Chapter I : Saras

69.3K 1.4K 63
                                    

Chapter I : Saras

Aku berjalan kedepan dan memacu kudaku untuk meneruskan perjalanan. Sore itu langit mendung, seakan hujan akan segera tiba. Aku merasa kuda yang sudah setengah hari berjalan akan kelelahan sebentar lagi. Kudengar ringkikannya seakan di berteriak kepadaku karena terlalu lelah. Suara desiran air dari kejauhan membuat diriku yakin tempat ini adalah tempat dimana kita akan istirahat malam ini. Kuhentikan kudaku.

Aku turun dari kereta dan menurunkan sandaran kereta ketanah. Ku buka ikatan kuda dengan keretanya dan kutuntun kudaku ke arah pohon dan kuikat kudaku disana. Aku mengambil ember tempat minum kuda dari kereta dan berjalan ke arah suara deburan air disana. Aku mengambil seember dan tidak lupa aku mengisi tempat minumku, lalu membawanya ke arah kami beristirahat. Aku berikan kudaku minum ku elus rambut surainya, kemudian aku teringat bahwa aku bersama seorang wanita dan putrinya yang berada di dalam kereta.

Mereka berdua tidak kunjung keluar dari kereta. Aku menghampiri mereka dan sedikit membuka korden kereta itu. Pemandangan luar biasa terlihat olehku. Dia tidur memeluk anaknya dengan kemben yang mulai melorot. Anaknya yang tertidur dengan mulut yang masih menancap di puting susu kiri ibunya. Sungguh pemandangan yang luar biasa menurutku.

Kedua bongkahan buah dada yang selama ini hanya aku bayangkan mendadak tersedia di depanku. Buah dada yang besar dan kencang, dengan puting susu kecoklat-coklatan terpampang di hadapanku. Aku memandangnya begitu lama sehingga tidak sadar batang kemaluanku mengeras dan menonjol di celanaku. Tiba-tiba Saras terbatuk dan membuka matanya.

Aku buru menutup kordennya dan meninggalkannya pura-pura tidak tahu. Sialan! Pikirku, sedang asyik-asyiknya malah Ia terbangun. Kubayangkan jika aku di posisi putrinya itu. Pasti sudah kulumat habis puting susunya yang kenyal itu. Aku kemudian melakukan aktifitasku untuk mencari kayu bakar dan menyiapkan makanan. Setelah selesei aku mencari Kayu bakar. Kulihat Saras dan putrinya turun dari kereta kudaku.

Dia duduk di sebuah pohon besar sambil menggendong putrinya yang kala itu masih tertidur. Aku pun menyusun kayu tersebut, namun sial. Belum apinya menyala hujan turun dengan lebatnya. Aku bergegas masuk ke dalam kereta, agar terhindar dari hujan. Saras menyusulku, aku membantu menggendong putrinya dan menidurkannya di lantai kereta. Kami berdua duduk dalam kereta kuda. Dingin melanda, dia tidak memakai pakaian semestinya. Hanya menggunakan Jarik yang di ikat untuk menutupi badannya. Terlihat belahan buah dada yang besar di hadapanku.

Ia menggosokkan tangannya tanda ia kedinginan. Aku melihatnya kasihan. Aku pun berpindah ke sampingnya dan berkata.

"kau kedinginan" ia menjawab dengan anggukan saja. Aku kemudian melingkarkan tanganku kebahunya. Kami berdua merasa malu. Baru tadi siang aku bertemu dengannya, sekarang kita sudah duduk sedekat ini. Kutepiskan pikiran kotorku jauh-jauh namun tidak bisa. Secara sadar ataupun tidak aku mengintip kebawah dan terlihatlah ke dua tonjolan yang membuat setiap laki-laki terpesona itu.

Aku mencoba untuk menghangatkannya dengan menggesek-gesekan tanganku di pundaknya. Ia hanya bisa memalingkan pandangan terhadapku. Ia yang dari tadi melipatkan tangannya di dadanya mulai menurunkan tangannya ke pahanya. Aku tidak tahu apa yang ada di pikirannya, seakan-akan dia membusungkan kedua buah dadanya. Kurasakan punggungnya makin melengkung kedepan.

Aku mulai nakal dengan mendekatkan wajahku ke pundaknya. Ku hembuskan napasku di kulitnya yang halus. Ia tetap diam terpaku melihat perlakuanku tersebut. Kuarahkan wajahku ke depan tepat di sela-sela dadanya. Ia sedikit mendorongku dengan tangan kirinya namun aku kembali lagi kesana. Tadi aku hanya melihat saja sekarang mulutku sudah menempel di dada kirinya.

Kurasakan puting susunya dibalik kain jarik itu mulai mengeras karena perlakuanku. Ia hanya diam saja, tidak melakukan apa-apa. Kugerak-gerakan kepalaku memutar untuk memberi rangsangan lebih padanya. Ku julurkan lidahku dan ku tekan ke arah putihnya sehingga meninggalkan bekas air liur yang membasahi jariknya. Karena gemas ku gigit puting susu yang masih terbungkus dengan jarik itu.

Ia mulai mendesah "Auhhhh." Aku membalikan badanku dan tidur di pangkuannya.

Ia hanya diam saja, tangannya diayunkan kebelakang seakan ia rela buah dadanya aku lumat. Aku memiringkan badanku dan otomatis mulutku bersentuhan dengan perutnya. Ku julurkan lidahku dan itu tepat pada pusarnya. Kumainkan lidahku di area sekitar pusar. Iapun sedikit menggerakan badannya karena risih pusarnya aku mainkan dengan lidahku.

Lalu aku mengangkat kepala dan mulutku tepat berada di atas puting susu kanannya. Kali ini tangannya menahan kepalaku dan menekannya ke arah buah dadanya. Dari luar jariknya kuhisap putingnya telah mengeras itu.

"Buka." Kataku dengan suara serak penuh napsu. Ia pun mengendurkan tangannya dan menarik salah satu ikatan di kain jariknya. Terlihatlah kedua buah dada yang menggantung namun kencang. Putingnya besar berwarna coklat kemerah-merahan. Aku langsung melumat puting susunya. Ku gesek-gesekan ujung puting yang keras itu dengan gigiku sehingga Ia meracau tak karuan.

"Auuhhhhh, sakit!". Kuulangi hal itu pada puting susu sebelah kanannya. Ia menutup mulutnya untuk menahan jeritannya.

Tiba-tiba dia mendorongku keras kebelakang. Ia melakukan itu karena Ia melihat Putrinya terbangun dari tidurnya. Ia segera menghampiri putrinya dan tidur membelakangiku. Aku pun kesal, sudah asyik-asyiknya malah anaknya terbangun. Hujanpun masih deras, aku hanya terbaring di samping Saras yang tidur membelakangiku.

Tiba-tiba Ia menarik Jariknya ke atas, sampai bongkahan kedua pantat yang montok itu terlihat olehku. Pemandangan yang indah dan nyata. Ia menunggingkan pantatnya ke arahku seakan menunggu perlakuan dariku.

Aku yang tahu kode itu, segera mengarahkan tangan kiriku untuk membelai pantat yang pada berisi itu. Ku belai pantat itu sambil mengikuti alur dibelahan lubang anusnya. Aku ikuti alur itu berulang-ulang sampai sadar aku menyentuh bagian lembut dan basah miliknya. Barang yang begitu hangat, lembut dan berbulu lebat.

Aku menusuk-nusukan jariku kearah lubang tersebut. Kurasakan Napasnya memburu. Aku yang tidak tahan, langsung kubuka celanaku. Telihat batangku sudah menegang dan mengeras. Aku tempelkan batangku itu ke belahan pantatnya yang montok. Aku merasa pantatnya semakin di tunggingkan karena merasakan adanya yang keras menempel di belahannya. Aku sodok-sodokkan pantatku maju dan mundur secara perlahan. Tanganku yang nganggur ku masukan ke dalam jariknya yang telah kendor. Aku arahkan tanganku ke payudara kirinya. Ku remas secara kasar buah dada itu. Kurasakan puting susunya yang keras. Ku pilin, kuputar dan kucubit bagian sensitif miliknya. Nafasnya memburu tak beraturan sambil memeluk putrinya yang tertidur disampingnya.

Gerakannya pantatnya mengikuti gerakan pinggulku, hal itu membuatku semakin mabuk kepayang. Cairan hangat mulai terasa di barangku karena sesekali barangku menempel di bagian lubang kenikmatan itu. Kuhentikan sejenak gerakan pinggulku, kulihat dia tetap menggerakan pantatnya naik turun. Barangku mengikuti alur belahan pantatnya yang besar dan nungging itu. Aku ngos-ngosan menahan getaran cairan yang ingin keluar dari ujung barangku itu.

Darahku berdesir hebat diiringi dengan kejangan hebat diseluruh tubuhku. Nyawaku seperti meloncat keluar dan masuk lagi, meloncat keluar lagi dan masuk lagi kedalam tubuh. Mataku menengadah keatas dan mulutku merintih lirih merasakan sensasi yang jarang sekali aku rasakan. Cairanku membasahi belahan pantatnya yang putih dan tanganku tetap memilin putih kirinya dengan hebat.

Tubuhku memeluknya dari belakang. Rasa hangat melanda tubuhku akibat perbuatannya itu. Barangku berangsur-angsur menyusut seraya aku memasukannya kembali ke dalam celanaku. Kulihat Ia juga merapikan jarik bagian bawahnya yang sedikit terbuka. Tubuhku yang lemas, memaksaku untuk tertidur. Lama kelamaan, mataku tertutup dan suara desiran air hujan menghilang dari telingaku.

Sak Wijining Dino (Pada Suatu Hari)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang