Epilog

13.5K 705 243
                                    

Di mulmed ada Kenzou as Erbas.

***

Dua tahun kemudian ...

ERLANG Side

"Daddy, Ebas mau es klim," ujar putra semata wayangku sambil menunjuk kedai ice cream di sekitaran Viaduct Harbour . Aku tersenyum mendengar Ebas yang masih belum bisa mengucapkan huruf 'r' dengan benar.

"Tapi antreannya masih rame, My boy. Coba lihat! Panjang, kan?" kataku membujuknya.

Ebas menggelengkan kepalanya. "Mau cekalang," jawabnya dengan bibir cemberut. Jika sudah begitu, aku pun tidak tega melihatnya.

Hari ini kami berdua datang ke Auckland untuk menemui teman satu high school-ku dulu yang kini bekerja di salah satu perusahaan periklanan. Aku sedang menggali informasi mengenai dunia periklanan yang akan aku geluti setelah ini. Dan melalui bantuannya, aku ingin membuat sebuah perusahaan yang berkecimpung di bidang itu.

Untuk itulah aku datang ke sini, jauh-jauh dari Wellington. Tadinya aku ingin datang seorang diri, tetapi Ebas sama sekali tidak mau dibujuk. Padahal Max dan Camilla sudah coba membujuknya berkali-kali.

Max itu Daddy angkatku dan Camilla adalah istrinya. Selama ini, mereka tinggal bertiga dengan putri kandungnya yang bernama Madeline Kimberly Maximilian. Sudah lama aku tidak mengunjungi mereka sejak kepergianku ke Indonesia.

Meski begitu, mereka berdua tetap menganggapku sebagai anak walaupun, bertahun-tahun aku tak pernah mengunjunginya dan hanya menghubungi mereka melalui media sosial saja.

"Daddy, ayo beli es klim!" pinta Ebas sekali lagi sambil menarik-narik tanganku.

Aku terkesiap dan tersenyum padanya yang melihatku dengan ekspresi merajuk sekaligus penuh harapnya yang menggemaskan itu.

"Oke, kita beli sekarang. Tapi Ebas sabar ya. Kita antre dulu!" kataku sambil mengusap rambut hitamnya.

Anak laki-lakiku itu mengangguk dengan mata mengerjap lucu. Aku tersenyum sekali lagi, lalu menggandeng tangannya menuju kedai ice cream yang entah mengapa begitu antre hari ini.

Tanpa terasa kini Ebas sudah berusia tiga tahun. Dan tanpa kusadari jika sudah selama itu pula, aku berpisah dengan Bastian dan sama sekali tak mengetahui bagaimana kabarnya sekarang. Abimana dan Kinan sama sekali tak mau memberitahuku di mana Bastian berada dengan alasan tidak bisa melanggar janji mereka pada Bastian.

Sebenarnya sudah berbagai cara kulakukan untuk mencari keberadaan Bastian selama ini. Namun sayangnya, informan yang kusewa tak bisa menemukan jejaknya. Instingku mengatakan jika Bastian pindah ke luar negeri. Nomor ponselnya juga sudah lama tidak aktif, dia juga memblokir semua akun media sosialku.

Kebiasaan Bastian yang tak pernah menyalakan GPS pada ponselnya juga membuatku tidak bisa dengan mudah melacak jejaknya. Aku juga tidak terlalu kenal dengan keluarganya karena Bastian belum pernah mengenalkanku dengan keluarganya sekali pun.

Aku pasrah dan menyerahkan semuanya pada takdir. Biarkan nanti waktu yang berbicara, akankah aku kembali padanya atau tidak.

Bersyukurnya aku, karena Tuhan memberiku malaikat kecil yang bisa menghibur hari-hariku yang sepi dan sunyi. Kelucuan dan kepolosan Ebas membuat semuanya berlalu tanpa beban. Ebaslah semangat hidupku selama ini sejak Bastian meninggalkanku.

SoulmateWhere stories live. Discover now