18. Celaka

618 19 3
                                    

[18]





Adam Aminullah
Zah, jagain Ila buat gue ya?

Ponselnya sedang ia Charger jadi dengan berdiripun Inu berhasil  mengirim chat kepada Zahira, Inu tersenyum menunggu Zahira membalasnya, karna biasanya di shubuh begini Zahira pasti sudah bangun.

"Eh, Inul! Cepetan!"

"IYE IFAT!"

Sontak Inu langsung bergegas kearah Ifat yang sudah memanggilnya, melupakan balasan chat dari Zahira.

Pagi ini ia terpaksa pergi ke Amerika untuk penyembuhan penyakitnya, Inu tidak tahu penyakitnya akan menjadi bertambah parah seperti ini, Ia sudah mencoba berolahraga ia juga sudah menjaga pola makannya, tapi salahnya sendiri, kenapa kemarin malam ia mau diajak teman-teman cowoknya merayakan kelulusannya dan berminum-minuman ria? Mungkin karna itu penyakitnya bertambah parah. Mungkin karna itu juga Ifat menyeruhnya buat perawatan secara intensif. Ia akan tinggal di Amerika sampai penyakitnya sembuh. Makanya ia mengirim Chat kepada Zahira untuk menjaga orang yang dia inginkan. Karna keberangkatannya ke Amerika mendadak sehingga tidak ada waktu untuk mengobrol dan berpamitan, jika ia memberitahu di group dan tahu alasannya karna Inu mabuk-mabukan, mungkin Ila orang yang pertama yang akan memakinya. Dan Inu tidak mau itu terjadi.

"Astagfirallah!" Ucap Inu. Ifat melirik kearah laki-laki di sampingnya, mereka duduk di dalam taksi menuju Bandara. "Kita udah sampe mana, Bang?" Inu kalap sambil memeriksa ranselnya.

"Bentar lagi nyampe." Berbeda dengan Inu, Ifat terlihat lebih tenang.

"Bang hape gue ketinggal di rumah, masih gue charger soalnya."

Melirik Inu, Ifat tersenyum miring "Mampus!"

"Puter balik deh."

"Kagak bisa. Waktunya mepet tiga puluh menitan lagi, pesawatnya hampir landas."

"Yaelah sumpah ya!" Inu mengusap wajahnya gusar.

"Nih, lo pake hape gue aja."

Menoleh ke arah Ifat, Inu mendengus "Yakali."

"Udah.. buat selfie doang mah bisa kok, nggak jadul-jadul banget da."

"Yaelah Abang, lo pikir gue cowok apaan? ambilin punya gue gih?"

"Lo ngatur gue? bisa nggak lo diem, berisik. Gue kasih tahu ya disana lo akan di temeni Dokter Iqbal temen gue, jadi selama lo disana lo di awasi oleh dia"

Inu mengerucutkan bibirnya, mulutnya komat kamit memprotes tidak jelas, tapi sayang perbuatan Inu tidak sampai mempengaruhi  Ifat yang turun dari taksi, membuka bagasi dan mengambil koper lalu menyeretnya kedalam Bandara. "Tenang, Dokter Iqbal baik kok, nggak bakal gigit, kecuali kalo lagi laper, makanya kasih makan nanti ya?" Tambahnya lagi, Inu berjalan di sampingnya.

"Apa sih, lo. receh banget dah, mana ada yang sakit yang ngasih makan." Inu masih mengerucutkan bibirnya tidak tahu sampai kapan.

"Ya, harus ada lah. Lagian suruh siapa sakit? Suruh siapa Mabuk-mabukan?"

"Berisik lo, ah, nggak gue bayar nih."

"Emang lo pernah bayar gue?"

"Eng... nggak sih...."

Setelah itu tidak ada percakapan di antara mereka lagi, Ifat hanya menaikan sudut bibirnya.

Sebelum menaiki pesawat Inu berbalik badan memandangi Ifat.

"Bang gue belum izin sama bokap?"

"Sudah gue izinin, sewaktu lo pingsan mereka ada di samping lo, tapi karna meeting mendadak katanya, mereka ninggalin lo, dan nyerahin semuanya ke gue, termasuk surat surat pemberangkatan ini, jadi tolong lo hargain jasa jasa gue sebagai sepupu yang baik, ngerti?"

Inu hampir membuka mulutnya namun dengan cepat Ifat mengibas-ngibaskan tangannya keudara "Udah-udah, banyak tanya lo, kaya kuis, cepet gih sana sama Dokter Iqbal." tunjuk ifat kepada dokter iqbal yang berjalan kearah mereka.


"Hey, sob!" Teriak dokter Iqbal memeluk Ifat dan menepuk-nepukan tangannya di bahu sahabatnya.

"Wih, nambah putih ya, lo, Bal."

"Ah, si tuyul bisa aja." Iqbal melirik ke arah Inu dan tersenyum. "Ini yang namanya Inu?"

Ifat mengangguk. "Iya, gue minta tolong jagain dia ya?"

"Gue kira Vokalis band Noah." Celetuk Iqbal.

Ifat terkekeh dan Inu hanya membuang muka karna jujur ia masih teringat ponselnya yang tertinggal itu. "Si anjay bisa aja, terbang nanti hidung dia." Ucap Ifat. "Udah, Bal, Inu lagi kesel hapenya ketinggalan, dah cepet sana."

"Oh iya? Ntar gue beliin yang baru deh, Nu." Kata Iqbal sambil merangkul Inu.


"yaudah gue pamit ya, Bang? Jagain mamah sama papah. Assalamualaikum?" Inu mencium tangan ifat lalu naik tangga dengan di iringi dokter iqbal di sampingnya.
Ifat menatap kepergian mereka berdua.

"Duluan ya, Fat."

"wa'alaikumsalam, insya allah, yaelah nih anak pake cium tangan segala, dikira gue tua kali ya, padahal beda enam tahun doang." secara tidak sadar ifat melambaikan tangannya bak anak kecil yang baru kehilangan temannya.




***

REVISI✔

SAHABAT HIJRAHKU [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang