Part 2; You

21.7K 1.1K 43
                                    

Mereka benar-benar tidak datang. Dengan langkah berat Cherisia beranjak pergi dari tempatnya berdiri. Tidak ada yang dapat ia tunggu lagi.

Selamat tinggal..

Cherisia menghela nafas berat, dan mengambil langkah mantap meninggalkan Indonesia. Ia berdoa dalam hati, semoga dirinya akan jadi orang yang berbeda ketika di Manhattan, seseorang yang dapat berguna untuk orang lain dan bukan menyusahkan orang lain.

Cherisia terus melangkah tanpa lagi menoleh kebelakang. Ia berdoa dalam hati semoga ia punya kehidupan baru yang lebih baik di Manhattan. Setidaknya, ia akan dapat teman yang akan tulus mau berteman dengan dirinya. Cherisia menghela nafas pelan ketika kakinya menginjak tangga pesawat terakhirnya. Rasanya begitu berat untuknya meningggalkan tanah kelahirannya.

'Papa, Mama Melisa dan Kak Andien baik-baik di Indonesia ya.. kalau ada waktu kunjungi Cherisia di Manhattan..' Batin Cherisia memasang senyum mirisnya.

Ia tahu semua itu tidak akan pernah terjadi. Mereka tidak akan pernah berkunjung untuk bertemu Cherisia, mereka bahkan tidak bertanya dimana Cherisia akan tinggal di Manhattan. Tapi satu hal yang pasti, Cherisia masih akan menunggu mereka untuk berkunjung ataupun hanya sekedar menelfon dirinya.

"Maaf mbak, tolong segera masuk.. pintunya akan segera ditutup.." Teguran seorang pramugari membuat lamunan Cherisia buyar. Cherisia tersenyum ramah pada sang pramugari dan segera masuk kedalam pesawat kelas ekonomi itu. Hey, pesawat ekonomi sekarang layanan sudah sangat baguskan?

Cherisia berjalan kearah tempat duduknya bersama seorang pramugari yang menemaninya. Cherisia menghentikan langkahnya saat pramugari didepannya berhenti.

"Ini tempat anda, silahkan duduk.." Katanya dengan sangat sopan dan ramah.

"Makasih tante.." Ucap Cherisia dengan nada dibuat-buat.

"Tante?" Si pramugari menyipitkan matanya.

"Just kidding.." Balas Cherisia cepat. Dan segera duduk dikursi yang pramugari itu tunjukan pada Cherisia.

Cherisia menghempaskan punggungnya pada sandaran. Baru saja ia ingin mengeluarkan iphone miliknya dan menyalakannya, betapa terkejutnya Cherisia melihat Om-om bule tampan yang ia lihat di Rumah Sakit dan ketika berada dipintu masuk tadi. Cherisia tersenyum sendu, ia menatap setiap lekuk wajah pria yang dua kali ia temui itu. Ia punya rahang yang tegas, mata yang terkesan tajam dan rambut berwarna brown dan cenderung gelap. Bersyukurlah, pria disampingnya itu sedang memejamkan matanya dan telinganya tertutup earphone.

"Oom.." Panggil Cherisia cukup keras hingga membuat wanita lain disamping kanan orang yang dipanggilnya 'Oom' itu menatap Cherisia penuh tanya. Sementara Cherisia menggaruk kepala belakangnya canggung.

"Kamu mangggil Sean?" Tanyanya pelan.

"Em.. Sean?"

"Iya, kamu kenal Sean?" Tanyanya lagi.

"Emn, enggak kok tante.." Elak Cherisia dengan cengiran dibibir tipisnya.

"Kamu panggil saya tante?" Cibir wanita itu terdengar tidak suka.

"Iya, tante kan sedang hamil.. enggak boleh marah tante, nanti dedeknya nakal loh.." Ledek Cherisia lembut.

"Ada apa ini?" Tegur pria yang duduk ditengah keduanya.

Cherisia menoleh kearah orang yang ia ketahui bernama Sean itu. Akhirnya ia mendengar suara berat itu lagi. Ia bahkan masih ingat dengan jelas bagaimana suara berat itu memarahinya ketika pertemuan pertama mereka.

"Kamu?"

Cherisia mengerjabkan matanya. Dalam hati ia bertanya apakah Sean masih ingat padanya? Ah tentu, Cherisia itu tipe gadis yang susah dilupakan.

Cinta Rahasia (PART 1-21) [GOOGLE PLAY]Where stories live. Discover now