#3. Menghapus

63 7 0
                                    

-Tokyo, awal musim gugur 2011-

"Haerin...kau sudah masuk kerja? Baguslah...aku butuh bantuanmu," Jihye menelpon Haerin dari kamar hotelnya sembari menyampirkan syal hitam di lehernya. Ia sedang bersiap untuk acara kencan dengan Joon.

"Ada beberapa koleksi kita yang rencananya akan digunakan oleh SBC untuk program drama baru mereka, kau bisa mengantarkan bukletnya siang ini?"

Jihye mendengarkan jawaban Haerin sambil memeriksa penampilannya di cermin. Hari itu ia mengenakan kemeja besar berwarna putih dengan legging jeans bewarna biru pudar serta ikat pinggang besar berwarna hitam, bukan penampilan wanita karir yang senantiasa ia kenakan.

"Oh ya, sekalian kau bawakan juga beberapa file di mejaku ke kantor Mr. Jung, ada di map warna biru dan abu-abu di atas mejaku." Jihye meneruskan intruksinya, tangannya sekarang sibuk merapikan rambut hitamnya yang berpotongan pendek dengan gaya bob.

"Chagiya...kau sudah siap?" Joon mengintipkan kepalanya dari balik pintu, memperhatikan Jihye yang sibuk menelpon.

Jihye mengacungkan jempolnya. "Haerin, kau ingat kata-kataku tadi kan? Oh ya, sekalian kau cek ke pabrik, persiapan pengiriman koleksi baru yang akan di kirim ke Makau dan Hong Kong," ia kembali berbicara di handphonenya.

"Aku baru kembali ke Seoul nanti malam, tolong ya Haerin sayang... makasih." Jihye menutup sambungan, ia berbalik mengenakan jaket kulit berwarna hitam dan menyambar tas tangannya yang tergeletak di atas ranjangnya.

"Ayo, kita berangkat..." Jihye mendahului Joon keluar dari kamar. Sekilas melirik penampilan Joon.

Joon mengenakan Hoddie abu-abu dengan jaket kulit hitam di luarnya, celana jeans belel dan sepatu kets.

"Kita mau kemana?" Tanya Joon sembari menutupi wajahnya dengan kacamata hitam dan rambut pirangnya dengan kupluk berwarna hijau lumut.

"Hmmm... belum tahu, kita check out dulu. Yang jelas aku ingin makan ramen terus ke kuil... lalu ke Shibuya." Jihye mengutarakan semua rencananya sembari berjalan mundur.

"Jadi intinya aku hanya menemanimu jalan-jalan?" Joon pura-pura cemberut.

"Nggak kok..." Jihye buru-buru bergelayut memeluk lengan Joon, menyandarkan kepalanya.

Joon menundukan kepalanya mendekatkan wajahnya ke wajah Jihye, matanya menyipit menatap mata Jihye. Ia mencubit hidung Jihye, membuat Jihye mengernyit.

"Ahh...sayangnya cuma sehari," Joon menghela nafas, kembali memperhatikan langkahnya, tangannya merapikan ransel yang ia tenteng.

"Siapa suruh besok punya jadwal manggung," ujar Jihye memeletkan lidahnya.

"Aish~~ dasar jadwal nakal," maki Joon.

Jihye tertawa melihat ekspresi kesal Joon yang lucu. "Ayo cepat...nanti kita ga puas jalan-jalannya," Jihye menarik lengan Joon agar mempercepat langkahnya. Hari senin, syukurlah...tempat-tempat yang akan mereka kunjungi pasti tak begitu ramai.

**

Menjelang sore di Seoul. Haerin melangkah keluar dari kantor departemen stasiun TV SBC, dengan nafas lega.

Ia baru saja selesai menyerahkan beberapa buklet koleksi clothing line mereka yang dibutuhkan SBC. Karena intruksi Jihye tadi pagi di telepon, sudah seharian ia berkeliling dari kantor JTune, pabrik dan langsung menuju stasiun SBC.

Haerin merapikan tali tas di bahunya, tangannya yang lain mendekap map dokumen. Ia melangkah menuju mesin penjual kopi di sudut koridor ruangan itu.

Ia memasukkan beberapa keping uang logam dan menekan tombol bertuliskan [Black Coffe]. Kemudian menunggu sambil mendekap erat map di dadanya. Telapak tangannya bergerak mengusap lengannya.

Hate That I Hurt YouWhere stories live. Discover now