8

1.5K 57 2
                                    

Say hello to you, goodbye…

Disinilah dirinya. Melarikan diri sebisa mungkin. Kekanakan memang, tapi setidaknya ia bisa sedikit bernafas sambil menceritakan semuanya kepada kedua kakak kembarnya yang sejak ia menginjakkan kaki di Surabaya mulai penasaran dengan kepulangannya yang mendadak.

“Brengsek ! Harus dikasih pelajaran tuh orang !”

“Yang ini di-pending dulu deh Kak Lis. Ini yang penting sekarang bantuin dek Racha buat nyelesein masalahnya.” Balas Tian yang masih saja mengelus sayang rambut Racha.

Yang terdengar setelahnya hanya helaan nafas dan tangis Racha yang mulai reda. Entah mengapa rasa sesak yang semakin menjadi-jadi membuat air matanya jadi lebih gampang meleleh. Apalagi saat benaknya mulai menampilkan adegan yang… membuat dadanya terasa sangat sesak sampai terasa sakit yang memilukan.

“Kita bakal bantuin kamu buat ngurus dokumen-dokumenmu buat scholarship-mu ke Perancis secepatnya.”

“Kita usahain maksimal tiga hari mulai besok.”

Setidaknya Racha sudah bisa bernafas lega mendengar keputusan Listy dan Tian. Terlukis senyum yang pastinya ia paksakan di bibirnya untuk membalas kebaikan kedua kakaknya ini.

“Makasih, Kak.Makasih udah bantuin Racha.” Balasnya sambil mencoba tersenyum. Namun yang ada malah tetesan air matanya yang jatuh lagi untuk kesekian kalinya.

Mungkin… Mungkin karena dalamnya rasa cintanya... Haha.. Sepertinya hanya dirinyalah yang tak tahu diri. Terlalu berharap bahwa Sanders benar-benar mencintainya dan telah melupakan Clara.

*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*

“Apa ?! Bukannya lo keuh-keuh masih pingin disini ?”

“Aku… Ini kan kesempatan Cuma sekali seumur hidup, Mar. Jadi nggak ada salahnya dong.” Astaga, semoga Mario tak mengetahui kegusarannya.

“Yakin ? Bukan karena lo lagi ada masalah sama Kak Sanders, hmm ?”

Tiba-tiba saja nafasnya terasa tercekat di tenggorokannya. Apa Mario tahu permasalahan yang sesungguhnya ? “Ehm… Nggak kok, Mar. Nggak.”

“Nggak usah boong Farascha. Gue udah denger dari mulut kakak gue.”

“Denger apa ?” entah sadar atau tidak jantungnya berdepat semakin cepat dan lebih cepat. Apakah Sanders mengungkapkan perasaannya tentang Clara pada Mario ?

“Dia yakin kalo lo liat kakak gue kissing sama mantannya karena dia liat ada tempat bekal yang biasanya lo pake buat bikinin dia bekal.”

Air matanya menetes satu-persatu. Rasa sakit akibat sesak yang teramat ini begitu menyiksanya.

“Maka dari itu aku ambil beasiswaku ke Perancis. Aku nggak mau jadi jurang pemisah antara Kak Sanders sama Kak Clara. Mereka dulu…” Ia menghela nafasnya pelan. Kemudian menghirup udara sebanyak mungkin untuk mengisi paru-parunya yang tiba-tiba berasa seperti terhimpit. “Mereka dulu saling mencintai, Mar.”

“Lo nggak mau denger penjelasan kakak gue dulu ?”

“Belum lebih tepatnya. Aku merasa belum siap dengan kemungkinan terburuk aja. Aku merasa…” Entah mengapa suaranya semakin lama semakin tercekat. Tenggelam diantara tangisannya. “Aku Cuma pingin nenangin diri, Mar.”

“Oke… Gue ngerti posisi lo. Gue cuma mau nyampein permintaan maaf kakak gue dan dia kangen berat sama elo, Cha.”

Aku juga… Tak ada suara yang keluar. Yang ada hanya suara isak tangisnya.

LOVE STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang