PART 8

146 6 0
                                    

Setiap hari Yoona lalui tanpa kehadiran Luhan mereka bahkan sangat jarang saling menghubungi satu sama lain, tugas kuliah yang sangat banyak apalagi disaat-saat menjelang wisuda. Bahkan untuk berkumpul dengan sahabatnya sangat sulit karena mereka semua sedang dalam tahap penyusunan skripsi.

Onew adalah orang yang selalu bersamanya mulai dari pagi hingga malam mereka selalu bersama saling membantu mengerjakan skripsi.

Sama seperti hari sebelumnya Yoona pulang agak malam ia berada di perpustakaan seharian, Yoona membuka pintu gerbang dan melihat mobil Luhan terparkir di sana.

"Mungkinkah?... ah tidak mungkin... mungkin bibi yang memakainya" pikir Yoona dalam hati. Ia pun masuk dan menuju ke kamarnya betapa kagetnya ia ketika melihat Luhan berdiri di hadapannya.

"Sepertinya aku sudah gila" ucap Yoona kemudian pergi begitu saja dan menaruh tas dan buku-bukunya. Namun sebuah tangan tiba-tiba saja seseorang memeluknya dari belakang.

"Sayang" Yoona melepaskan pelukan itu dan menatap pria itu.

"Kau Luhan?" kemudian memukul dan mencubit wajah pria itu.

"Kau sudah melupakan wajah pacarmu sendiri?" kesal Luhan, Yoona kemudian langsung memeluk Luhan dan memukul dada Luhan air matanya keluar begitu saja "Jahat sekali" itulah kata yang keluar dari mulut Yoona, Luhan menghapus air mata Yoona.

"Bagaimana bisa tidak pernah menelpon bahkan mengirim pesan pun tidak pernah!" ucap Yoona.

"Jika aku mendengar suaramu aku mungkin akan langsung kembali ke sini" jawab Luhan kemudian mengusap rambut Yoona lembut.

"Kenapa tidak memberi tahuku kalau kamu sudah pulang?".

"Ini adalah kejutan".

"Ahhhh... tapi hati rasanya sakit" lanjut Luhan kemudian memegang tangan Yoona.

"Apa kau tidak suka hadiahku waktu itu?" lanjut Luhan lagi kemudian mengambil kotak yang terletak di meja samping kasur Yoona. Luhan sangat kecewa saat melihat cincin pemberiannya tidak Yoona pakai.

"Kau itu benar-benar pria jahat!" ucap Yoona kemudian duduk di pinggir kasurnya.

"Kenapa?" tanya Luhan bingung.

"Kau ingin aku memasang cincin itu sendiri?".

Mendengar itu Luhan tersenyum, kemudian bertekuklutut di hadapannya dan meraih tangan Yoona dan memasangkan cincin itu di jari manis Yoona. Mereka pun bertatapan dan tersenyum. Mereka mengobrol sampai malam, melihat Yoona tertidur Luhan pun mengangkat Yoona dan menidurkannya di kasur dan menutup badan Yoona dengan selimut.

"Selamat malam" ucap Luhan kemudian keluar dari kamar Yoona.

Yoona mulai terbangun dari tidur nyenyaknya "Apa itu hanya mimpi?" pikir Yoona, tapi ketika melihat sebuah cincin melingkar di jari manisnya ia tersenyum dan yakin bahwa semalam itu bukan mimpi.

Setelah bersiap-siap menuju ke kampus Yoona turun ke dapur.

"Selamat pagi" ucap seseorang yang tak lain adalah Luhan, "Pagi yang indah" pikir Yoona dalam hati. Ia duduk di samping Luhan.

"Katanya Luhan ingin mengantarmu" kata ibunya.

"Ok".

Mereka melalui sarapan ini dengan penuh canda tawa, orang tua Yoona yang melihat kebahagiaan ini berfikir bahwa mereka tidak salah pilih. Luhan membukakan pintu untuk Yoona, Yoona pun masuk dengan senang hati.

"Kau pasti akan sangat sibuk sampai wisudamukan?".

"Iya... itu sangat melelahkan aku hampir seharian berada di perpustakaan" keluh Yoona.

"Kalau begitu kita tidak bisa berkencan dong?" kata Luhan kecewa.

Sebenarnya Yoona juga sangat kecewa akan hal itu. Mereka pun akhirnya sampai di Universitas Seoul "Aku pergi dulu" pamit Yoona kemudian keluar dari mobil Luhan. Setelah mobil Luhan pergi ia baru pergi kemudian Yuri danSooyoung mengagetkannya.

"Kapan Luhan pulang?" tanya Sooyoung.

"Kemarin".

"Pantas saja kau tidak bisa berhenti tersenyum" ejek Yuri, Sooyoung menghembuskan nafasnya berat.

"Yuri dan Minho saja sudah membuatku mau muntah dan sekarang kau dan dia? Sepertinya aku akan masuk rumah sakit".

"Makanya berkencanlah dengan seseorang jangan terlalu jual mahal seperti itu".

Yoona dan Yuri menertawai Sooyoung. Tapi mereka kemmbali haruus terpisah karena kelas mereka berbeda. Saat Yoona berjalan seseorang tiba-tiba saja merangkulnya. Siapa lagi kalau bukan Onew ia sudah terbiasa akan tingkah laku Onew.

Onew kemudian menyuapi Yoona dengan sebuah roti sambil berkata "Makanlah sepertinya kita harus bekerja keras seharian ini" .

Luhan bertemu dengan Suho dan Minho. Mereka mengobrol banyak hal dan sampailah pada sebuah obralan yang berhasil membuat Luhan cemburu.

"Selama kamu tidak ada dan kita semua sibuk dengan urusan masing-masing Yoona dekat dengan seseorang" ucap Minho sebenarnya ia sudah lama ingin memberitahu Luhan tapi ia ingin melihat langsung ekspresi cemburu Luhan secara langsung karena ia tahu sahabatnya yang satu ini sangat pencemburu.

"Seorang pria" lanjut Minho memperjelas, Suho yang tahu maksud Minho ini pun hanya tersenyum.

"Mereka hanya berteman tidak perlu khawatir, mereka dekat karena mereka satu jurusan" ucap Suho.

"Dia juga suka menemui Yoona" kata Minho melirik Suho, Suho yang sadar bahwa orang yang dimaksud Minhoadalah dirinnya pun mengelak dan berkata "Apa? Kami hanya bertemu sesekali".

Luhan pun menyesal kuliah di luar negeri, kenapa ia tidak pernah terfikir tentu saja banyak pria yang mendekati Yoona biar bagamanapun Yoona itu sangat cantik dan dia juga orang yang menyenangkan.

"Aku hanya bercanda bro, saat Yoona setuju berkencan dengan salah satu dari kalian itu tandanya dia sudah tidak normal karena jika dia ingin mengencani orang yang tampan maka seharusnya ia berkencan denganku" mendengar perkataan Minho itu Luhan dan Suhopun meninggalkannya sendiri.

"Yak!!! Kalian berdua!!!" teriak Minho.

***

Love RainDär berättelser lever. Upptäck nu