Italy

9.4K 560 14
                                    

Seline Smith : Sarah Synder
Zea. : Matt Lanter
Edward. : Renan Grassi
Jade. : Gregg Sulkin
Daren. : Camerondallas
Author pov
"Ada yang..."
"Ambil perlengkapanmu." potong Edward dan Lena langsung melaksanakan perintah Edward.
"Buka rokmu." ucap Edward yang membuat wajah Seline memerah ditambah dengan pelototan matanya.

"Aku tidak akan macam-macam." ucap Edward meyakinkan.
"Kau tahu sekeras apa aku untuk tidak menyentuhmu?!" batin Edward frustasi.
"Tunggu Mrs.Lena saja." ucap Seline dengan wajah memerahnya.
"Now." ucap Edward dengan nada perintahnya.
"No!" pekik Seline ketus kemudian sedikit menggeser tubuhnya menjauhi Edward.

Suara pintu terbuka dan Dokter Lena memasuki ruangan berlayar putih itu.
"Mr.Edward tetap disini atau..."
"Kau mengusirku?" potong Edward dengan suara dinginnya yang membuat wanita paruh baya yang sudah menjadi dokter pribadi di Jet pribadi Edward dalam waktu yang cukup lama.
"Tidak Sir, hanya saja Nona ini harus melepas roknya." ucap Lena menjelaskan.
"Lakukan apa yang perlu kau lakukan." ucap Edward dan Lena hanya mengangguk sebagai jawaban, lebih baik dia melakukan saja apa yang Edward katakan daripada dia harus kehilangan pekerjaannya yang bergaji tidak tanggung-tanggung itu.

"Keluar Ed!" pekik Seline sambil melempar sebuah bantal putih kearah Edward.
"Lena?" ucap Edward dan Lena dengan cepat menangkap maksud Edward.
"Ms.Smith, bisakah..."
"Tidak Dok, dia harus keluar." potong Seline keras kepala.
"What should I do?" batin Lena bingung.

"Ini tidak bisa lama Ms, kalau tidak maka akan meninggalkan bekas." ucap Lena jujur sambil memohon kepada Seline.
"Biarkan." jawab Seline dengan tatapan tajamnya kepada Edward.
"Lena? Aku yang akan menangani dia. Keluar sekarang." ucap Edward dengan nada dinginnya dan Lena langsung bangkit dari sofa lalu melangkah menuju pintu keluar.
"Lena!! Dokter!! Tunggu!! Hei!!" teriakan Seline tertutup oleh pintu yang yang sudah merapat.

Edward beranjak dari sofa dan berjalan cepat kearah Seline. Tanpa mengatakan apapun, dengan satu tangan kanan Edward langsung mengunci kedua tangan mungil Seline dibelakang punggung sedangkan tangan kirinya langsung menarik kasar rok pensil Seline.
"Sh*t! Apa yang kau lakukan?!" pekik Seline sambil meronta-rontakan kakinya.
"Diam!" geram Edward kemudian melepaskan kunciannya pada kedua tangan Seline.

"Jangan bergerak." ucap Edward memperingati sedangkan Seline hanya duduk diam sambil menatap kedua pahanya yang mulai memerah.
"Pedih." batin Seline dan biat untuk merontanya menghilang sekarang. Edward sibuk mencampurkan beberapa cairan kedalam air kemudian meneteskannya dengan sebuah cairan kental berwarna putih. Dengan sedikit hati-hati, Edward menempelkan kapas yang sudah di celupkan campuran cairan itu diatas paha Seline. Dapat Edward pastikan bahwa Seline tidak akan meringis meminta tolong ketika dia melakukan pengobatannya.

"Kau pernah belajar menyembuhkan luka?" tanya Seline ketika melihat Edward sibuk membasuh kedua pahanya. Malu? Tentu, Seline hanya memakai celana dalam dihadapan CEOnya. Tapi selama Edward tidak melakukan hal macam-macam, Seline mungkin masih bisa menerimanya.
"Kenapa tidak menjawab?" tanya Seline tetapi Edward tetap tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Menyembuhkan hal ringan bukanlah hal yang sulit bagi seorang pria tamatan Harvard University jurusan kedokteran.

Setelah selesai, Edward berdiri dari sikap jongkoknya kemudian menatap lekat sekretarisnya itu. Edward dengan susah payah menahan keinginannya untuk tidak menjamah wanita cantik dengan setengah telanjang di depannya itu.
"Kemana?" tanya Seline ketika melihat Edward berniat keluar dari ruangan.
"Keluar." jawab Edward dengan suara rendahnya. Seline hanya mengedipkan kedua matanya berkali-kali sambil menatap kepergian Edward.

**

Seline membuka matanya dengan berat kemudian langsung melompat dari sebuah kasur. Seline merogo tubuhnya yang sedang berbalut baju tidur satin berlengan panjang dan bercelana pendek. Seline memperhatikan sekelilingnya, dinding berlayar biru dongkar dan lampu indah bertender manis diatas atap ruangan ini. Tidak hanya itu, kasur king size berwarna putih bersih yang sedikit berantakan, dua buah lemari pakaian berada di sudut ruangan dan sebuah sofa yang kira-kira muat untuk tiga orang berbadan tidak terlalu besar juga berada di dekat jendela ruangan.

What is Mine, is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang