part 6

18.5K 1.2K 6
                                    

“pagi Sin”

“pagi mba Sinta”

“pagi mba, tumben rada siangan? Jionya ngambek lagi ya”

“eh tumben siangan Sin, anakmu gak mau ditinggal lagi ya?”

Begitulah hari hari saat diriku masuk lobby kantor beberapa orang menyapaku dan aku akan selalu membalas sapaan mereka. Semua karyawan disini bahkan atasanku tau tentang Jio, anakku. Mereka selalu bertanya jika diriku kesiangan pasti tau jika itu adalah ulah Jio yang tak ingin kutinggal.

Lalu akupun berjalan cepat dan berbelok kekiri untuk mengarah ke lift. Setelah menemukannya akupun menekan tombol panah keatas, sambil menunggu lift itu berhenti dilantai dasar ini akupun membuka catatan yang aku persiapkan dari semalam untuk presentasi nanti saat meeting.

Ting

Liftpun telah tiba dilantai dasar, lalu aku memasuki lift itu dengan seorang lelaki bertubuh bidang tanpa kulihat rupa lelaki itu, ya karna kufikir itu pasti karyawan kantor ini juga, jadi aku tak memperdulikannya.

Kutekan tombol lift ini menuju lantai 7 dimana ruanganku berada.  Aku mesti segera sampai disana untuk menyiapkan dokumen yg diminta dan harus kuberikan kepada pak Yogi selaku presdir dikantor ini.

Beberapa menit kemudian lift pun telah tiba dilantai 7 dan saat itu juga aku langsung berlari meninggalkan lift sehingga aku menabrak punggung seseorang.

“uppsss”

“aghh” rintihnya lalu kemudian dia berbalik menatapku sehingga aku hanya mendesah malas.

“sorry Van” ucapku lalu dia dengan sembarangan langsung merangkul bahuku

“ih apaan sih, ngapain kayak gini! lepas gak!” omelku sambil berusaha menjauhkam tangannya dibahuku.

“kenapa sih? Kayaknya setiap ketemu aku mukanya gak enakin gitu” ucapnya yang merasa aneh dengan perlakuanku.

“gak kenapa kenapa sih, udah lepasin dulu.. Aku lagi buru buru nih mau ngasih dokumen ke pak Yogi." jawabku masih sambil berusaha melepaskan rangkulannya.

“loh bu---”

“lho mba Sinta masih disini, mana mba dokumennya?” ucap Febby tiba tiba yang membuatku kaget sekaligus menolongku untuk terlepas dari playboy satu ini.

“ayoo ayoo Feb, keruanganku kita ambil dokumennya” ucapku lalu menyuruh Febby untuk mengikutiku menuju ruangan dimana biasa aku mengerjakan segalanya dikantor ini, dan aku sudah tak perduli lagi dengan Vano si playboy kantor satu itu.

Ceklek

“masih yang dulu aja mba, gak minta diubah sama pak Yoga ya? " tanya Febby sambil menatap ruanganku yg tak berubah sedikitpun.

”hahaha, aku kalau dari awal sudah A ya tetap saja A, Feb” jawabku sambil tersenyum.

“kok gitu mba?”

“kalau sudah dirubah ruangannya pasti barang barangnya juga pindah, nah jadi biar tetap begini saja, biar gak bingung nyari nyarinya. Lagipula aku sudah nyaman dengan konsep ruangan seperti ini.”

“ohh haha mba bisa aja, ohh iya mba aku sebenernya rada takut gitu mba” ucap Febby yang membuat keningku mengerut aneh.

“takut? Kenapa emang? Kamu semalem lembur terus ketemu hantu atau gimana?” tanyaku

“b- bukan gitu mba, cuma untuk pagi ini dan pagi pagi berikutnya pak Yoga sudah ada yang menggantikan.”

“oh benarkah? jadi kabar pak Yoga pensiun itu benar adanya? Kukira masih rencana." tanyaku lagi karna memang aku awalnya tak percaya berita itu.

MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang