikan rokoknya di dalam asbak. "Ini adalah pertemuan dadakan. Kurasa, tidak baik saat aku berada di Jacksonville, tapi tidak menghubungi kalian. Akan lebih baik, kita bertemu walau hanya sebentar."

Jill lalu memeluk Elina dan Kim secara bersamaan. "Ah, tenanglah! Demi kalian berapa mil pun akan aku tempuh." Ujarnya disambut gelak tawa dari ketiga sahabat wanitanya. "Kau tak memberi kabar kalau kau bertolak dari New York ke sini. Sudah berapa hari kau berada di kota First Coast ini?"

"Kau tak akan percaya ini, Jill! Warp tour! Aku baru saja sampai di pagi hari, dan esok pagi aku harus kembali. Maaf karena kau yang harus mendatangiku di sini. Setelah ini, aku akan langsung ke bandara. Aku takut terlambat dan ketinggalan pesawat. Besok aku harus sudah di New York untuk rapat laporan kunjunganku hari ini."

Jill mengibaskan tangan kirinya. "Tak masalah. Aku senang kita bisa berkumpul lagi. Kuharap kau tiba segera di bandara sebelum penutupan jalan di Pecan Park Rd."

"Yap! Itulah yang aku hindari."

"Duduklah!" Shera mempersilakan.

Perempuan itu menggantung jaketnya di lengan kursi. Sibuk mengamati lembaran menu, saat ketiga teman wanitanya masih asik berbagi cerita. Beruntung mereka duduk di meja bar itu, yang langsung berhadapan dengan sang juru masak. Jill begitu tertarik mengamati mereka bekerja di bawah cahaya lampu neon berwarna biru.

Seketika, atmosfer ketenangan di dalam tempat itu hilang, tergantikan oleh riuh gelak tawa dari wanita-wanita usia kisaran tiga puluhan tahun. Usia mereka mungkin bisa jadi terasa tua. Tetapi, penampilan mereka menghapuskan semua fakta itu. Mereka masih terlihat bugar, seperti wanita dua puluhan tahun pada umumnya.

SHARE (A) TEA  #WeddingSeries (Book 1 of 4)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang