Helga Maheswari

2 0 0
                                    

"Satu minggu. Beri aku waktu satu minggu untuk mengungkap kebenaran ini. Semua tuduhan kalian adalah salah. Dan pelaku sebenarnya pencurian itu akan segera aku temukan." seloroh Helga dengan lugasnya. Melirik reaksi kedua orangtuanya yang berada di belakang dengan ekor matanya kilas, lantas mengamati satu persatu paras pengunjuk rasa yang hampir menghancurkan rumahnya tersebut. "Dan jika pada akhirnya benar, Ayahku adalah pelakunya. Maka kami akan mengabulkan keinginan kalian untuk melakukan kompensasi." tandas Helga mengundang kasak-kusuk yang mulai ramai di antara kerumunan warga Desa.

Tak sedikit dari mereka yang bisa dengan gampangnya akan memercayai ucapan anak remaja seperti Helga. Namun, jika mengingat bahwa Helga cukup banyak berperan menjadi penolong secara tidak langsung ketika mereka membutuhkan bantuan beberapa tahun silam, membuat para warga jadi dilema.

"Apa jaminannya omongan kamu itu bisa kami percaya, Hel?!" ungkap seorang Bapak-bapak akhirnya melontarkan pertanyaan yang tadi sempat mengambang di bibir warga lainnya.

"Biar saya yang jadi jaminannya!" seru seorang Kakek tua yang berada di tengah kerumunan menyela. Mendengar seseorang mengasongkan dirinya sebagai jaminan, Kakek itu pun sontak menjadi titik fokus baru bagi netra para pendemo.

Kakek dengan jenggot putihnya yang panjang  itu berjalan tertatih-tatih keluar dari kerumunan yang tadi sempat menenggelamkan keberadaannya. Bermodalkan tongkat sebagai pegangan, juga dibantu oleh Helga yang dengan sigap memapahnya, Kakek tua renta itu berangsur menaiki teras rumah kediaman Pak Wijaya ; yang jaraknya satu meter lebih tinggi dibanding dengan pelataran rumah tersebut, Pria yang sudah berusia lanjut itu memilih untuk berdiri di sisi Helga yang tadi sempat kosong, merasa dirinya sudah berada di tempat yang benar, Kakek-kakek yang merupakan tetangga Helga itu pun kembali berbicara, "Jika kalian masih menghormatiku sebagai sesepuh di sini, maka hormatilah juga apa yang Helga katakan. Jika selama ini kalian begitu sangat memercayaiku, maka kalian pun harus lebih memercayai ucapan Helga. Karena seluruh sikap tindak tanduk Raden Sultan Diningrat diwarisi padanya. Saya yakin, Helga akan segera menemukan jalan keluar dari masalah yang saat ini tengah kita hadapi." tuturnya mengungkap seberapa persen para warga harus percaya akan janji yang Helga ucapkan.

Kakek berusia lebih dari satu abad yang kerap di sapa Eyang Fatah itu adalah anak tunggal dari mendiang sahabat karib Raden Sugeng Diningrat yang notabene merupakan Kakek buyut Pak Wijaya, Ayah Helga. Meski tak lagi muda,  namun di usianya yang senja itu, Eyang Fatah masih cukup dikatakan prima. Pasalnya, kelima indera dalam tubuhnya masih berfungsi dengan sangat baik. Bahkan deretan giginya pun masih utuh. Lengkap. Tidak ada satupun yang hilang. Entah ritual apa yang beliau lakukan, hingga bisa berumur panjang dan memiliki tubuh sesehat itu. Yang jelas, Helga cukup senang dapat berjumpa kembali dengan seseorang yang sangat berkharisma dalam hidupnya itu.

Di saat Helga mulai melihat sesuatu tak kasat mata. Hanya Eyang Fatah-lah yang memberitahukan pada gadis muda itu bahwa apa yang ia lihat adalah benar adanya, dan mewanti-wanti pada Helga bahwa kemampuan barunya itu jangan sampai disalahgunakannya. Di saat Helga mendadak mendapat bisikan gaib ketika salah seorang warga kehilangan anaknya secara tak wajar, Eyang Fatah-lah orang pertama yang meminta warga untuk memeriksa tempat yang Helga dengar dari suara gaib tersebut. Dan ketika Helga bermimpi akan banjir bandang di Desa tersebut, Eyang Fatah-lah satu-satunya orang yang berusaha keras untuk menyelamatkan warga dari bencana yang seminggu kemudian benar-benar terjadi.

Hanya Eyang Fatah yang mampu mengerti dan memahami kemampuan Helga di Desa itu. Bahkan, saat orangtua  Helga berniat memasukan putrinya itu ke dalam RSJ, Eyang Fatah jua-lah satu-satunya orang yang datang menghadang. Berusaha melarang Pak Wijaya agar tidak membawa Helga ke sana. Namun watak keras kepala Pak Wijaya membuat Eyang Fatah tak berdaya. Terlebih lagi status Eyang Fatah yang hanya sekadar menjadi tetangga rumah keluarga Pak Wijaya. Bukan termasuk ke dalam keluarga inti yang memiliki hak besar untuk menentang keputusan Pak Wijaya dulu.

Supranatural High School [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang