Sebelas

830 53 0
                                    



"RIO STOP!!!!! Bisa nggak sih nggak usah isengg sehari ajaa? Gue mau tidur tau! Capek please sehari aja jangan ganggu ketenangan gue!" Ucap Ify dengan nada sedikit memohon tapi dengan mata tetap terpejam.

"Aihh masa gue maen sendirian sih Fy? Lo kan tetangga baru gue di sini masa lo biarin gue maen sendiri. Kalo gue gatau daerah sini trus kalo gue diculik trus dijual ke tante tante gimana?" Ucap Rio membuat kepala Ify terasa pusing.

"Ah bego! Kebalik tuh harusnya lo yang jadi tetangga baru gue! Dan yah lo gatau daerah sini? Lo sehat? Bahkan lo udah hampir setahun tinggal di sini! Kalopun lo diculik trus di jual ke tante tante gue malah nunggu waktu itu" Balas Ify membuat Rio gemas ingin sekali memainkan wajah Ify.

Ah tuhan gadis ini lucu sekali. Bagaimana bisa ia tertidur dengan mulut yang masih menggerutu dengan bebasnya. Terlihat sekali di raut wajahnya bahwa gadis itu lelah sekali. Ah sejujurnya dia tak tega jika harus mengganggunya lagi.

Mengingat ucapan Ify bahwa sudah hampir setahun ia tinggal di komplek ini, dengan secara tak langsung pun otak Rio bekerja memikirkan sesuatu yang seminggu belakangan ini mengganggu pikiran dan hatinya. Rio menghembuskan nafasnya kasar, ia tak punya cukup nyali untuk mengatakannya. Katakan jika dirinya pengecut, sekedar mengucapkan bahwa dirinya telah jatuh cinta terhadap gadis yang tengah tertidur pulas saja dirinya tak mampu.

Tidak tidak! Dirinya bukan pengecut, hanya saja belum saatnya. Tapi kapan? Jika suatu saat Ify direbut pria lain bagaimana? Dan di saat itupun dirinya tak bisa berbuat apapun. Arghhhhh haruskah masalahnya serumit ini.

"Selamat istirahat" Ucap Rio sambil mengecup lembut puncak kepala Ify membuat lengkungan manis tercipta di bibir Ify tanpa sadar dan Rio melihatnya.

Keesokan harinya. Mungkin karena keluarga Rio dan Ify sekarang menjadi lebih dekat, Rio jadi menganggap bahwa orang tua Ify orang tuanya juga. Bukan hanya Rio yang beranggapan seperti itu, tetapi orang tua Ify pun sudah menganggap bahwa Rio adalah putra nya sendiri mengingat hanya Ify anak satu satunya. Jadi tak heran jika hampir setiap pagi Rio ikut sarapan bersama keluarga Ify.

Tak lama putri semata wayang keluarga Hanafi pun turun. Melihat ada sosok manusia lain yang tengah duduk diantara kedua orang tuanya, Ify mengerutkan keningnya. Tuh orang berasa gapunya rumah tiap pagi numpang makan di sini. Huh!

"Pagii maa Pagi paa" Sapa Ify dengan senyuman manisnya sambil mencium pipi kedua orang tuanya.

"Pagi sayang. Berangkat bareng Rio yaa" Ucap sang mama dengan lembut.

"Yaa terpaksa, mau gimana lagi kalo mobil aku masuk bengkel dan pasti keluarnya sekitar 3-4 harian." Ucapnya dengan nada kesal sambil meminum susunya.

"Lo gak sarapan? Cuma minum susu?" Tanya Rio sambil memandang Ify intens.

"Lah sejak kapan orang ini di sini Ma?" Tanya Ify sambil menatap kedua mata orang tersebut.

"Lah daritadi juga Rio di sini sayang. Kamu gak sakit kan? Masa orang segini besar gak kelihatan?" Balas Mama Ify sambil menyiapkan bekal untuk Ify dan tak lupa Rio juga.

"Besar darimana? Badan udah kayak triplek kayu gitu. Tinggi doang dia mah!" Ucap Ify sambil meremehkan Rio.

Sedangkan yang diolok hanya bisa bersabar, menahan diri untuk tidak membalas setiap kata yang keluar dari mulut gadis itu. Bersabar agar dirinya tak terlihat jelek di depan calon mertua nya ini.

Apa? Calon Mertua? Hahaha mengungkapkan perasaan saja dirinya tak mampu. Bagaimana bisa dirinya menganggap bahwa kedua orang tua di depannya ini adalah Calon mertuanya. Hmm!

Kembalilah (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang