7. Tomboy

810 24 0
                                    


[7]



Inu datang menghampiri meja kantin yang Ila dan Zahira tempati sekarang, Inu duduk di hadapan Zahira lalu menyeruput jus milik Zahira, ia hanya mendapatkan pukulan dari Zahira di lengannya namun tidak ia gubris, yang penting hausnya hilang.

"Eh." Inu mengatur napasnya untuk melanjutkan kalimatnya. "kalian kemarin kemana da? Di cariin kagak ada, lo pulang duluan ya, pada?" Katanya mengintimidasi Ila dan Zahira.

Ila nampak tenang menghabiskan siomaynya. Namun Zahira cepat menjawab. "Ya katanya lo lagi ketemuan sama si Devi?"

Inu melipat tangannya di meja. "Iya bentar doang, setelah itu gue langsung ke kampus nyariin lo berdua. eh nggak ada, kampret ya lo berdua."

"Ye.. ya maaf kali, gitu aja sewot." Zahira mengaduk-aduk jusnya, lalu mendongkak menatap Inu "Eh Nu aku mau nanya deh, hubungan kamu sama Devi tuh gimana sih? Kok kamu kaya udah bosen aja gitu sama dia."

Inu menyenderkan punggungnya di kursi kantin, mendesah dan berucap "Ya gitu, dia anaknya cerewet abisnya."

"Kenapa kamu baru bilang sekarang, kamu udah tahu dia cerewet malah di pacarin, udah jadi pacar eh malah bilang cerewet, pacaran menurut kamu cuma pelampiasan nafsu doang ya?"

Inu terkekeh "Yaiyalah, pacaran mah cuma main-main kalo nikah baru tah gue perjuangin."

"Bangsat! Lu Nu."

Inu menautkan alisnya mendengar ucapan Ila, Ila menatapnya sangar, makannanya sudah habis, "Lah ngapa lo bilang gitu?"

"Jadi cewek aja sekalian, ngerendahin harga diri wanita banget lo." Kata Ila lagi.

"Ngerendahin gimana maksud lo?"

"Lo jadikan wanita cuma pelampiasan nafsu lo aja, lo rayu, lo gombalin, dia udah sayang lo tinggalin. lo nggak nyadar mahluk yang namanya wanita juga punya perasaan, bego. Lo nggak mikirin kalo mereka sakit hati, lo gituin wanita semenjak masih SMP. lo nggak takut kualat."

"Halah, tahu apa lo soal cinta. Pacaran aja kagak pernah." Celetuk Inu mengibaskan tangannya ke udara.

Ila menyipitkan matanya, emosinya hampir tersulut. "Terus apa, lo nganggep cewek yang nggak pernah pacaran itu remeh, payah, dan nggak ada apa-apanya sama bajingan kayak lo."

"Anjing. Kenapa lo jadi nafsu gini sih sama gue?!"

"Udah udah, kalian kenapa sih, malu kali, ini tempat umum nggak baik ngomong kayak gitu." Ucap Zahira melerai kedua temannya itu.

Inu berdiri, matanya menatap tajam ke arah Ila. "Abisnya dia duluan sih, Ra. Nih La, kalo lo mau tahu nikmatnya jadi cowok, jadi cowok aja sekalian. Nggak usah setengah-setengah kaya gitu, ragu gue kalo lo cewek beneran."

"Bacot!" Ila pun berdiri, siap meninju laki-laki di hadapannya.

"Udah La, udah.." sergah Zahira lagi.

Keduanya menjadi pusat perhatian mahasiswa yang ada di kantin, Zahira pun merasa malu lalu ia berusaha mengajak Ila dan Inu untuk meninggalkan tempat itu namun Inu menolak dan meninggalkan mereka.

***


Tania membuka pintu rumahya ketika beberapa kali bel berbunyi dengan terus menerus.

"Loh, Sayang tumben pulangnya siang? Udah kelar kuliahnya? Kok nggak sms ibu?" Karna biasanya Ila pulang sore atau malam hari kalaupun siang ia menghubungi ibunya terlebih dahulu agar membuka garasi perpustakaannya sebelum ia pulang dan bertemu anak-anak asuhnya.

Ila hanya terdiam tidak menunjukan senyumannya melebarkan langkahnya menuju lantai atas kamarnya, ibu yang menyadari perubahan itu cepat-cepat mengekori Ila dari belakang.

Sesampainya di kamar, Ibu segera duduk di tepi ranjang samping Ila. Dan bertanya "Kenapa sayang? Ada masalah?"

Ila menggelengkan kepalanya, namun raut wajahnya mengatakan 'iya, ada masalah.' Ibu mendesah dan meraih pipi Ila agar melihat wajahnya.

"Ila sayang, ibu tahu kamu lagi ada masalah, cerita aja, kenapa?"

Ila terdiam sejenak, lalu berucap "Ila tuh udah keliatan kaya cewek belum sih, Bu?"

Ibu tersenyum mendamaikan hati Ila. "Kenapa emangnya? Ada yang bilang sama kamu kalo kamu kaya cowok?"

Ila mengangguk.

"Terus kamu sakit hati karna ucapan dia?"

Ila mengangguk lagi.

"Kamu cantik, jelaslah kamu cewek, tapi kalo orang yang merhatiin kamu lebih dalam dia pasti mikir kalo kamu tomboy, lihat cara berpakaian kamu, nggak ada feminim feminimnya."

"Terus gu- eh aku harus gimana Bu?"

"Kamu mau menjadi cewek seutuhnya?"

Ila mengangguk lagi.

Mendesah, akhirnya ibu berjalan keluar kamar, ila menghela napas apa maksudnya ibu ini?

Ibu kembali lagi sambil membawa kain, ia mendekati Ila lalu menuntun Ila untuk duduk di depan meja riasnya, ibu melilitkan kain itu ke kepala ila hingga menutupi semua rambutnya.

"Nah, jadi deh, kamu pake jilbab sayang yah? Wanita itu harus pake jilbab."

"Nanti Ila di bilang sok suci, Bu."

"Lah, emang kamu masih suci kan, jangan urusin omongan mereka, emang mereka bisa nolong kamu kalo kamu terjebak dalam lubang neraka?"

Ila menggeleng.

"Coba aja sayang yah? Minta ajarin sama Zahira, Ya?" Kata Ibu memandang Ila dari balik cermin riasnya.

***

REVISI✔

SAHABAT HIJRAHKU [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang