1

7.4K 464 187
                                    

Bohong kalau aku berkata:
"Senyummu tidak semanis
mango float."
···

SINAR matahari menelisik masuk dari celah-celah gorden yang terbuka. Kamar yang terisolasi membuat suhu dingin dari AC seakan-akan terperangkap membuat dinginnya seakan menusuk tulang.

Majalah otomotif yang berserakan di karpet, remah-remah biskuit sisa semalam, dan PS serta TV yang belum dimatikan seharian.

Kaki gue mendorong selimut yang melilit kedua kaki gue hingga terjatuh ke lantai.

Baru saja ingin mencari posisi tidur yang nyaman, ada suara derap kaki yang membuat mimpi indah gue seakan menyusut. Dan beberapa detik kemudian terdengar suara pintu diketuk.

"Tuan," pintu diketuk kembali. "Bangun, Tuan."

Gue menggeram, menenggelamkan kembali kepala gue ke dalam bantal besar bergambar spiderman.

"Tuan Muda," ujar seorang wanita paru baya dari balik pintu, lembut sekali, "sudah pukul 6. Nanti Tuan terlambat berangkat sekolah."

Alih-alih membukakan pintu kamar, gue malah memeluk guling dengan erat.

"Tuan, tolong bangun. Nanti saya kena marah lagi." ujarnya takut-takut. "Tuan muda, bangun ya?" mohonnya sekali lagi.

Dengan terpaksa gue membuka mata dan beranjak dari kasur. Berjalan malas ke arah pintu dan membukanya, "iya, Bik, iya. Ini saya udah bangun, kan?"

Seseorang di depan pintu tampak lega melihat gue udah bangun. Ia menghela napas dan mengelus dadanya. "Syukurlah, Tuan Muda udah bangun. Mau mandi air hangat atau air biasa, Tuan?"

"Air anget aja. Seragamnya hari ini yang batik biru ya, Bik. Jangan lupa."

"Iya, Tuan, Bibi sudah catat semalam kok." dia mengeluarkan catatan kecil dari kantung celananya.

Hati gue terenyuh saat melihat catatan di tangannya.

Tuan muda pakai batik biru, celana putih. Dia suka pake sepatu yang item garis biru kalau hari rabu.

Tuan muda jadwal makan salad dan susu

Tuan muda mau dibawain bekal karena rabu ada jam olahraga

Dan ada banyak catatan lainnya.

Bik Sarti seperti tahu apa saja yang gue butuhkan dan dia jarang sekali melakukan kesalahan karena dia berusaha.

Ya, dia berusaha.

Dan itu yang buat gue terenyuh.

Gue tersenyum kecil sebagai tanda terima kasih.

"Permisi, ya, Tuan. Saya mau siapin sepatu milik Tuan."

Gue hanya mengangguk sekilas.

Bik Sarti menunduk sebagai tanda hormat dan berbalik badan.

"Oh iya, Bik," kata-kata gue menghentikan langkahnya. "Tolong panggil saya Saikal aja bisa?"

Ia tampak kaget tapi sedetik kemudian tersenyum patuh, "iya, Tu- eh maksudnya iya, Saikal."

***

GUE menatap langit-langit kelas detensi dengan perasaan bosan. Suara riuh dari belakang kelas membuat gue makin muak berlama-lama  satu ruangan bersama mereka.

Sekedar informasi, kelas detensi adalah kelas khusus untuk murid-murid yang mendapat hukuman. Alasannya beragam antara lain: telat, bolos, tidak memerhatikan guru saat mengajar, membuat keributan kelas, dll.

Kepribadian GANDA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang