MD 20 - Secret.

Comincia dall'inizio
                                    

Dengan wajahnya kesalnya Ify menjawab, "iya iya gue pergi." Kemudian menghilang dari hadapan Rio.

"Gue jadi bayangin, gimana kalo yang jadi majikan lo bukan gue Fy?" Gumam Rio sebelum dirinya ikut menghilang dari sana.

** **

"Apa ini udah terlalu telat?"

Gilang mendongak mendengar pertanyaan itu. Baru saja dirinya akan mendial nomor orang yang sekarang berada di hadapannya.

"Gila, gue nungguin dua jam di sini. Sampe-sampe handphone gue low cuma buat nelponin nomor lo sialan." Balas Gilang dengan wajah kesal.

Lawan bicaranya hanya menggidikkan bahu tidak peduli, karena menurutnya menunggu dua jam bukan hal yang menjengkelkan atau apapun dibanding dengan penantiannya tadi malam.

"Yeah kasar like usual."

"Songong like usual, Rio kampret." Balas Gilang dengan malas.

"Jadi?" Tanya Rio tanpa menggubris ejekan Gilang. Karena Ify lah prioritasnya.

"Gimana Ify? Apa dia masih keinget sama kejadian kemarin?" Tanya Gilang dengan wajah khawatir.

Rio menyipitkan matanya, meneliti Gilang entah untuk apa. "Dia baik, lo ngapain? Masih ngarep?"

"Yah gue nggak sejones itu, walopun kalo boleh gue pingin ngarep lagi." Balas Gilang dengan santainya. Sengaja memancing Rio yang dimatanya terlihat semakin menyebalkan dari Rio beberapa tahun yang lalu.

Seperti dugaan Gilang, Rio menatapnya dengan tajam.

"Yo, kali ini gue serius. Gue gak suka sama Gisca." Ucap Gilang dengan mata yang benar-benar terlihat serius.

"Emang kalo lo suka, gue rugi?" Balas Rio tanpa berpikir panjang. Dia rasa Dia masih dendam dengan Gilang atas kejadian tadi malam.

"Yo, lo tau bukan suka yang itu yang gue omongin. Lo tau, Yo. Lo tau." Hampir saja Gilang menjerit frustasi dengan tingkah Rio.

Oke, ingatkan Rio bahwa Ify lah prioritasnya saat ini. "Lo gak suka tapi kerja sama bareng dia. Good boy." Kali ini Rio menatap Gilang dengan serius pula. Lebih dari keseriusan Gilang tadi.

"Lo emang bukan cenayang, tapi gue yakin lo pasti tau kenapa gue kerja sama bareng dia."

"Gitu? Tapi kok gue gak tau ya."

"Lo inget email gue setahun yang lalu kan?" Tanya Gilang tanpa menganggap candaan Rio. "Gue mau bales dendam sama Ify yang otomatis gue bakal ngehancurin lo juga. Lo yang bakal gue hancurin duluan biar Ify tau gimana rasanya ngeliat orang yang dia sayang disakiti. Gue udah repot-repot buat cari informasi tentang lo yang sakit dan harus ke Amerika tapi tiba-tiba Bunda gue sakitnya tambah parah dan dia coba buat jelasin semuanya ke gue. Saat itu gue berhenti, berhenti dendam ke Ify tapi gue udah terlanjur tau semuanya tentang lo yang di Amerika, tentang semua masalah lo. Jadi gue kirim email perminta maafan dan kejujuran gue ke lo. Tapi taunya lo malah cuekin email gue." Jelas Gilang dengan sebal di akhir kalimatnya.

"Gue gak yakin lo ngomong panjang lebar kayak gitu yang denger cuma gue." Ucap Rio dengan lirih dan mata menajam. Memang menajam ke arah Gilang tapi tatapan itu bukan untuk Gilang.

Gilang terkejut mendengar hal itu, kenapa dirinya masih saja ceroboh seperti dulu?

"Lo masih inget kan?" Gilang bertanya dengan sebelah alis terangkat. "Habis ini kita sikat." Lanjutnya dengan kilatan licik dimatanya yang terlihat begitu jelas.

Rio hanya menggidikkan bahu, tidak terlalu memikirkannya.

"Jadi habis ini apa?" Tanya Gilang mengabaikan seseorang lain yang menguping.

Mission Dare [SLOW UPDATE]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora