Bisa jadi, hidupnya akan semakin seperti di neraka, bila memutuskan masuk ke dunia orang kaya yang tak terbayangkan, oleh orang-orang dari kalangan bawah seperti dirinya.

Sera menarik napas satu kali begitu sampai di tempat tujuan, setelah melewati sipir penjara dia diizinkan ke ruang kunjungan. Donghyun duduk di salah satu bangku, di antara narapidana lain yang juga sedang mendapat kunjungan. Sera mendadak memaku pada jarak dua belas langkah, dunia sekitar tiba-tiba hening saat Donghyun melambaikan tangan penuh antusias kepadanya.

"Sera!"

Biji mata Donghyun tampak lebih besar saat menyambut Sera mendekat, tersenyum hangat sampai membuat Sera berkaca-kaca. Sungguh, betapa rindunya dia pada senyum sang ayah, senyum yang telah lama hilang seiring kepergian ibunya.

"Kau datang sendirian, mana Beomgyu?" Donghyun mengedarkan pandang kesekeliling, lalu kembali pada Sera yang duduk di seberang meja saat tidak bisa menemukan Beomgyu.

"Beomgyu sedang diajak ke pasar sama Yujin eonni," kata Sera. "Ayah, apa yang dilakukan mereka padamu?"

Sera memperhatikan lebam di wajah Donghyun, jari-jari bengkak, ada luka yang masih basah di sekitaran pergelangan tangan juga leher.

"Orang-orang Kitae juga ada di sini," jawab Donghyun tenang. "Mereka menagih hutangku yang belum kau bayar."

"Mereka memukuli Ayah di sini?" Sera menggenggam jari-jarinya sampai kebas, betapa mudah uang membolak-balik keadaan.

Kitae yang mengalami gegar otak ringan tidak melepaskan ayahnya barang sebentar, ditambah penolakan Sera pada Kitae yang sering melamarnya, membuat pria bejat itu semakin murka.

"Aku hanya ingin berdamai bila kau mau menjadi istriku, lagi pula tidak ada orang yang percaya pada ceritamu, Sera sayang. Kau tidak bisa memakai alasan itu untuk membawaku ke penjara."

"Kau—berengsek!

"Ya, aku memang berengsek, tapi ayahmu sama busuknya denganku. Dia berhutang padaku, fakta itu tidak akan pernah bisa kau sangkal, dia juga pernah menawarkan dirimu padaku. Jadi berhentilah membela ayahmu, Cho Sera."

Itu yang dikatakan Kitae saat Sera mencoba mengancam Kitae atas perbuatan bejatnya, lelaki berengsek itu justu balik mengancam. Dia tahu ayahnya salah memakai uang orang lain, tapi tidak bisa dipungkiri Kitae memanfaatkan keadaan ayahnya yang tidak setabil, hutang dilipat gandakan tanpa ayahnya pahami.

"Iya, semalam saat Ayah sedang tidur, mereka datang dan langsung memukul. Tenanglah, Ayah baik-baik saja," kata Donghyun, tanpa pengaruh alkohol sikpanya tampak normal dan wajar.

Selama ini, ada hari-hari di mana Donghyun bersikap wajar tanpa membawa tuduhan jahat bagi putrinya meski cuma sebentar. Tetapi bersama sikap tenang Donghyun, justru selalu membuat Sera jadi was-was, sebab sang ayah akan memperlakukan dia dan Beomgyu sama seperti saat sebelum ibunya meninggal. Fakta itu jauh menyakitinya, ketimbang sang ayah memukulinya.

"Kau sudah ke pantai?" tanya Donghyun, mengusap-usap punggung tangan Sera. "Sudah tiga hari Ayah tidak ke pantai, Ibumu pasti sedih kalau tidak ada yang menunggunya di sana."

Sera kehilangan suaranya, rasanya ada batu tersangkut di tenggorok seiring air mata mengalir di pipinya. Dia tersedu sedan begitu saja, Donghyun buru-buru menepuk punggungnya pelan.

"Jangan lupa bawa kue beras. Bilang pada Ibumu ayah sedang berada di sini, tidak bisa keluar." Donghyun tersenyum saat Sera akhirnya mengangguk, menarik tisu meja dan menyerahkannya pada Sera yang sudah lebih tenang.

"Ajak Beomgyu juga. Oh, Sayang, selamat ulang tahun."

Donghyun masih tersenyum bahagia, senyum yang sama saat perayaan ulang tahun sembilan tahun lalu, tidak luntur barang sebentar. Sementara air mata Sera kembali jatuh, mengingat fakta, bahwa, sang ayah melihat sosok dirinya sebagai Sera 14 tahun.

Crimson Autumnजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें