"Gue sama Ali...," aku memberi jeda sebentar, "tadi kecelakaan kecil di jalan mau pulang."

"Hah? Terus? Lo nggak apa-apa, kan? Eh, terus Ali-nya mana?"

"Gue nggak apa-apa, Ali lagi ditangani Dokter."

"Ada-ada saja, sih. Ya sudah, titip salam ya buat Ali. Cepat sembuh, jangan lupa juga lo nanti jenguk Bintang."

"Iya, pasti. Gue duluan, ya."
Syukurlah Bintang tidak terluka parah.

"Prilly?"

"Iya, Dok? Bagaimana kondisi Ali?"

"Panggil Om saja," aku mengangguk kaku. Dokter di depanku adalah Pamannya Ali. Dan juga, rumah sakit ini adalah milik keluarganya, begitu katanya. "Ali nggak apa-apa, kok. Cuma luka di keningnya memang cukup serius karena lukanya cukup dalam, tapi nggak apa-apa. Kakinya juga hanya sedikit mengalami pembengkakan, sepertinya tadi sempat terjepit, ya?"

"Mungkin Om, Prilly nggak lihat."

"Nggak usah terlalu dikhawatiri, biar sekali-kali anak itu diberi pelajaran," aku tersenyum kecil, dan pelajaran itu dibuatnya sendiri. "Sudah lama kenal Ali?"

"Ya, sejak dia masuk sekolah, Om."

"Sudah pernah diajak ke rumah?" Aku menggeleng pelan. Lagi pula, aku juga tidak terlalu berharap dikenalkan pada keluarganya. "Kamu--"

"Prilly?" Aku dan Om Dokter yang belum aku tahu namanya ini serentak menoleh.

"Om tinggal dulu, ya?" Aku mengangguk dan tersenyum singkat.

"Kamu nggak amnesia, kan?" Dia terkekeh pelan mendengar pertanyaanku.

"Kalau aku amnesia, aku nggak mungkin panggil nama kamu. Tadi Om bicara apa?" Raut mukanya mendadak serius.

"Nggak ada, cuma tanya aku kenal kamu berapa lama. Kamu sudah baikkan?"

"Lain kali jangan terlalu dianggap. Aku sudah baikkan, kok. Kamu nggak ada yang luka, kan?" Aku tersenyum padanya. Satu hal yang tidak pernah berubah dari dia, selalu mendahulukan keselamatan aku.

"Nggak ada. Terima kasih, ya?"

"Nggak ada kata terima kasih. Aku akan dengan ikhlas lakukan apa saja buat kamu."

"Ali?"

"Ya?"

"Kenapa kamu begitu mempertahankan aku?"

"Karena kamu pacar aku."

"Dari sekian banyak cewek di sekolah, kenapa aku?"

"Karena kamu istimewa."

"Aku bukan siapa-siapa untuk bersanding sama kamu, Li."

"Jangan pernah bilang begitu!"

"Tapi, itu kenyataannya. Kata orang kamu itu sempurna, sedangkan aku? Masih banyak yang lebih dari aku. Kamu tahu? Kadang, aku selalu merasa nggak pantas buat ada di sisi kamu, jalan beriringan sama kamu, dan menyandang status pacar kamu."

Psychopath Boyfriend [COMPLETE]Where stories live. Discover now