Chapter 3| Pemilik suara indah & laki-laki menyebalkan

529 29 0
                                    

Hari Selasa merupakan jadwal kelas Najla untuk mata pelajaran olahraga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari Selasa merupakan jadwal kelas Najla untuk mata pelajaran olahraga. Sudah pukul 10.30. Jam istirahat pertama sudah lewat 45 menit. Karena Najla sedang jam olahraga, maka waktu istirahatnya adalah ketika pelajaran olahraga hampir selesai. Seperti sekarang, Najla, Desi, Dira dan Ira telah selesai mengambil nilai basket. Maka mereka dibolehkan untuk istirahat.

"Guys, gue pengen cuci tangan, ya. Di masjid tapi. Sekalian ngambil mukena gue yang ketinggalan pas hari Sabtu." Ucap Najla ketika mereka melewati masjid untuk ke kantin.

"Ya udah, sana. Sendiri aja, ya." Jawab Ira dan dibalas anggukan oleh yang lain juga Najla sendiri.

"Eh bentar." Najla menarik tangan Desi untuk menyuruhnya berhenti. "Gue titip susu stroberi, ya. Sama bakso. Jangan pake saos apalagi sambel. Oke? Makasih." Najla kemudian pergi sebelum temannya mengangguk mengiyakan. Najla berjalan ke masjid sendirian. Pintu masjid sekolahnya ada dua. Sebelah kanan bagian depan dan sebelah kanan bagian belakang. Masjid sekolahnya lumayan luas biarpun hanya satu lantai. Antara saf laki-laki dan perempuan ada pembatas yang terbuat dari besi yang memiliki roda. Sehingga pembatas tersebut bisa digeser ketika sholat Jumat. Saf laki-laki ada di depan dan perempuan di belakang.

Ketika ia ingin mengambil mukenanya, sayup-sayup terdengar suara laki-laki tengah melantunkan ayat suci Al-Quran. Suaranya terdengar familier di telinga Najla. Karena penasaran, Najla berjalan ke arah saf laki-laki. Melihat dari balik pembatas siapa pemilik suara indah tersebut. Ia tau itu suara Fatih. Namun, ia tidak mengetahui siapa itu Fatih.

"Suaranya kok bisa semerdu itu, ya." Ucapnya dengan suara pelan. Karena laki-laki tersebut membelakangi Najla, maka ia sama sekali tidak ada ide siapa pemilik suara tersebut. Najla pun berjalan melewati pembatas saf laki-laki. Ia bersandar di tembok sambil menikmati suara indah tersebut. Tidak ada siapapun lagi di masjid. Hanya sesosok laki-laki bersuara indah tersebut juga dirinya.

"Bagus, ya suaranya." Terdengar suara bariton dari sebelahnya.

"Iya." Jawabnya tanpa sadar. "Hah? Eh." Najla tersentak ketika tersadar bahwa di sampingnya ada sesosok laki-laki tinggi yang tiba-tiba datang. Seperti pencuri yang tertangkap basah, Najla merasa sangat terancam. Juga perasaan panik, cemas serta takut.

"Lagi ngapain lo? Stalking?" Tanya laki-laki di sebelahnya yang kini sudah ada di hadapan Najla karena Najla mengarahkan badannya ke arah sosok tersebut.

"Eh. Ng-nggak. Nggak ngapa-ngapain." Ucap Najla ketakutan sambil menjauhkan diri dari laki-laki di depannya.

"Bohong, lo. Lo stalker, kan?" Ucap laki-laki tersebut sambil memicingkan mata dan bersedekap dada. Sangat menyebalkan bagi Najla.

"Huuuss. Nggak. Bukan. Enak aja." Balas Najla. Sosok di depannya malah tertawa meledek.

"Hah. Ga percaya gue. Mana ada stalker ngaku." Najla kesal dibuatnya.

Kala KehilanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang