Part 5

13 1 0
                                    


Berly meletakan setumpukan kertas di atas meja. Dilihatnya sekeliling ruangan tampak sepi. Terpajang foto Bapak SBY serta Bapak Jusuf Kalla sedang tersenyum, lambang garuda diatas kedua foto tersebut dan jam dinding yang menunjukkan pukul 15.40. Berly ditugaslan untuk mencetak proposal di ruang OSIS. Teman-temannya sudah pulang terlebih dahulu.

Dug! Suara pukulan sangat keras hampir membuat jantung Berly copot. Seketika bulu kuduknya merinding

Plak! Suara tamparan sangat keras. Sedetik... Dua detik.. Hingga hitubgan ke sepuluh detik Berly memberanikan diri keluar ruangan, melihat sekeliling halaman sekolah. Tidak ada tanda-tanda kehidupan.

"Pak Min?" Seru Berly sedikit teriak. Pak Min penjaga sekolah yang sering menginap di sekolah. "Pak Min?" Tetap tidak ada jawaban.

Gue harus melarikan diri.

***

Bimbel sudah dimulai sejak seminggu yang lalu. Dan jadwal pulang sekolah semakin molor. Tandanya Tommy kehilangan kesempatan untuk melihat Berly di parkiran atau hanya sekedar lewat kantin.

"Latihan 3 dikerjakan dirumah ya. Ibu tutup sampai disini." Bu Nina menutup lembaran bukunya, lalu merapikannya ke tas. Diikuti oleh siswa-siswanya.

Bu Nina paling TOP. Bisik ya dalam hati.

Bu Nina dan anak XII IPA 1 meninggalkan kelas dengan ramainya. Banyak orang yang menaruh kesenangan pada Bu Nina, selain modis, guru ini juga sangat kekinian dan mengerti sekali jika siswanya sudah kelelahan belajar.

Dibukanya aplikasi opera mini di hpnya, dilanjutkan dengan aplikasi facebook.

Berliana Putri
Pak SBY sama Pak JK rela senyum nemenin nge-print.

10 menit yang lalu? Print? Mata Tommy langsung terpaku pada sebuah ruangan kecil dekat tangga menuju kantin.

"Tom kemane lo?" Ikhsan memperhatikan Tommy yang sedang berjalan cepat menuju kantin. Tanpa Tommy jawab, Sandy langsung mengikutinya dari belakang.

Mata Tommy mendadak penuh amarah, tangannya mengepal siap meninju. Sandy yang mengerti jika sahabatnya marah itu langsung mengerti setelah melihat sekumpulan anak kelas X mengintip dari kaca ruang OSIS. "Tom." Sandy mencoba menghalangi Tommy.

Dug! Sebuah tinjuan sangat keras terjun bebas terarah ke pintu ruang OSIS berhasil membuat kedua anak itu enyah dari depan ruang OSIS.

Plak! Sebuah pukulan keras yang Sandy kepunggung Tommy. Dan Tommy sontak langsung mengelus-elus dadanya untuk bersabar.

Sandy mengajak Tommy pergi, mengerti kejadian itu mungkin akan menimbulkan keributan. "Sabar Tom."

"Tu bocah pasti mikir mesum San." Jawab Tommy yang mulai mereda.

"Yang di dalem itu Berly yah?" Sandy bertanya yakin. Mana mungkin sahabatnya akan semarah. Tommy mengangguk. "Bahaya tuh cewe cakep sendirian. Bahaya!" Nada Tommy sedikit menyindir.

"Ya gue harus gimana?" Tommy merasa bersalah tidak bisa melindungi Berly secara langsung. Apa satu-satunya cara melindunginya untuk kenal dengan Berly? menempel setiap hari dengan Berly? Atau menjadi pacarnya?

Sandy yang sedari tadi berbicara hanya dianggap angin lewat oleh Tommy. Seakan dirinyalah yang bersalah tak dapat melindungi Berly.

---------
Kalau kalian tanya kenapa ceritanya random banget. Jawabannya adalah karena gue fokus ke cerita soal Tommy sama Berly aja.

Terima kasih sudah baca :)

BerlianHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin