“Kalo gitu temenin gue makan deh. Daritadi gue mau makan, tapi gak sempat soalnya si Vivid ini nih.”

Kinar terdiam sejenak. Ia pun mengangguk setuju pada akhirnya.

“Ya udah. Gue ganti baju dulu.” Kata Kinar seraya masuk ke dalam rumah.

Beberapa menit kemudian, Kinar sudah siap dengan pakaian casual seperti biasa. Saat akan pergi, Vivid muncul.

“Kemana? Mau jalan-jalan ya?” Tanya Vivid. “Gue ikut dong, Bang.”

“Gak usah. Lo diem aja di kamar lo. Beresin dulu. Gue mau apelin Kinar.” Sahut Aric sambil meleletkan lidah.

Vivid mencibir. “Kak Kinarnya diapelin. Nah guenya dianggurin. Ih, gak adil dong.”

“Ya udah ikut aja, Vid. Gak apa kok.” Kata Kinar.

Vivid beryes-yes ria.

Aric menghela napas dan melengos. “Ah elah. Nih anak bau kencur ganggu aja ah.”

--------------------------------------------------------------------------

Kinar keluar sambil membawa dua gelas berisikan teh hangat. Ia menaruh dua gelas teh di pagar beton. Ia duduk di samping Aric yang sedang menengadah menatap langit malam. Malam ini Aric datang ke kosan untuk mengantarkan praktikum fisika Vivid yang ketinggalan.

“Kenapa gak pulang?” Tanya Kinar melirik Aric.

Aric mendengus. “Ngusir nih ceritanya? Baru disuguh teh, masa langsung ngusir sih?”

Kinar terkekeh pelan. “Siapa juga yang ngusir. Kan cuma Tanya.”

“Gue capek. Baru pulang dari latihan futsal, masa langsung disuruh nganterin praktikum Vivid. Langsung gue cabut kesini. Males dengerin omelan nyokap.”

Kinar hanya bisa manggut-manggut mendengar jawaban Aric. Kinar pun membicarakan Vivid. Sudah hampir seminggu Vivid tinggal di kosan. Tak ada hal aneh yang terjadi pada Vivid. Vivid seperti anak kosan biasa. Ia malah langsung bisa bercengkrama dengan anak kosan lainnya. Dan dia makin dekat dengan Kinar.

“Gue minta maaf deh kalo si Vivid itu ngerepotin lo.” Kata Aric setelah Kinar selesai menceritakan bagaimana Vivid di kosan.

“Kenapa lo yang minta maaf? Lagian dia juga gak ngerepotin kok. Dia malah suka ngelawak di kosan. Jadinya kosan itu gak sepi-sepi amat.”

Aric mengangkat alis. Sejenak mereka berdua terdiam. Kinar merasa ada hal yang ingin dibicarakan oleh Aric.

Aric menyeruput teh, lalu menggaruk tengkuknya dengan canggung entah kenapa. “Gue mau ngomong se—“

“Ngomong aja. Gak usah minta izin lagi.” sela Kinar.

RELATIONSHITWhere stories live. Discover now