Bagian 05

30.1K 2.6K 109
                                    

Bagian 05


Mendadak suasana menjadi hening setelah aku mengucapkan kalimat tanya tadi. Ali menatap aku tajam.

"Menurut kamu? Apa yang aku lakukan selama ini buat kamu itu apa?"

"Hanya obsesi semata. Kamu ingat ya, Li, kamu nggak pernah bilang kalau kamu cinta sama aku sejak pertama kita jadian."

Memang seperti itu kenyataannya.

"Kamu juga nggak pernah bilang kayak begitu," aku meneguk ludahku susah payah. "Kamu salah kalau mengartikan sikap aku selama ini cuma obsesi semata. Salah. Kamu nggak tahu apa-apa tentang perasaan aku."

Kalau dia tidak mencintai aku, ya sudah kita putus. Dan aku bisa bebas dari lelaki psikopat macam dia.

"Status kita jelas, kamu nggak perlu tanya hal kayak begitu lagi."

"Status itu nggak menjamin cinta kan, Li? Percuma saja semua orang tahu kalau kita ini pacaran tapi nggak ada cinta sama sekali diantara kita. Buat apa?"

"Aku pikir, cewek itu cuma butuh status. Itu cukup," iya, status memang sangat penting untuk seorang wanita, tapi untuk apa ada status kalau tidak ada rasa cinta sama sekali? "Aku sayang sama kamu, jelas kan?"

"Nggak!"

"Aku minta maaf tadi sudah bentak-bentak kamu, ya. Sekarang kita makan saja, yuk," dia menarik tanganku dan menyuruhku duduk di sebelahnya.

Diam-diam aku menghela napas lelah. Sampai kapan Ali terus menghindar dari pertanyaan semacam itu? Kalau dia benar-benar mencintai aku, dia pasti tidak perlu menunggu lama untuk bilang, "Prill, aku cinta sama kamu."

"Nggak usah mikir macam-macam. Aku tahu apa yang lagi kamu pikirkan. Berapa banyak alibi kamu buat putus dari aku, itu nggak akan mempan."

Eh, kok tahu? Dasar Psikopat cenayang!

•••

"Hai, Li, Prill. Eumh, boleh ngomong bentar nggak?" Aku menatap gadis di depanku ini dari atas sampai bawah. Matanya berbinar waktu melihat Ali. Sengaja, aku menjatuhkan kepalaku ke bahunya Ali. Gadis di depan aku dan Ali ini mendadak tersenyum sambil menatap aku, binar dimatanya meredup. Pasti cemburu.

"Boleh kok, Sy."

"Nggak enak nih, sama Prilly. Engh...,"

"Prill, maaf ya, soalnya gue mau ada perlu berdua sama Ali, masalah Olimpiade, jadi-" Dia mengusir aku, begitu?

"Ya sudah ngomong saja. Apa masalahnya kalau ada gue?"

"Ya, masalahnya ini privasi banget."

"Setahu gue, Olimpiade itu sifatnya umum. Lo mau ngomongin Olimpiade atau mau ngomongin perasaan lo sama cowok gue? Pakai privasi segala, sekalian saja digembok kayak Instagram online shop yang suka endorsemen," ku dengar dia menghela napas.

"Serius, Prill. Kalau lo nggak percaya bisa tanya Bu Airin, deh."

"Gue bisa jaga rahasia, kok."

"Tapi ini khusus yang ikut Olimpiade, tolong ya, Prill..."

"Nggak bi-"

"PRILLY!!" Coba hitung sudah berapa kali aku dibentak dia. Ayah dan Mama saja tidak pernah membentak aku. Sekarang, hanya gara-gara masalah begini dia membentakku di kantin. Di kantin. Bayangkan. Betapa malunya aku sekarang ini. Dasar lelaki gila! Tidak punya perasaan. Psikopat.

Tanpa berbicara lagi aku langsung pergi dari kantin. Tidak peduli tatapan semua orang yang ada di sini. Malu. Kesal. Marah.

Akhirnya, dengan amarah yang menggebu-gebu bercampur dengan rasa lapar, aku pergi ke depan sekolah untuk makan bakso.

Psychopath Boyfriend [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang