Kemudian dia menangis tersedu-sedu begitu menemukan suaranya, mendapati kesunyian hampa mendatangi begitu pekat, tiap kali kejadian yang menenggelamkan dia dan Sang Ibu menjelma menjadi urutan ganjil mimpi buruk.

"Ibu, maafkan aku—"

Sudah ribuan kali Sera meminta maaf, berharap waktu berulang kembali. Sehingga hari itu dia tidak memaksa berenang, mendengarkan larangan sang ayah, sehingga Ibunya tidak perlu menanggung akibatnya.

Sera menghela diri menjadi duduk, menepuk-nepuk dadanya yang sesak sampai terbatuk-batuk. Sesaknya tidak mau hilang, sakitnya kian menusuk sampai ke tulang. Air mata terus mengalir bagai hujan, di saat seperti ini Sera selalu ingin mengakhiri hidupnya, menebus kesalahan yang menghancurkan keluarganya.

Di antara letih pada kehilangan yang nyata menyakiti, ponselnya di nakas berdering. Nama Jimin tertera di layar. 

Dia buru-buru menerima panggilan itu, berharap sosok pria yang diam-diam mendatangkan ketenangan itu bisa memberinya kekuatan. Akan tetapi, harapan selalu tidak seindah impian, sebab Jimin justru membuatnya semakin terluka.

Aku sdh membebaskan ayahmu. Jungkook akan segera melamarmu, jangan berpikir untuk membatalkn kontrak.

Jari-jari Sera menggenggam ponsel erat-erat sampai meningalkan bunyi berderik, napasnya yang berat terhembus satu-satu. Dia menghubungi Beomgyu seraya menyeka air mata, buru buru tersenyum begitu suara adiknya terdengar di seberang.

"Nuna, ayah sudah pulang tapi dia mengamuk."

Mulut Sera yang siap untuk terbuka terkatup lagi, dia terlihat tidak bernapas saat Beomgyu menjelaskan sang ayah murka sebab tidak ada yang menunggu Ibu mereka di pantai.

"Nuna, aku tidak mau tinggal dengan Ayah. Bisakah Ayah tidak kembali ke rumah, bisakah kau saja yang hidup denganku?"

Sera terdiam sebentar, sebelum buru-buru menjawab tanpa rencana matang.

"Aku segera pulang, kita akan hidup berdua tanpa Ayah."

Sera mengakhiri panggilan bersama isak tangis Beomgyu yang belum reda, lalu cepat-cepat mengetik pesan balasan pada Jimin.

Ak tidak ingin melanjutkan kontrak kerjanya, uangmu kukembalikan—Park Jimin.

🍁🍁🍁

"Kau mengurung gadis itu tanpa membicarakannya denganku. Kau bahkan tidak menuruti aturan, mengabaikan terapimu kemarin. Apa menurutmu ini sepadan untuk kesehatanmu?"

Jeon Jung Kook menatap Seokjin yang tiba-tiba muncul di sela-sela dia mengisi acara forum. Seharusnya kemarin dia terapi tapi memilih bersama Sera, sosok asing yang menjadi sumber kecemasan sekaligus euphoria baginya.

"Sera sakit, terlalu rentan kalau dia memaksa pulang. Aku hanya memberinya tempat tidur untuk memulihkan kesehatannya, tidak lebih. Aku tenang dan dia tidak menimbulkan efek kecemasan sama sekali bagiku."

"Jungkook, kau paham dengan yang kau bicarakan?"

"Ya, aku sangat paham. Sera sudah memaafkanku, kurasa itu yang membuat aku bisa sangat tenang berada didekatnya."

Seokjin tidak berkata apa-apa, kedatangannya untuk memastikan ucapan Jimin tentang Sera. Namun Seokjin tetap terkesima, bagaimana caranya Jimin mengatur agar gadis itu datang pada Jungkook secara suka rela.

Seokjin mendengus pelan, memandang sosok pasien sekaligus adik dari teman dekatnya dengan perasaan campur baur. Tidak bisa dipungkiri dia senang. Jungkook mendapatkan penawar, tapi jauh di dasar hati, Seokjin percaya bahwa ada hal buruk yang Jimin gunakan untuk memaksa Cho Sera.

Crimson AutumnWhere stories live. Discover now