Part 1; First

47.1K 1.4K 52
                                    

"KAK ANDIEN!!"

BRAAKKKK...

Tubuh semampai itu terpental beberapa meter dari tempatnya berdiri. Cherisia Alyssa, sang adik hanya mampu berlari menghampiri Andien Paulinino yang tergeletak bersimbah darah ditengah jalan yang baru saja dilewatinya.

"Kak Andien, bangun kak.. bangun..." Pintanya dengan menangis senggukan memeluk sang kakak yang sedang sekarat.

"Oh tuhan, maafkan aku.. maaf aku telah menabraknya.." Ungkapnya dengan nada menyesal pada Cherisia yang masih menangis melihat Andien yang sedang meregang nyawa.

"Tolong, tolong bawa dia ke Rumah Sakit.." Mohon Cherisia masih dengan tangisannya.

Pria itu mengangguk pelan dan segera mengangkat tubuh Andien kedalam mobilnya. Hanya perlu duapuluh menit hingga mereka sampai di Rumah Sakit. Cherisia menggenggam tangannya cemas, Andien sedang berada di IGD saat ini. Dokter sedang memeriksanya untuk mengambil tindakan selanjutnya.

Astaga dimana orangtuanya? Mengapa mereka belum juga sampai disini. Cherisia berjalan bolak-balik didepan pintu. Ia sungguh mengkhawatirkan kakaknya yang sedang berjuang untuk hidup didalam sana.

Sreeet...

Plakk...

Cherisia mematung merasakan panasnya sebuah tamparan keras dipipinya. Cherisia mendongakan kepalanya perlahan. Airmatanya menetes deras kala matanya menangkap wajah tegas sang Ayah, Darwin Paulinino menatap marah padanya. Kali ini apa salahnya hingga ia ditampar sekeras itu oleh Ayahnya sendiri. Padahal biasanya, semarah apapun Darwin pada Cherisia ia tidak akan sampai menampar Cherisia.

"Papa, kenapa menampar Cheris?" Tanya Cherisia lirih.

"Apalagi? Kamu yang membuat Andien seperti inikan?" Tuduh Darwin pada putri bungsunya itu.

"Apa? Tidak.. Cheris han-"

"Hanya apa? Kamu yang buat putri saya sampai seperti ini, pasti kamu yang mendorongnya hingga ia menabrak mobilnya.." Tuduh sang ibu, Melisa Paulinino seraya menunjuk orang tadi menabrak Andien.

"Tidak Papa, tidak begitu kejadiannya tadi it-"

Plakkkk,

Pipi putih Cherisia kembali memerah akibat tamparan kedua dari orang yang telah ia anggap ibu selama ini. Cherisia terdiam tanpa mengatakan apa-apa lagi. Bibirnya bahkan terasa kelu untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Dirabanya pipi kirinya yang terasa sangat perih. Mengapa mereka tidak pernah mau mendengar setiap penjelasan darinya? Mengapa selalu Cherisia yang selalu disalahkan ketika Andien terluka?

"Tega sekali kamu melakukan ini pada Andien yang selalu membelamu, menyayangimu dan melindungi dirimu.." Cerca Melisa marah.

"Pergi dari sini.." Suruh Darwin dengan tajam.

Cherisia terlihat kaget mendengar Ayahnya sendiri mengusirnya. Sebenarnya apa salah Cherisia hingga Ayahnya sendiri begitu tidak menyukainya. Ini bukan salahnya, Cherisia tidak pernah berniat sedikitpun untuk mencelakai Andien. Bahkan saat melihat Andien tertabrakpun ia baru datang. Lalu mengapa mereka menyalahkannya?

Cherisia menundukkan kepalanya. Matanya berubah kosong ketika melihat ujung sepatunya yang terlihat kotor karena darah Andien yang mengenainya.

"Maaf.." Ucap Cherisia setelah ia berbalik menghindari tatapan Ayahnya.

Cherisia tak mengatakan apapun lagi, mungkin ia sudah sering terluka karena ucapan Ibu dan Ayahnya. Tapi untuk pertama kalinya, ia merasa begitu tersakiti dengan ucapan Ayah dan Ibunya yang menyalahkan dirinya atas kecelakaan Andien. Gadis berusia duapuluh tahun itu berjalan meninggalkan Ayah dan Ibunya. Rasanya tidak berguna lagi menjelaskan apapun jika Ayahnya sudah marah seperti ini. Toh, dia sudah sering disalahkan, meski rasa sakitnya selalu dapat menusuk hatinya ia yakin akan terbiasa.Tapi apa mungkin ia akan terbiasa?

Cinta Rahasia (PART 1-21) [GOOGLE PLAY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang