"Kalimat kamu adalah sebuah isyarat bahwa kamu ingin aku lepasin kamu, kan?" Aku tertegun mendengar ucapannya, "itu nggak akan terjadi."

•••

Aku mendengus sebal, hari ini dan mungkin dalam beberapa hari ke depan aku harus bangun lebih pagi dan berangkat lebih awal untuk menjemput Ali.

Aku tekan tombol bel pintu apartemen dia. Tidak lama dia membuka pintu dan keluar.

"Kamu tuh, keras kepala ya. Harusnya kamu itu istirahat di rumah sakit, malah mau ke sekolah."

"Aku nggak mau ya, nggak ada aku kamu bisa dekat-dekat sama cowok di sekolah!"

"Ya sudah, ayo berangkat!" Aku berjalan lebih dulu di depan dia.

"Sayang....,"

"Apa?"

"Aku susah jalan. Kakiku masih sakit..." Aku menepuk keningku pelan. Kekasih siapa sih, ini. Psikopat tapi kalau sedang sakit manjanya akut.

•••

"Ali kenapa? Kok keningnya diperban?"

"Nggak apa-apa, cuma kecelakaan kecil, kok."

"Ya ampun, Ali kakinya kenapa?"

"Nggak apa-apa."

"Duh, lagi sakit saja tetap ganteng."

"Ali, cepat sembuh ya!"

"Iya, terima kasih, ya!"

"Mau gue bantu jalan nggak? Kayaknya Prilly nggak kuat deh mapah lo."

Penghinaan!

"Terima kasih ya," Aku mengangguk singkat. "Nanti istirahat temui aku di kelas, kita ke kantin bareng."

"Nggak, kamu nggak usah ke kantin."
"Loh, kenapa? Kamu mau-"

"Sssttttt!" Sebelum dia bicara yang tidak-tidak segera ku potong ucapan dia, "aku bawa bekal. Kita makan di kelas kamu saja nanti. Aku ke kelas duluan, ya. Bye!" Aku melemparkan flying kiss padanya sebelum berbalik meninggalkan kelas dia.

"BINTANGGGGGGG!!!!"

"Berisik!"

"Lo nggak apa-apa, kan? Kaki lo sudah kempes, kan?"

"Lo kira kaki gue apaan!"

"Sensitif banget sih, Pak! Maaf ya, kemaren nggak sempat jenguk lo."

"Santai saja kali. Katanya lo sama Ali kecelakaan juga ya?" Aku mengangguk singkat.

"Dah, nggak usah banyak tanya!"

•••

"Duh, Bi. Lo jalan yang cepat dong, ah elah nyusahin amat!"

"Lo nggak lihat kaki gue? Mana bisa jalan cepat-cepat, begok!" Aku mendengus sebal, kalau begini aku bisa terlambat ke Ali karena harus bantu Bintang ke Kantin.

"Sudah sampai! Gue tinggal, ya? Mau beli minum dulu buat Ali."

Setelah membeli satu botol air minum, Aku langsung pergi ke kelas Ali.

Aku masuk ke kelas Ali yang sepi, hanya ada Ali di dalam kelas ini.
"Maaf ya, aku telat. Habis beli minum dulu," aku meletakkan kotak makan dan botol air mineral di meja Ali.

"Pacar kamu lagi sakit, tapi kamu lebih dahuluinya mantan kamu," aku menghela napas kasar. Dia ini matanya ada berapa, sih? "Aku lihat kamu rangkul-rangkul Bintang ke kantin. Jadi, alasan sebenarnya kamu larang aku ke kantin itu? IYA?!"

PRANG!

Sendok yang ku pegang terjatuh, aku terkejut saat mendengar bentakannya. Ya Tuhan, matanya setajam apa sih? Padahal koridor kelasku, kantin, dan kelasnya itu jauh. Jauh sekali.

"Aku-"

"KAMU SENANG KAN LIHAT AKU KAYAK BEGINI? KAMU BISA BEBAS DEKAT SAMA SIAPA PUN!"

"LI! AKU KE SINI BUAT AJAK KAMU MAKAN, BUKAN BUAT RIBUT! apa sih salah aku? Bintang sahabat aku, dia juga sakit kayak begitu gara-gara siapa? Gara-gara kamu!"

"Kamu selalu melarang aku dekat sama ini dan itu, apa aku pernah melarang kamu dekat sama cewek selain aku? Nggak, kan?"

"Karena kamu milikku!"

"Aku milikmu? Kamu milikku! Ok. Sekarang aku tanya, apa kamu cinta sama aku? Apakah yang kamu lakukan ini atas dasar cinta atau hanya obsesi?"

••••Sabtu, 08 Oktober 2016•••
Kejiwan, Susukan, Cirebon.

With love,
Rin.

Psychopath Boyfriend [COMPLETE]Where stories live. Discover now