Langit ~ 4

36.3K 3.4K 231
                                    

Aku tersenyum melihat Naomi yang sedang memesan makanan dengan pelayan restoran ini.

Wajahnya selalu cantik dalam keadaan apapun, itu yang membuatku susah untuk terlepas dari pesonanya.

Aku berniat malam ini akan melamar nya untuk menjadi istriku. Aku tahu, banyak pria sukses di luar sana yang berniat mengincarnya. Tapi untungnya Naomi lebih memilihku daripada mereka, dan aku bangga menjadi kekasihnya.

Kami sudah sama-sama dewasa, jadi menurutku pacaran itu bukan cuma untuk nambah-nambahin mantan saja. Kalau sudah ada yang tulus dan bikin nyaman. Maka aku akan langsung membawa hubungan itu ke yang lebih serius.

Dan aku memilih Naomi untuk menjadi pendamping hidupku. Semua yang aku inginkan, ada pada diri nya. Naomi itu Cantik, berasal dari keluarga yang terpandang, seorang dokter dan yang pasti dia pintar. Gen yang sangat cocok untuk melahirkan calon anak kami nanti.

"Sayang, kok ngelihatin aku sambil senyum-senyum gitu sih? Penampilan aku lucu ya? Atau pipi aku tambah tembeb?" Tanya nya secara beruntun.

"Kamu cantik," Ujarku jujur pada nya.

"Iya dong, pacar nya siapa dulu."

"Pacar nya siapa sih?" Tanyaku bercanda.

"Ituloh, Langit Prasaja. Masa nggak kenal sih?"

"Oh yang ganteng itu ya?"

Naomi tertawa sambil melempar tissue yang ada di tangan nya ke arah ku.

"Ih pede banget sih Lang?"

"Ya kalau aku jelek, mana mungkin kamu mau sama aku Omie sayang."

"Iya sih," Kata nya sambil menyenderkan kepala nya di bahuku.

Lalu tangan kirinya dan tangan kananku saling menggenggam di atas meja.

Aku menatap wajah nya yang mendongak ke atas yang juga sedang menatapku. Kemudian dia memajukan wajah nya ke depan untuk mencium bibirku.

Gila aja, gak mungkin kami ciuman di sini.

"Omie ini tempat umum sayang," Ucapku saat bibir nya hampir mendekat.

"Oh iya, lupa sayang. Habis bibir kamu sexy banget, minta di cium deh."

Aku mendekatkan bibirku ke telinga nya dan berbisik. "Nanti kita lanjutkan di mobil atau hotel, mau?"

Naomi menunduk. "Iya, aku udah kangen juga sama sentuhan kamu. Terakhir kapan ya kita ciuman? Dua minggu yang lalu deh kalau nggak salah."

"Kamu sih sibuk banget, jadi gak punya waktu untuk aku."

"Iyaa maaf deh, nanti kan dapat jatah juga kamu nya." Kata Naomi sambil mengedipkan sebelah mata nya.

Aku dan Naomi berpacaran yang sangat dewasa dalam artian tanda kutip. Karena bagaimana pun kalau sudah berdua pasti bakal ada setan bukan? Ya jujur aku membenarkan hal itu.

Kami pacaran sudah lama, dan Naomi hanya memperbolehkan aku menyentuh tubuh nya mulai dari pinggang hingga ke atas. Jadi bisa di katakan aku sudah mencicipi setengah bagian dari tubuh nya yang indah itu. Dia berani melakukan hal itu karena kami sudah lama saling mengenal.

Satu hal yang perlu aku perjelas, hanya aku seorang yang melakukan itu padanya. Dan Naomi masih perawan sampai detik ini. Senafsu apapun dia, Naomi masih bisa mengontrol diri nya untuk tidak membiarkan diriku mengambil mahkotanya. Dia bilang itu akan di serahkan nya kepada suami nya kelak. Naomi tidak pernah mau dan selalu menolak, walaupun sudah aku bujuk berkali-kali untuk melakukan hubungan suami-istri. Dan itu yang membuat aku salut pada nya. Padahal aku hanya ingin menguji dia saja. Karena bagaimana pun, aku masih takut dosa jika melakukan seks tanpa ikatan suami istri.

Hello, December!Where stories live. Discover now