Stare

1.2K 92 12
                                    

- STARE -

.

.

Hakyeon kembali menggaruk pipi kanannya yang tak gatal. Sudah seminggu ini ia merasa sangat diperhatikan oleh salah seorang teman sekelasnya yang duduk di bangku paling pojok.

Sebenarnya ia merasa tak keberatan kalau ada yang memperhatikannya, namun kali ini berbeda. Satu minggu adalah waktu paling lama bagi dirinya yang terus-terusan diperhatikan oleh seseorang. Apalagi Hakyeon tak mengenal dekat dengan sosok itu.

"Kau kenapa Yeon?" Taekwoon - sahabatnya,- bertanya dengan raut wajah bingung. Hakyeon menunjuk bagian pojok kelas menggunakan kepalanya.
Taekwoon yang mengerti pun segera menolehkan sedikit kepalanya. Disana, seorang pria dengan rambut berwarna hitam sedang menatap ke arahnya dan Hakyeon.

"Dia lagi.." suaranya terkesan malas. Taekwoon kembali melakukan aktivitasnya - yaitu mengerjakan soal materi vektor yang baru saja diberikan oleh sang guru -.

"Aku harus bagaimana???"

Hakyeon menggerak-gerakan tangan Taekwoon, membuat sang empunya merasa terganggu.

"Datangi saja dia. Dan tanya padanya apa alasan dia selalu menatapmu seperti itu."

"Tapi bagaimana caranya aku bertanya??"

"Ya bertanya seperti kau sedang bertanya."

"Temani aku ya??"

"Temani apa?"

"Untuk bertanya padanya."

Taekwoon memberhentikan gerakan tangannya. Lalu kepalanya menoleh ke arah Hakyeon yang kini sedang memasang cengiran andalannya.

"Malas."

"YAAKK!!"

.

.

.

"Taekwoon! Cepatlah sedikit!"

Taekwoon mendengus sebal saat Hakyeon yang berada beberapa langkah didepannya terus-terusan menyuruhnya untuk berjalan lebih cepat. Bukannya tidak ikhlas menemani sahabatnya itu, ia hanya merasa kalau berjalan cepat hanya akan menguras tenaganya.

"Ayo cepat!"

Hakyeon menarik pergelangan tangan Taekwoon menuju seseorang yang sedang menyantap makannya disalah satu meja kantin. Orang itu adalah sosok yang selalu memperhatikan Hakyeon. Sosok yang diketahui memiliki nama 'Xi Luhan'. Siswa pindahan dari Cina.

"Ehem! Permisi."

Luhan berhenti mengunyah lalu kepalanya mendongak. Sedikit terkejut melihat objek tatapannya kini sedang berdiri dihadapannya.

"Ya?"

"Kau Xi Luhan kan?"

"Ya. Ada apa?"

Hakyeon melepas genggaman tangannya pada Taekwoon. Pria itu duduk di kursi yang berhadapan dengan Luhan. Sedangkan Taekwoon hanya berdiri, memperhatikan dua orang itu sambil menyilangkan tangannya didepan dada.

"Begini.. Jadi.. Aku.. Ingin.. Emm.." Hakyeon berujar gugup. Ia menatap Taekwoon dengan maksud meminta pertolongan, namun yang ditatap hanya menggedikan bahunya, membuat Hakyeon mendengus sebal.

Kembali ia menatap si pria dari Cina. Kini menatapnya dengan serius.

"Sebelumnya aku minta maaf Luhan-ssi, tapi aku benar-benar sudah merasa risih,"

Luhan meletakan sumpitnya, lalu menyimak perkataan yang akan diajukan Hakyeon berikutnya. Pria Cina itu sepertinya sudah tau mau kemana arah pembiacaraan ini.

"Jadi aku ingin bertanya, sebenarnya apa alasanmu selalu memperhatikanku?"

Yap!

Seperti dugaan Xi Luhan.

"Maaf Hakyeon-ssi, jangan salah paham padaku." ujar Luhan sambil memainkan jari-jarinya. Pria itu kembali melanjutkan ucapannya.

"Aku hanya merasa aneh,"

"Aneh?"

"Iya.. Aku terbiasa melihat orang berkulit putih di negaraku, kupikir di Korea juga seperti di Cina, tapi setelah melihatmu...."

Taekwoon menahan tawanya agar tidak meledak. Terlebih melihat kuping Hakyeon sudah dirambati warna merah.

"....melihatmu..."

Oh jangan lagi!
Kumohon jangan katakan itu!

"dugaanku terhadap orang Korea yang memiliki kulit putih ternyata salah."

Luhan tersenyum manis.

"Ternyata ada juga orang korea yang berkulit hitam sepertimu."

"Pfft.. BUAHAHAHAHAHAHA!!!!"

Taekwoon tertawa sangat keras. Ia tak bisa menahannya lagi. Wajah Hakyeon yang tertekuk itu benar-benar membuatnya bahagia.

"Maafkan aku Hakyeon-ssi.."

Hakyeon tersenyum kaku lalu mengangguk-anggukan kepalanya meskipun tangannya sudah gatal ingin mencekik Taekwoon.

"T-tidak apa-apa.. Hehe.."

Pria itu bangkit, menatap tajam Taekwoon yang masih tertawa terbahak-bahak. Lalu dengan cepat menendang tulang kering sahabatnya itu dan segera menjauh dari area kantin dengan wajah merah padam menahan kesal.

Sedangkan Luhan hanya menatap bingung kepada pasangan sahabat itu. Ia memiringkan kepalanya lalu membatin,

'Apa aku mengatakan hal yang salah?'

.

.

.

Fin

19-11-16

 LeoN Story CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang