Aku mencoba untuk tegar tapi air mataku terus saja menetes seiring kalimat yang keluar dari bibirku. "Saya hanya kesalahan satu malam dari tuan Langit, dan saya tidak mau menjadi kesalahan seumur hidupnya nanti. Jadi kalian tidak perlu khawatir, saya tidak akan mengacaukan pernikahan tuan Langit dan mbak Naomi. Saya akan pergi dari kampung ini. Terimakasih sudah memberikan saya kesempatan untuk bekerja di rumah ini. Saya permisi pamit," Kataku sambil sedikit membungkukkan badan.

"Kamu mau bawa pergi kemana calon cucuku?"

Suara dari Pak Krisna menghentikan langkahku.

"Selama saya masih hidup, siapapun tidak boleh membawa pergi cucu saya tanpa seizin saya." Kata Pak Krisna lagi.

Aku menoleh kembali ke arah mereka. "Mengapa Pak Krisna yakin, kalau janin ini adalah cucu anda?"

"Saya percaya padamu."

Aku menatap Pak Krisna dengan mata yang sudah berlinang.

Ini pertama kali nya ada orang yang mau percaya padaku.

Katakanlah jika aku cengeng saat ini, tapi aku tidak peduli. Yang jelas aku sudah menangis di depan mereka. Aku menangis karena Pak Krisna percaya kalau aku benar sedang mengandung cucunya.

"Papa!" Bentak Ibu Meta karena tak setuju dengan perkataan suami nya.

"Desember dan Langit akan menikah, itu keputusan Papa." Seru Pak Krisna.

Kemudian beliau berdiri dan datang menghampiriku.

"Ayo, kita pergi ke rumahmu. Saya ingin bertemu dengan orang tuamu untuk meminta izin melamar putri nya ini," Ucap Pak Krisna tersenyum tulus.

Aku mengangguk sambil menangis sesenggukan.

"Sudah jangan menangis," Kata Pak Krisna dan merangkul bahuku layaknya seorang Ayah.

"Terimakasih," Ucapku tersenyum.

Kami pun berjalan keluar rumah. Beliau menuntunku masuk ke dalam mobilnya.

"Pak Krisna," Panggilku.

Beliau menoleh.

"Bapak dan adik saya tidak tahu soal kehamilan ini. Tolong rahasiakan saja dari mereka, boleh?"

Beliau tersenyum dan mengangguk. "Mulai sekarang panggil saya Papa saja, jangan Pak Krisna lagi. Karena sebentar lagi kamu akan menjadi menantuku."

"Terimakasih...." Kataku dengan tersenyum.

*****

Keesokan pagi nya aku terkejut saat Ibu Meta datang ke rumahku dan memaksaku untuk ikut dengan nya ke dalam mobil.

Aku bahkan tak sempat untuk untuk menutup pintu rumahku. Karena Bapak lagi pergi kerja dan Bass pergi ke sekolah. Semoga saja mereka tak mencariku nanti.

"Kita mau kemana Bu?" Tanyaku bingung setelah sekitar 30 menit perjalanan.

Kulihat ke arah Langit yang fokus menyetir dan tak ada niat untuk memberhentikan mobil nya.

"Kita mau ke rumah sakit yang ada di kota Medan," Jawab Ibu Meta.

Dahiku berkerut. "Untuk apa? Memang nya siapa yang sakit?"

"Saya mau kamu melakukan tes DNA. Kebetulan ada dokter terkenal di sana yang bisa saya percaya untuk melakukan tes ini."

"Ini seratus persen anak nya tuan Langit, kenapa Ibu tidak mau percaya kepada saya?"

"Saya akan percaya, kalau hasil tes nya sudah keluar nanti."

Aku memandang ke arah tuan Langit. Apakah dia yang menyuruh Mama nya untuk melakukan hal ini? Apakah dia tidak ingat kalau dia lah pria yang sudah memperkosa dan merenggut kesucianku?

Hello, December!Where stories live. Discover now