part 4

17.4K 1.2K 16
                                    

Akupun menolehkan pandanganku dari Jio dan menatap seseorang yang bertanya padaku. Dan kemudian saat aku menatap orang tersebut akupun terbelalak kaget.

“Ma.. Mami??” ucapku terbata saat melihat Mami berdiri tak terlalu jauh dariku.

Mami terdiam dan kemudian dia menatapku sambil berkaca “Sin.. Sinta? Apakah ini benar kamu?” ucap Mami padaku.

Aku hanya menganggukkan kepala sambil menunduk karena tak berani menatap Mami yang saat ini sedang menatapku.

Lalu tiba tiba kurasakan sebuah pelukan yang sangat amat kurindukan dan hal yang dilakukan Mami itu membuatku mengangkat wajahku.

“Ma.. Mami ke.. kenapa memelukku?” tanyaku terbata, karena aku masih takut pada Mami.

“Mami kangen sama kamu sayang, Mami rindu padamu.. maafin perlakuan Mami 2 tahun yang lalu Sinta, Mami juga Papi sudah keterlaluan memperlakukan kamu seperti itu. Bagaimanapun itu bukan sepenuhnya kesalahan kamu” ucap Mami dan ucapannya itu hampir membuatku menangis.

“undaa.. ntu capa? " ucap Jio dibelakangku lalu kuangkat tubuhnya yang saat ini sedang kududukan ditrolly dan kemudian aku menggendongnya.

Mami menatapku tak percaya lalu tersenyum terharu dan itu membuatku bertanya tanya.

bukannya Mami mengusirku karna Jio, lalu mengapa saat kugendong Jio ia kelihatan senang juga terharu’ batinku

“apakah balita ini yang waktu itu tengah kau kandung itu, Sinta?” tanya Mami dengan matanya yg terus menatap Jioku.

“i.. iya Mi. namanya Jio, balita yang dulu kukandung itu yang membuat mami mengusirku dulu” sindirku namun dengan nada lembut.

“maafkan Mami Sinta, Mami salah telah melakukan hal itu. Mami gak menyangka kamu bisa melahirkan cucu Mami yang tampan ini. Sini sayang sama Oma.. " ucap Mami lalu berjalan mendekati diriku juga Jio.

Saat mami mendekat Jio malah memelukku kencang dan menutupi wajahnya keceruk leherku.

“Jio kenapa, sayang?” tanyaku aneh

“iyoo atut ndaa.. ntuu capa? Iyoo ndak enal olang ntuu” ucapnya dengan nada ketakutan.

“itu oma sayang” jawabku sambil mengelus kepalanya pelan untuk menenangkannya.

“oma ntu capa? Atu ndak tenal oma, ndaa"

Aku juga Mami saling menatap dan kamipun tertawa “Oma itu neneknya Jio.. Jio kan punya nenek, nah ini neneknya Jio dan neneknya Jio itu dipanggilnya Oma” jelasku pada Jio.

Lalu dengan perlahan Jio merenggangkan pelukannya dan memberanikan diri untuk menatap Mami.

“nek iyo .. ia ntuhh nek iyo, nda? Iyo unya nek?” tanyanya dan aku hanya mengangguk mengiyakan.

“iya sayang ini Oma io.. boleh Oma gendong Jio?” tanya Mami pada Jio dan Jio dengan senang hati menganggukkan kepalanya lalu tersenyum senang.

“nama lengkapnya siapa sin? " tanya mami padaku, namun saat ingin menjawab Jio sudah menjawabnya lebih dulu membuatku terkikik geli karena jawabannya yang tidak jelas itu.

“iyo elaldo, Oma”

“Jio Geraldo." ucapku memperjelaskan ucapan Jio.

Lalu mami menganggukkan kepala “kau memang selalu terbaik Sin.. nama yang sangat cocok dengan wajahnya yang lucu dan menggemaskan ini.” ucap Mami dan saat itu juga aku Jio dan juga Mami melanjutkan belanja yang tertunda tadi hingga saat aku izin ingin pulang Mami masih ingin bersama dengan Jio, alhasil Mami kuajak untuk mampir ke apartementku.

“inikah apartmu Sin?” tanya Mami saat kakinya melangkahkan kakinya untuk lebih memasuki isi apartemenku.

“iya Mi.. ini apart dari usaha kerja kerasku selama ini.” jawabku dan itu membuat Mami menundukkan kepalanya.

“maafkan Mamimu ini Sinta, andai jika kamu tidak kami usir, mungkin kamu tak akan tinggal disini.” sesal mami

Aku mengelus tangan Mami yang sedang menggendong Jio yang tengah tertidur dipangkuannya. “Mami, sudahlah lupakan hal itu lagipula hal itu sudah sinta lupakan dan lihatlah mi dengan ini sinta bisa membuktikan kalau Sinta sudah bisa bekerja menafkahi diri sendiri juga anak Sinta.” jawabku dengan diakhiri senyuman tulus. Aku bahkan tak memiliki rasa dendam apapun pada Mami dan juga Papi.

“tapi Mami masih menyesal atas perbuatan Mami sendiri, Sin.” ucapnya.

“Mi, mungkin itu sebuah pelajaran untuk Sinta yang tak seharusnya berada disekitar Mami juga Papi.. kemandirian-lah yang membuatku bisa bangkit dikondisi saat itu dan seperti inilah hasil yang kudapat.” ucapku lalu setelah itu akupun memeluk Mami.

“pulanglah Sin kerumah, kami merindukan kehadiranmu dirumah. Apalagi kamu bekerja, Jio bisa kamu tinggal tanpa harus kamu khawatirkan karena akan ada Mami yang akan menjaganya.” ucap Mami.

Akupun menggelengkan kepalaku “maaf Mi, mungkin belum saatnya aku kembali atau mungkin aku tak akan pernah kembali. Untuk menjaga Jio, tetangga disini baik baik padaku mereka selaku senang saat aku menitipkan Jio pada mereka.” jawabku.

“Kenapa sin? Apa kamu sudah gak sayang kami lagi ya?” tanya Mami dengan raut sedihnya.

“bukannya Sinta udah gak sayang Mami juga Papi tapi jika Sinta berada disana, Sinta gak mau mengandalkan kalian mi. biarkan anakmu ini belajar dewasa tanpa bantuan kalian. Dan tenang aja jika kalian sudah menerima kami, aku dan juga Jio akan sering sering kerumah kok mi, Sinta janji.” ucapku meyakinkan Mami.

“janji ya Sin?” tanya Mami meyakinkan.

“janji Mi” jawabku.

Lalu kemudian aku teringat kalau sebentar lagi aku akan pergi untuk bekerja “yaudah, Sinta bentar lagi mau ngantor, Mami bareng aku aja ya?”

“kamu kerja dikantor, sayang?”

“iya Mi, yaudah yuk Sinta gak mau datang telat. sini Jio-nya aku akan titipkan ke tetanggaku dulu. Mungkin mereka bingung kenapa Jio dititipkan dalam keadaan tidur.” ucapku lalu mengambil jio yang sangat nyaman itu berada dipangkuan mami.

Lalu setelah selesai menitipkan Jio pada tetangga sebelahku dan memang ucapanku sesuai dugaanku mereka sempat bingung kenapa Jio tidur saat dititipkan, aku hanya tersenyum dan berkata mungkin anaknya masih ngantuk karena tadi aku ajak ke supermarket pagi pagi sekali. Dan mereka hanya mengangguk mengerti. Lalu setelah itu aku juga Mami keluar bersama sama menuju lift untuk membawa kami menuju basement.

Setelah keluar dari lift aku juga mami menaiki mobilku dan mobilpun membawa kami berjalan meninggal gedung apartement.

******

MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang