9

296 110 23
                                    


Ketika ketukan berkali-kali di pintu kamarnya terdengar pada Sabtu pagi, Jungkook mengeluh kelewat jelas dari bawah selimut yang membungkus tubuhnya seperti telur gulung. Dengan mata menyipit dia memandangi pintu kamar yang kembali diketuk, disusul suara perempuan yang dia kenali menyebut namanya dua kali.

Keinginan untuk memeluk gulingnya yang kecil dan kembali tidur tersingkir di hitungan detik kelima, dia setengah melompat dari atas tempat tidur lalu buru-buru menggapai pintu kamar dan dibuka tergesa. Seperti yang diperkirakan Jungkook—meskipun awalnya tidak yakin yang terjadi adalah kenyataan, sosok Cho Sera yang sudah mandi dan cantik berdiri di depannya.

"Iya—?" ucap Jungkook, suaranya begitu serak sampai menyerupai gerungan hewan buas, menatap Sera yang mundur selangkah saat mereka bersitatap.

"Oh, kau benar-benar baru bangun?" kata Sera, meneliti Jungkook bertelanjang dada, menahan pintu pakai lengan kanan yang besar sambil menguap lebar.

"Seperti yang kau lihat." Jungkook mengerjap dua kali sambil menggaruk belakang kepalanya, sebelum dia sadar tidak mengenakan atasan, kecuali celana longgar yang tidak melebihi paha.

Jungkook tidak melihat tanda-tanda ketidak nyamanan dari sosok gadis mungil di depannya, dia pun bersikap tak acuh, menegakkan punggung sehingga sosoknya semakin menjulang besar, mengintimidasi lawan bicaranya. Terlihat Sera mundur dua langkah, disaat dia membuka pintu kamar lebih lebar.

"Kita perlu bicara." Sera mendongak jumawa, tidak bersedia diintimidasi pria besar di depanya.

"Sekarang? Di kamarku?" Jungkook menunjuk kamarnya dari atas bahu. "Kajja (ayo)!" tukasnya, lalu menarik Sera masuk ke kamar tanpa sempat gadis itu perkirakan.

"YAK!!!" Sera sontak berseru, menahan sebelah tangan pada pintu. Sera panik saat Jungkook tetap menariknya, dia memukuli lengan Jungkook bertubi-tubi, lalu menghela napas lega begitu pria itu berhenti menarik dan terbahak-bahak.

"Yak! Berhenti tertawa, tidak ada yang lucu!" Sera berusaha menghempaskan tangannya dari Jungkook tapi tidak berhasil, pria itu kembali menariknya tapi yang sekarang terasa halus dan hati-hati.

Tanpa sadar Sera mengikuti Jungkook sampai berdiri di balkon kamar. Masih setengah tertawa seraya mengacak-ngacak rambutnya padahal sudah dia tata, Jungkook memintanya duduk di kursi besi yang membuatnya seperti duduk di tumpukan salju.

"Nah, mau bicara apa?" tanya Jungkook, ikut duduk di seberang meja, tanpa merasa terganggu dengan suhu bangku besi yang dia duduki.

"Kau tidak kedinginan?" ucap Sera, merasakan udara pagi ini terasa agak dingin, sementara pria di depannya bertelanjang dada sampai kulit lengannya terlihat pucat.

"Wah, istriku perhatian sekali."

"Aku bukan istrimu," sahut Sera. "Aku hanya seseorang yang dibayar untuk membantu proses penyembuhanmu, oh... aku bahkan terlihat seperti tawanan di istanamu ini, Tuan Jeon."

"Tawanan?"

"Kau melarangku keluar rumah, apa lagi namanya selain tahanan yang dikurung?"

"Aku tidak mengurungmu, aku hanya melarangmu keluar rumah."

"Apa bedanya?" sahut Sera, menunggu jawaban Jungkook tapi ternyata pria itu tidak berkata apa-apa. "See? Kau bahkan tidak tahu perbedaan dari dua kata itu, artinya dua kata itu punya arti yang sama. Oh, sekali lagi, aku bukan istrimu."

Ketegangan datang kelewat cepat di meja mereka. Tawa Jungkook lenyap tanpa sisa, berganti seringai dingin di antara dengusan kasar yang kelewat jelas. Sorot mata Jungkook mendadak turun dan menajam, mengamati Sera seperti calon mangsa yang tidak boleh dilewatkan.

Crimson AutumnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang