{Part 05}

109K 6.1K 98
                                    

-Author POV-

Istvan tiba di lantai dasar mansion miliknya, ia berjalan keluar lift dengan gerakan kaki cepat dan masih terlihat ia sedang marah. Kemarahannya kepada isterinya tadi masih belum hilang. Entahlah, emosi Istvan selalu naik jika di dekat ataupun bersama Caryn. Ia tak bisa mengendalikan dirinya, selalu haus untuk menyiksa Caryn. Semenjak ia menikah, ia menjadi sosok yang tempramen. Selalu marah-marah tanpa alasan yang jelas. Itu semua karena pengaruh ke-tidakterima-annya menikahi Caryn.

"Lama-lama aku bisa darah tinggi karena wanita sialan itu," gumam Istvan.

Apakah dia tidak berpikir? Harusnya dia tahu kalau kemarahannya itu tidak berguna. Untuk apa melontarkan kemarahan kepada Caryn? Wanita yang tidak punya salah apapun kepadanya. Istvan celingak celinguk mencari seseorang yang akan menjadi target kemarahan selanjutnya.

"SERGIO!" nada lantangnya menggema di lantai dasar.

Dalam hitungan beberapa detik, orang yang memiliki nama Sergio pun tergopoh-gopoh menghampiri majikannya.

"Ya, Tuan Istvan. Kau memanggilku?" Sergio membungkuk formal sesaat lalu menunduk.

"Apa Caryn yang memberitahumu tentang kebenaran dibalik pernikahanku dengannya? Katakan sejujurnya, Sergio."

"Tidak, Tuan Istvan. Aku sering melihatmu dan mendengar pertengkaranmu dengan Nyonya Caryn."

Tidak sepenuhnya benar. Sergio secara detail tahu dari Caryn, karena Caryn bercerita akan permasalahannya dengan Istvan. Pernikahan mereka tidak bahagia, itulah kebenaran yang didengar Sergio dari Caryn.

Sergio tidak membocorkan kebenaran pahit itu kepada siapapun, terutama kepada Aniela. Karena jika itu terjadi maka hal buruk akan menerjang Aniela.

Sebenarnya siapa Aniela itu?

Istvan menyunggingkan senyum kecut, "Ku dengar kalian membicarakan aku. Lalu apa masalahmu? Apa kau merasa dirugikan dengan apa yang ku lakukan pada Caryn hem?"

Secara tiba-tiba, Istvan menarik kerah Sergio lalu menatap tajam kepala pelayan itu. Sergio meneguk salivanya, ia tahu ini akan terjadi.

"Dasar tidak tahu diri! Lancang sekali kau membicarakanku, dari belakang. Kalau perlu bicaralah di depanku!" Pekik Istvan.

Kalau aku bicara di depanmu, maka kau akan membunuhku. Aku tidak mau mati sia-sia, batin Sergio.

Istvan semakin mengeratkan cengkeramannya pada kerahnya Sergio, "kenapa diam?!"

"Maafkan aku, Tuan."

"Jangan mencampuri urusanku dengan wanita sialan itu. Kau tidak berhak, Sergio. Aku tidak suka bila mendengar komentar tentangku dengan apa yang ku lakukan. Baik itu kepada Caryn ataupun siapapun!"

"Tapi, Tuan. Sikapmu kepada Nyonya Caryn sangatlah tidak baik dan tidak pantas ia dapatkan. Kau suaminya, Tuan." Sergio memberanikan diri untuk mencoba membuat Istvan mengerti.

Istvan bergemertak marah. Ia tidak suka bila ada yang mengatakan bahwa ia adalah suami Caryn, meskipun itu benar adanya.

"Itu semua terserah padaku. Aku bebas melakukan apapun yang ku mau. Jangan menceramahi aku, jangan mengaturku, jangan membela wanita sialan itu dan ku pe.ri.ngat.kan padamu untuk DIAM saja. Jangan campuri urusanku!"

Istvan melepaskan eratan tangannya dari kerah Sergio, dengan cara sedikit mendorongnya.

"Ingat itu baik-baik. Jika kau tidak mendengarkan peringatanku, kau akan kehilangan nyawamu, Sergio. Aku tidak main-main," kata Istvan memberi tatapan membunuh kepada Sergio lalu melenggang pergi.

Lacrime D'amoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang