24. Sakit

688 14 0
                                    

[24]

Awan hitam menyambut siang hari dengan ke angkuhannya, seolah olah menahan sang mentari menampakan wajahnya, melukiskan kepedihan yang tergores pada hati Zahira, karna sang sahabat kini tak bisa di ajak leluasa untuk sekedar bertukar pikirian, sehingga tidak bisa di ganggu gugat dengan status barunya sebagai seorang istri.
Di sebuah cafe tempat mereka berkumpul kini sepi, inu yang hilang tanpa jejak yang masih membuat tanda tanya besar di atas kepalanya. Namun sepertinya Zahira tidak bisa terus menerus dalam kesedihan. Ia luangkan waktunya untuk menghibur kesepian ini sejenak bersama adiknya. Sekarang ia bersama adiknya, Zahra. Yang duduk manis di hadapannya, akhirnya tawa pun menghiasi pembicaraan mereka. Rupanya ngobrol dengan Zahra pun bisa membuatnya berpikir secara luas, walau berbeda pendapat tapi mereka berdua dapat menoleransi perbedaan pendapat itu, Zahra dan Zahira memang anak kembar tapi ia tidak tinggal serumah, makanya untuk mengobrol seperti ini saja jarang, hanya lewat Chat dan kadang sesekali telepon dan Video Call.

Bunyi handphone mengalihkan pandangan Zahira, ia melihat nama yang tertera di layar yang bergetar.

"Bilal?" Katanya heran, lalu menatap Zahra.

Zahra mengendikan bahunya. "Angkat aja, siapa tahu penting, kan?" Katanya.

Tidak ada pilihan, akhirnya Zahira mengangkat panggilannya, karna memang tidak ada salahnya kan? Kali aja dia mau memberitahukan keberadaan Inu, dia teman dekat Inu selain dirinya dan Ila.

"Assalamualaikum?" zahira memberanikan diri, memulai pembicaraan hingga nampak jawaban salam dari sebrang sana.

"inu?...Aku lagi nggak sama inu? Kenapa emang?" Ucap Zahira, matanya melirik Zahra yang tak berkedip saat mendengar nama Inu.

"Dia udah balik?... Emang dia darimana? Aku juga lost contact lho sama dia." Balas Zahira lagi, ia mengangkat tangannya ke depan Zahra saat wanita itu mencoba bertanya tanpa suara 'ada apa?'

"Apa? Dia habis berobat ke Amerika? Oh... mm.. Hah? Seriusan?.. Oke..  aku akan coba cari.. makasi infonya ya?... Wa'alaikumsalam." Zahira mematikan sambungannya, pikirannya berkelana. Inu dari Amerika mengobati paru-parunya? Dan sekarang ia kabur dari kost-an Bilal setelah bertanya rumah baru Ila dan Ka Syauqi? Ia juga tidak pulang kerumahnya? Jangan-jangan?

"Kenapa kak? Ada apa sama kak Inu?" Kata Zahra menggoyang-goyangkan lengan Zahira, yang membuat Zahira tersadar dari lamunannya.

"Kita cari Kak Inu." Zahira segera mencangklong tas slempangnya, dan mulai beranjak dari mejanya. Namun Zahra masih tetap duduk memperhatikan Zahira, dengan wajah bingung. Melihat adiknya hanya diam dengan tatapan bingung, Zahira mendesah dan memutar bola matanya. "Inu berobat di Amerika ternyata, dan sekarang dia udah pulang, tapi nggak langsung ke rumah, dia kabur nggak tahu kemana, sekarang kita cari, Zah."

Zahra membulatkan matanya, belum sempat ia bertanya lagi, tangan Zahira sudah membawanya keluar kafe.

***



Lantunan doa selalu ia kuatkan dalam hatinya, ia tidak tahu apa rencana Inu selanjutnya, ia di kurung di dalam kamar apartemennya, ia menangis. Inu jahat! Lagi lagi ia mengetuk pintu dengan keras sambil menyebut nama Inu untuk membukakannya, namun hasilnya tetap sama, hari udah mulai sore Ila hanya bisa berharap Allah mengirimkan seseorang untuk membantunya keluar dari sini, ia duduk memeluk lututnya, menangis dan menangis.

Tiba-tiba terdengar suara orang yang membuka berendel pintunya, napas Ila menegang.

Terimakasih Ya Allah

ternyata itu Inu, ia menutup kembali pintunya dan berjalan kearah Ila sambil membawa nampan, ia duduk di depan Ila dan berucap. "Mau makan?"

Ila membuang napasnya kasar, ia tidak sudi berbicara dengan bajingan macam dia!

SAHABAT HIJRAHKU [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang