Part 6 - Smile

1.8K 161 11
                                    

"Semua karakter yang di mainkan hanyalah FIKSI! Tidak bermaksud meninggikan ataupun merendahkan, tak ada member Gb, hanya meminjam untuk pembuatan Covernya saja! "

Happy Reading....

👣👣👣👣

Pagi-pagi buta sekali, Suga sudah tiba di rumah megahnya. Ia sedang membuat teh untuknya dan Tuan Min, perlahan ia berubah, setelah mengenal Cesilya.

"Whooa, apa aku sedang bermimpi?" ucap Tuan Min dari belakang, ia duduk di meja pantry disamping Suga.

Pria itu hanya tersenyum tipis, ia terus mengaduk tehnya, kemudian menyimpannya di atas nampan. Jelas, Tuan Min mengerutkan dahinya.

"Kupikir, kita akan meminumnya disini." ucap Tuan Min seraya mengikuti Suga.

"Aku rindu taman belakang, kurasa tak buruk menemanimu membaca koran disana. Tua bangka."

Meskipun memanggilnya 'Tua Bangka' namun tak membuat Tuan Min marah atau pun meradang, ia sudah menganggap itu panggilan sayang Suga untuk dirinya.

Mereka duduk, Suga meletakan teh yang ia buat. Dan tak lama, Para pelayan membawakan cookies dan buah-buahan yang sudah di potong. Ini pemandangan langka untuk mereka, dapat melihat kembali Tuan Mudanya, mereka terus bergosip.

Tua Min menyesap tehnya, dan rasanya sesuai dengan cita rasanya. Lagi, ia tersenyum semuringah, ia tak dapat membohongi dirinya sendiri, bahwa. Ia sangat bahagia di pagi ini, sangat amat bahagia.

"Berhenti tersenyum, Tua Bangka. Melihatnya membuatku, sangat jijik." ucap Suga seraya memakan buah apel.

"Ah, kau tau. Ini hari yang ku tunggu-tunggu, mengisi masa tuaku dengan meminum teh bersams putra-putraku, menantu bahkan cucuku. Itu sesuatu yang tak dapat di beli dengan uang, dan aku akan bertahan hidup demi menyaksikan itu." ucap Tuan Min seraya menatap lurus.

Mendengar hal itu, Suga menghentikan kunyahannya, kemudian memperlambatnya. Ekor matanya melirik sang ayah, memang bukan permintaan yang sulit ataupun mahal, namun serasa begitu sulit untuk di wujudkan.

"Kau akan segera mendapatkannya, Hyung pasti akan segera mewujudkannya." ucap Suga pelan, namun masih terdengar.

"Putraku bukan hanya dirinya, kau juga putraku. Yoongi-ya." ucap Tuan Min seraya menatap Suga.

Namun, tiba-tiba raut wajah Suga menjadi tak bersahabat, amarah tersirat jelas dari sorot matanya.

"Jangan pangil aku dengan sebutan itu." ucapnya tenang namun penuh amarah.

"Kenapa? Apa hanya gadis itu yang dapat memanggil mu seperti itu?"

"Dia pria yang lemah, dan aku tak menyukainya."

"Jadi, kau lemah di depannya? Kau memberikan hatimu untuknya? Putraku bukan orang yang lemah, semua putraku adalah anugrah, dan aku sangat menyayangi kalian. Percayalah." Tiba-tiba Tuan Min menggenggam jemari Suga.

"Sejujurnya, aku masih beruntung. Di banding teman-temanku, tapi aku sudah mengecewakanmu. Aku terjerumus, dan aku tak menemukan arah jalan pulang. Sampai pada satu titik, aku merasa ingin berhenti, gadis itu. Untuk gadis itu, Appa." ucap Suga lirih.

Tuan Min tersentak, pasalnya ini pertama kalinya putranya mengutarakan apa yang ia rasakan, apa yang ia lakukan. Meskipun ia tak tau sepenuhnya, arti dari 'Tersesat' yang Suga maksud.

"Jangan membuatku takut." ucap Tuan Min, jelas ia takut. Setelah sekian lama, Suga memanggil dirinya 'Appa'.

"Huh, gadis itu memintaku membawanya pergi, dan aku menolaknya. Padahal, dia sedang berada di titik terburuk dalam hidupnya, aku payah. Aku selalu bodoh saat menggunakan nama itu, aku lemah, aku tak berdaya, ak-"

MirrorWhere stories live. Discover now