016 | Sahabat

66.1K 10.1K 972
                                    


Bobi mendudukkan diri ke samping gadis itu yang sedari tadi diam duduk sendiri di taman belakang mall. Pemuda itu menyodorkan segelas Bubble Tea rasa Taro.

"Kesukaan lo kan?" tanya Bobi tersenyum lebar, membuat Jesya menerimanya dan hanya diam.

Bobi tersenyum lagi, "thanks ya."

"Hm," Jesya berdehem saja, mulai meminum bubble tea dari sedotan besarnya. Ia melirik, melihat Hanna dan yang lain memilih duduk di meja kafe Bubble Tea dan membiarkan Bobi mendatangi Jesya berdua saja.

"Tunangan lo cantik," kata Jesya pelan, membuat Bobi terkekeh kecil.

"Hn. Makanya gue nggak nolak," sahut pemuda itu tertawa tanpa dosa. Ia menoleh, memandang wajah Jesya dari samping. "Tapi kalau urusan muka doang mah, cantikan elo kali Jes."

Jesya agak tersedak, tapi hanya mengangkat sebelah alis tak minat menyahut.

"Sekarang ada alasan Tante Maya ilfil sama gue. Tinggal nanti gue ngadepin nyokap di rumah aja nih," kata cowok itu mendesah panjang. Ia diam sejenak, lalu kembali memandang Jesya. "Nanti temenin yah?" pintanya berharap.

Jesya mengangguk begitu saja, tak perlu bepikir dua kali.

Bobi tersenyum menyeringai, "Ah, elo emang sahabat terbaek gue," katanya riang, merangkul gadis itu dengan bahagia.

Jesya tak melepaskan gigitan bibir pada sedotannya. Gadis itu tak menyahut. Pasrah saja terjatuh lemas di dada bidang Bobi karena pemuda itu kini jadi memeluknya dengan satu lengan.


Tak ada yang tahu diam-diam ia mencoba menguatkan dirinya sekali lagi.


Merutuki kenapa tadi sempat terbang ketika pemuda itu menegaskan namanya, menggenggam jemarinya dengan kerlingan tegas memperkenalkan nama Jesya sebagai kekasihnya. Jesya lagi-lagi dibuat terpesona. Jesya lagi-lagi dibuat merona. Dan lagi-lagi, jantungnya dibuat berdebar hangat dan ringan.

Tapi semua tak berlangsung lama.

Ketika jemari Bobi terlepas begitu saja. Bersorak riang bahwa aktingnya telah berhasil.

Akting.


Jesya tersenyum miris mengingat itu. Ia segera menegakkan tubuh, menjauhkan diri dari Bobi yang jadi menolehkan kepala.

"Ayo pulang. Nyokap lo nanti nungguin," kata Jesya mengalihkan wajah, tak mau Bobi melihat ekspresinya kini.

"Ah biar aja. Gue masih mau sama lo," celetuk Bobi tanpa beban. "Nanti juga kalau balik pasti gue dikasih tatapan leser. Jadi mending gue nunggu sampe pulang aja dah baru jemput."

Jesya menipiskan bibir, "kalau gitu gue yang pulang," katanya sambil memperbaiki posisi slingbagnya dan berdiri.

Tapi Jesya kembali terduduk begitu saja saat Bobi meraih tangannya dan menariknya lembut agar duduk kembali.

"Ck. Nanti dulu," kata Bobi dengan gaya memaksa. "Bentar aja deh. Sini dulu sama gue."

Jesya memutar mata sebal, "mau apa sih ha?"

"Yeee elo kenapa sih nggak mau banget duduk berdua sama Nam Joo Hyuk," sahut Bobi kesal.

"Bob, jangan mulai lagi," kata Jesya dengan nada lelah.

Bobi jadi mencibir. "Elo tuh ya. Duduk sama Nam Joo Hyuk nggak mau. Apalagi baper sama Nam Joo Hyuk, katanya ogah."

Jesya terdiam. Gadis itu menipiskan bibir dan segera menguasai diri mencibirkan bibir.

2A3: Passing By ✔ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang