"Kau, ikut aku!" katanya, nyaris membentak lagi.

"Tidak! Aku tidak melakukan apa-apa pada adikmu."

Jimin menoleh dari atas bahu, rahangnya yang runcing mengeras.

"Sayangnya alibimu sangat lemah. Ikut aku, sampai statusmu terbukti tidak bersalah," tukas Jimin, menarik paksa Sera masuk ke mobilnya yang terparkir di depan kelab.

🍁🍁🍁

Range Rover itu bergerak cepat di belakang ambulan yang diberi akses jalan bebas hambatan, suara sirine menggema di sepanjang perjalanan menuju rumah sakit Royal Blue. Jimin melirik Sera yang menatapnya lurus-lurus, menunda niat menelepon dokter pribadi Jungkook.

"Tuan dengar. Aku tidak melakukan apa-apa pada adikmu, justru adikmu yang melakukan—" Sera tidak sanggup melanjutkan penjelasan tentang perkara buruk itu, dia masih menatap Jimin yang fokus pada jalanan sebab mobil semakin kencang melaju.

"Simpan alasanmu, sampai ada kejelasan tentang keadaan Jungkook," potong Jimin, menginjak pedal gas lebih dalam.

Lima belas menit kemudian mereka sampai di rumah sakit, menunggu di depan Unit Gawat Darurat. Jimin menelepon seseorang, berjalan mondar-mandir, sementara Sera duduk di kursi tunggu. Sera melirik Jimin yang tanpa disangka-sangka sedang melihatnya juga, sambil tetap berkata pada seseorang di seberang sambungan telepon.

"Aku tidak kenal, tapi dia ada di dekat Jungkook sebelum Jungkook pingsan," kata Jimin.

Sera memalingkan wajah, kesal atas tuduhan Jimin yang tidak berdasar. Dia masih terlalu jengkel dan marah pada Jungkook beserta seluruh perbuatannya, tidak mau memahami posisi Jimin yang memang tidak tahu tentang perkara pelecehan itu.

"Siapa namamu?" tanya Jimin, tahu-tahu berdiri di depan Sera.

"Cho Sera," jawab Sera tanpa melihat Jimin, memakukan pandangan pada ujung sepatunya yang sudah terkelupas.

"Kenapa kau ada di sana?" Jimin menarik napas sekali, lalu duduk di sebelah Sera.

"Dengar, Cho Sera. Aku akan berusaha bersikap baik, selama kau bisa diajak bekerja sama. Jawab pertanyaanku dengan jelas, atau kau akan berurusan dengan polisi."

Sera akhirnya menoleh, memberi jarak jeda satu kursi tunggu.

"Adikmu mengikuti, bukan aku yang mengikutinya."

"Maksudmu?" tanya Jimin.

"Aku ingin pulang ke rumah, dia mengikuti dari keluar kelab sampai ke jalan itu untuk minta maaf padaku."

"Minta maaf untuk apa?"

Sera ragu-ragu sejenak, dia tidak ingin mengingat hal buruk itu lagi, tetapi cara pandang pria di depannya terasa mulai melunak. Daripada salah paham ini berkelanjutan, meski dia tidak terlalu yakin, pria ini bisa saja berbalik menuduhnya juga.

"Adikmu melakukan perbuatan yang—tidak pantas di kantor, lalu dia memaksa mengikutiku dari kelab meski aku sudah memintanya pergi. Justru dia yang membuatku takut—"

"Kau gadis itu?" Jimin menyela, menghela napas. "Staf yang memukulnya dengan nampan?"

Sera terkesiap, tidak menutupi keterkejutannya.

"Aku melakukannya untuk membela diri, terserah kau mau percaya atau tidak," ujar Sera.

"Ya, aku tahu, kau sudah melakukan hal yang benar," kata Jimin. "Aku meminta maaf untuk yang dilakukan Jungkook padamu, tidak biasanya dia begitu tapi—oke, ini akan terkesan aku sedang membelanya tapi percayalah, Jungkook bukan pria seburuk itu."

Crimson AutumnWhere stories live. Discover now