Dua Puluh~

32.4K 2.2K 66
                                    

KINAR menatap dirinya di cermin besar yang mengelilingi dinding ruangan itu. Itu adalah ruangan tempat latihan menari, dance, teater, dan balet.

Dirinya kini sudah berpakaian layaknya seperti penari balet. Dengan rambut yang disanggul, baju penari balet dan sepatu yang juga seperti penari balet.

Dulu ia pernah les balet selama hampir dua tahun. Tapi ia berhenti untuk belajar balet karena ibunya mulai mengajari Kinar untuk menari tari tradisional.

Dia mulai menari balet. Maksudnya mencoba kembali menari balet. Udah lama dia gak pernah nari balet. Kinar berputar di tempat dengan satu kaki. Matanya terpejam. Ia menghayati. Hingga Kinar gak bisa nyeimbangin dirinya lagi dan akhirnya terjatuh.

“Aduh.” Keluh Kinar. Pantatnya sakit banget. Yaiyalah. Pantatnya yang pertama kali nyium lantai.

Sedang asyik-asyiknya Kinar mengeluh, dia gak nyadar kalo seseorang udah berdiri di sampingnya.

“Bangun.” Kata orang itu sambil mengulurkan tangan kanannya.

Kepala Kinar langsung mendongak. Kaget. Itulah yang langsung Kinar lakukan. Kok bisa sih Aric disini? Dih, nih anak setan atau apaan ya?

Kinar pun menerima uluran tangan Aric dan segera dibantu untuk berdiri oleh Aric. “Makasih.” Ucap Kinar dengan nada datar sambil membersihkan roknya.

“Lo bisa balet?” Tanya Aric.

“Sedikit.” Jawab Kinar masih sibuk membersihkan rok.

“Sejak kapan?”

“Sejak gue lahir.”

“Dih, jawabnya gak usah datar gitu juga kali. Lagi sensi ya.” Aric mencolek lengan Kinar.

“Apaan sih lo main colak-colek. Gue bukan sabun colek ya.” Kinar melotot menatap Aric.

Aric tertawa pelan. “Oke. Oke. Lo kok bisa di sekolah sih?”

“Ya suka-suka gue. Nah lo kok bisa disini?”

“Suka-suka gue.” Jawab Aric mengikuti nada bicara Kinar.

Kinar mendengus. “Serah lo deh.” Ucapnya hendak pergi.

“Eh, tunggu.” Aric menangkap pergelangan tangan Kinar. “Kenapa sih lo?”

“Gak kenapa-napa. Paling lagi gak mood.” Jawab Kinar menggoyang-goyangkan tangannya agar terlepas dari cengkraman Aric.

“Gue tadi ke kosan lo.”

Kinar langsung melototi Aric lagi. “Kan gue udah bilang jangan ke kosan gue. Bandel amat sih.”

“Gak apa dong.” Aric mengacak-acak rambut Kinar.

RELATIONSHITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang