Topeng yang Terlepas

Depuis le début
                                    

"Baik, Tuan Muda!"

©Rainsy™

Pernah dengar bukan bahwa setiap manusia yang memiliki indera keenam akan memiliki berbagai macam keistimewaan lain, seperti bisa membaca masa depan ataupun meramal nasib seseorang. Hal itulah yang juga dimiliki oleh Rucita. Senior Helga sekaligus ketua di kamar asrama yang menempatkan Helga dan Hira sebagai bawahannya. Malam itu, karena tertarik melihat aura yang terpancar dari tubuh Helga, Rucita mulai memainkan kartu tarotnya. Mencari tahu kira-kira apa saja yang akan terjadi jika Helga terus berada di Supranatural High School.

Di meja belajarnya yang tengah dipenuhi kartu tarot tersebut, Rucita dibuat terbelalak mengetahui hasil ramalan dari kartu tarotnya.

"Pertumpahan darah," lirih Rucita syok dengan kartu pertama yang ia buka. Menganggap ramalan pertamanya itu adalah sebuah kesalahan, Rucita pun kemudian mengambil kartu yang kedua. Kali ini bukan hanya matanya saja yang melebar. Melihat makna dari kartu kedua yang ia buka, Rucita refleks menyentuh lehernya yang seolah tercekik. "Kema ... tian?" Degup jantung Rucita mulai tak menentu, separuh dari dirinya merasa semua ramalan yang keluar itu sangatlah tidak masuk akal. Bagaimana mungkin ada seseorang yang memiliki nasib seburuk itu. Tapi, separuh darinya lagi sangat yakin bahwa selama ini, semua hal yang Rucita ramalkan dari kartu tarotnya itu tidaklah pernah meleset. Setelah merusak tatanan kartu tarot di mejanya, Rucita melempar pandangannya ke arah Helga dan Hira yang tengah mengobrol seru.

"Tidak mungkin keceriaan mereka akan berubah menjadi pertumpahan darah, kan?" gumam Rucita pelan. Meski yang sedang gadis itu tatap adalah Hira dan Helga, namun jelas pikiran Rucita sudah tak lagi di tempatnya. Dari kursinya duduk, Rucita melihat bayangan masa depan seperti apa yang akan terjadi pada mereka berdua. Dan itu sangat mengerikan. Itulah sebabnya, Rucita langsung menyuruh adik-adiknya untuk segera tidur. Padahal setelah lampu kamar ia matikan, Rucitalah orang yang tak kunjung bisa memejamkan matanya.

Di tengah kegusaran hatinya, mendadak Rucita mendengar suara guru asrama menggema di telinganya. Lewat telepati, Sonita menanyakan tentang keadaan kamar Rucita, apakah semua baik-baik saja? Dan apakah Helga bisa tertidur dengan pulas?

Sembari memeriksa apakah Helga dan Hira sudah tertidur di ranjang mereka atau belum, Rucita memberanikan diri untuk memberitahukan apa yang ia lihat lewat kartu tarot miliknya pada sang guru. "Guru, bisakah kita bertemu?" batin Rucita bertanya.

"Tentu. Datanglah ke ruanganku sekarang," timpal suara Sonita mengizinkan. Setelah membenarkan selimut yang Helga gunakan, Rucita pun meninggalkan kamarnya.

Malam itu, suasana sangat tenang. Suara serangga yang bernyanyi kala itu, bak musik pengantar tidur yang menentramkan hati. Desir angin yang membelai rerimbunan pohon di sekitar SHS membuat sempurna tidur malam Helga. Namun ketenangan itu tidak berlangsung lama, kala sebuah mimpi aneh mengusiknya. Dalam mimpi itu, Helga tengah duduk seorang diri di depan meja rias. Dengan wajah pucatnya dan tubuh yang mengenakan gaun tidur itu, Helga melihat bayangan dirinya dalam cermin berubah wujud. Menjadi seorang gadis lain yang mengenakan gaun putih panjang dan menyeringai saat menatap Helga. Gadis di dalam cermin juga melakukan apa yang tengah Helga lakukan, yaitu menyisir rambutnya. Hanya saja, semakin lama dilihat ... wajah gadis itu menjadi sangat mengerikan, terlebih lagi setelah sebuah akar berwarna hitam pekat menjalar memenuhi wajah cantiknya. Membuat bibir dan kelopak mata gadis itu menghitam dalam beberapa detik saja. Tak hanya itu, yang paling mengejutkan Helga adalah saat gadis itu mengatakan bahwa dia adalah Helga. Dan Helga pun akan merasakan apa yang dulu gadis itu rasakan. Setelah mengatakannya, tiba-tiba saja sosok gadis di dalam cermin langsung menusuk perutnya sendiri menggunakan ujung sisirnya yang runcing.

"Aaaa!!!" Helga terbangun dari mimpi buruknya dengan napas tersengal. Dan mendapati, Hira sudah duduk di atas pangkuannya. "Hi-Hira ... sedang apa ka ... Akh!" Belum sempat Helga menyelesaikan kalimatnya, Hira yang pupil matanya telah berubah warna menjadi putih sepenuhnya langsung mencekik kuat leher Helga.

Supranatural High School [ End ]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant